I'm

I'm

Jumat, 15 Juli 2011

ASKEP KANKER KOLON


A.DEFENISI
Tumor usus halus jarang terjadi, sebalikanya tumor usus besar dan rektum relatif umu. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum adalah tipe paling umum kedua dari kenker internal diamerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis dinegara ini seriap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan dengan kanker rektal.
B.ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetaoi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, dan diet tinggi lemak, protein, dan dagin serta rendah serat.
C.PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menysusp serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumr primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
D.MANIFESTASI KLINIK
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merag segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
E.KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekira kolon yang menyebabkan hemoragi . perforasi dapat terjadi, dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok.
F.EVALUASI DOAGNOSTIK
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, progtosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60 % dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoideskopi dengan biopsi dan apusan sitologi.
G.PEMERIKSAAN ANTIGEN KARSINOEMBRIONIK
Pemeriksaan CEA dapat juga dilakukan meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor kemplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali normal dalam waktu 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
H.PENATALAKSANAAN
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogatrik. Apabila terdapat pendarahan yang cukup barwarna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografidan laporoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat dilakukan adalah klasifikasi duke :
Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa
Kelas B – penetrasi melaui dinding usus
Kelas C – invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran luas.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dlam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Teori ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah dan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C dan B. terapi radiasi diberikan pada periode operati, intraoperatif, dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Pembedahan adalah itndakan primer untuk kebanyakan kanker kolon pembedahan dapat bersifat kuratif dan paliatif.

PROSES KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah: adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan serat serta jumlah komsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.
B.Diagnosa keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup sebagai berikut :
Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan anoreksia
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit dan periostomal
Gangguan citra tubuh berhubungan denngan kolostomi
C.Intervensi keperawatan
Mempertahankan eliminasi. Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau. Laksatif dan enema diberikan sesuai resep. Pasien yang menunjukkan tenda perkembangan kearah obstruksi total disiapkan untuk menjalani pembedahan.
Menghilangkan nyeri. Analgesik diberikan sesuai resep. Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan televisi atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien. Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan perubahan posisi, gosokan punggung, dan tehnik relaksasi.
Meningkatkan toleransi aktivitas. Toleransi aktivitas pasien dikaji. Aktivitas diubah dan dijdualkan untuk memungkinan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien.terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasine menderita anemia berat. Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti. Aktivitas pascaoperatif ditingkatkan dan toleransi dipantau.
Memberikan tindakan nutrisional. Apabila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat serta rendah residu diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurungkan peristaltik kelebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam selama pembedahan untuk menurungkan bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk menggantikan penipisan nutrien, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan hariian dicatat dan dokter diberitahu bila pasien terus mengalami penurunan berat badan pada saat m,enerima nutrisi parenteral.
Mempertahankan keseimabangan cairan dan elektrolit. Masukan dan haluaran, mencakup muntah, diukur dan dicatat untuk menyediakan data akuran tentang keseimbangan cairan. Masaukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi untuk mencegah terjadinya muntah. Antiemetik diberikan sesuai resep. Cairan penuh atau jernih dapat ditoleransi, atau pasien dipuaskan. Selang nasogatrik akan dipasang pada periode praoperatif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen. Kateter urinarius inwelling dapat dipasang untuk memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. Haluaran kurang dari dari 30 ml/jam dilaporkan sehingga terapi cairan intavena dapat disesuaikan.
Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum dipantau untk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan GI. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hivopolemia : takikardia, hipotensi dan penurunan jumlah denyut. Status hidrasii dikaji, dan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, urine pekak, serta peningkatan jenis urine perlu dilaporkan.
Menurunkan ansietas. Tingkat ansietas klien perlu dikaji, seperti mekanisme koping yang digunakan untuk menghadapi strees.upaya pendukung mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi. Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau pernyataan yang disampaikan oleh klien. Perawat akan mengatru pertemuan dengan rohaniawan bila klien menginginkannya, dengan dokter bila pasien menginginkannya.
Mencegah infeksi. Antibiotik seperti kanamisin sulfat, eritromisin, dan neomisin sukfat diberikan sesuai resep untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon. Selain itu usus dapat dibersihkan dengan laksatif, enema, atau irigasi kolonis. Atibiotik dapat diberikan pada periode pasca operatif untuk membantu dalam mencegah infeksi.
Pendidikan pasien praoperatif. Pengetahuan pasien saat ini tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah dan tingkat fungsi yang diinginkan pada pascaoperatifharus dikaji. Informasi yang diperlukan, bagaimana hal ini ditujukkan, kapan pasien paling dapat menerimannya, dan siapa yang menemani selama intruksi.
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pascaoperatif. Tehnik perawatan ostomi, pembatasan diet, kontrol nyeri, dan penatalaksanaan obatdimasukkan dalam materi rencana penyuluhan.
D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1.Mempertahankan eliminasi usus adekuat
2.Mengalami sedikit nyeri
3.Meningkatkan toleransi aktivitas
4.Mencapai tingkat nutrisi yang optimal
5.Keseimbangan cairan tercapai
6.Mengalami penurunan ansietas
7.Memerlukan informasi diagnosis, prosedur bedah dan perawatan diri setelah pulang
8.Memeprtahankan insisi
9.Tidak mengalami komplikasi 
 
http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/

ASKEP INFARK MIOKARDIUM AKUT


A.KONSEP DASAR MEDIK
I.PENGERTIAN
Infark Miokardium Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot jantung terganggu. Umumnya IMA didasari oleh adanya arterosklerosis pembuluh darah kororner. Nekrosis miokard ini hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri korornaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque arterosklerosis yang tidak stabil; juga seringkali mengikuti ruptur plague pada arteri koroner dengan stenosis ringan. Kerusakan miokard ini terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan irreversibel dalam 3-4 jam dan akan terus mengalami proses injury selama beberapa minggu atau bulan.
Secara morfologis IMA dibedakan atas dua jenis yaitu IMA transmural, yang mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner; dan IMA sub-endokardial dimana nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa bercak-bercak dan tidak konfluens. IMA sub-endokardial dapat regional (terjadi pada distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner).

II.ETIOLOGI
Penyebab penurunan suplay darah mungkin disebabkan karena penyempitan kritis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli ataupun trombus. Penurunan aliran koroner juga dapat diakibatkan oleh adanya shock atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen dijantung.

III.PATHOFISIOLOGI
Infark Miokard merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner. Lamanya kerusakan miokardial bervariasi dan tergantung pada besarnya daerah yang diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Gambaran dari infark miokard ini juga tergantung pada lokasi dan luasnya daerah sumbatan pada arteri koroner.
Dua jenis komplikasi penyakit IMA terpenting adalah komplikasi haemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, stroke volume dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik akan diikuti oleh kenaikan tekanan akhir atrium, dan pada peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama kan menyebabkan transudasi cairan kejaringan interstisium paru (gagal jantung). Perburukan haemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah yang mengalami infark, tetapi juga daerah yang mengalami iskhemik disekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergik, untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan akibat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskhemia atau bahkan sudah terjadi fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, maka perburukan haemodinamika akan minimal, sebaliknya bila infark yang terjadi luas dan miokard yang berkompensasi sudah buruk akibat iskhemia atau infark lama maka akan terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan menyebabkan terjadinya gagal jantung. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuraan ventrikel kiri dan ketebalan ventrikel baik yang terkena infark maupun yang tidak. Perubahan tersebut menyebakan remodelliong ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel yaitu timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin membaik, maka fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang sebelumnya terjadi iskhemia mengalami perbaikan. Daerah-daerah tersebut akan mengalami akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskhemia berkepanjangan atau infark meluas, karena akan timbul penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA yang terjadi terutama pada saat-saat pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sisten syaraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia karena pasien IMA umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan terjadinya fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.

IV.MANIFESTASI KLINIS
Banyak penelitian yang menunjukan pasien dengan infark miokard biasanya pria, diatas 40 tahun dan meengalami arterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai hipertensi arterial. Serangan juga terjadi pada wanita dan priaa muda diawal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan kebiasaan merokok memepunyai resiko tinggi.
Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar kelengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien dengan diabetes dan orang tua tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar, atau sinkope dan pasien sering tampak ketakutan.
Walau IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner, namun bila anamnese dilakukan dengan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului dengan keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak didada, atau epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik dan dapat normal. Dapat ditemukan BJ 2 yang pecah paradoksal, irama gallop. Adanya krepitasi basal merupakan tanda bendungan pada paru-paru. Tachicardia, kulit yang pucat, dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang nampak atau teraba didinding dada pada IMA interior.

V.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Riwayat pasien; pengambilan riwayat pasien dilakukan dengan dua tahap :
1)Riwayat penyakit sekarang.
2)Riwayat penyakit dahulu, serta riwayat kesehatan keluarga, khususnya yang berhubungan dengan insiden penyakit jantung dalam keluarga.
Elektrokardiogram (EKG), memberi informasi tentang elktrofisiologi jantung.
Ekokardiogram, digunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung, khususnya ventrikel.
Enzim dan Isoenzim serum. Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kreatininkinase dan laktat dehidrogenase.

VI.PENATALAKSANAAN
Tujuannya adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplay oksigen jantung. Therapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan fungsi jantung.
Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan supaly oksigen yaitu :
Vasodilator
Vasodilator pilihan yang digunakan untuk mengurangi nyeri jantung adalah Nitrogliserin (NTG) intravena. NTG menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah diperifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali kejantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (work load) jantung.

Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu pembekuan darah sehingga dapat menurun kan kemungkinan pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
Tranbolitik
Tujuan pemberian obat ini adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk diarteri koroner, memperkecil penyumbatan, dan juga luasnya infark.

II.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a.Sirkulasi
-Tekanan darah: dapat normal, naik-turun, perubahan postular dicatat dari tempat tidur/berdiri.
-Nadi: dapat normal penuh/tak kuat, lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
-Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung, penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel.
-Murmur: Bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot kapiler.
-Irama jantung : Dapat teratur/tidak
-Edema: Distensi vena jugular, edema dependen/perifer, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
-Warna: Pucat
b.Aktivitas
-Kelemahan: gelisah
-Tachikardia: dispose pada saat aktivitas/istirahat
c.Pernapasan
-Dispnea pada saat/tanpa kerja
-Riwayat merokok
-Peningkatan frekuensi pernapasan
-Pucat
-Bunyi napas: bersih atau krekel/mengi
-Sputum: bersih
d.Ketidaknyamanan
-Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktivitas) tidak hilang dengan istirahat
-Lokasi: tipikal pada dada anterior, sub strenal prekorda dapat menyebar ketangan, leher, rahang. Tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen dan punggung.
-Kualitas: menyempit berat, menetap, tertakan.
-Intensitas biasanya 10 pada skala 1:10 mungkin pengalaman nyeri yang paling buruk yang pernah dialami.
-Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
-Menangis, merintih.
-Menarik diri
-Respon otomatik: perubahan frekuensi/irama jantung, tekanan darah, pernapasan dan warna kulit.
e.Makanan/Cairan
-Mual/kehilangan napsu makan.
-Kulit kering dan berkeringat.
-Muntah.
-Penurunan berat badan.
f.Eliminasi
-Produksi urine berkurang
-Bunyi usus menurun
g.Neurosensori
-Pusing, berdenyut selama tidur atau pada saat bangun.
-Perubahan mental
-Kelemahan

Diagnosa Keperawatan
(1)Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan jantung
(2Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen.
(3)Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akibat perubahan status kesehatan.
(4)Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan kerusakan jaringan mikard.

Analisa Data dan Intervensi
(1)Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan jantung, ditandai dengan:
DS : Keluhan nyeri pada dada.
DO : Wajah meringis
Gelisah
Perubahan nadi
Perubahan tekanan darah
Perubahan postur tubuh
Tujuan : Nyeri dada hilang dengan kriteria hasil :
-Klien tidak mengeluh nyeri
-Ekspresi wajah rileks
-Tidak gelisah
-Postur tubuh baik
-Nadi normal 60 kali/menit
-Tekanan darah normal 120/90 mmHg
Intervensi :
-Pantau karakteristik nyeri, laporan verbal, petunjuk non verbal dan respon hemodinamik (gelisah, berkeringat, napas cepat, tekanan darah, frekuensi jantung)
Rasional : Untuk membandingkan nyeri yang ada, riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditindak agar nyeri hilang.
-Anjurkan klien untuk melaporkan saat nyeri dirasakan
Rasional : Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri dan memerlukan peningkatan dosis.
-Beri lingkungan yang tenang/ataur posisi yang nyaman
Rasional : Menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan koping.
-Bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Membantu dalam menurunkan persepsi/respon nyeri, memberikan kontrol situasi, meningkatkan kemampuan koping.
-Berikan oksigen dengan kanule atau masker
Rasional : Meningkatkan jumalh oksigen yang ada untuk pemakaian miokardial, mengurangi ketidaknyamanan.
-Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional : Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokard.

(2)Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen dengan kriteria :
DS : Keluhan gangguan frekuensi jantung.
DO : Gangguan frekuensi jantung
Perubahan tekanan darah
Terjadinya disritmia
Nyeri dada
Perubahan warna kulit
Sesak
Lelah
Tujuan : Aktivitas terpenuhi dengan kriteria hasil :
-Peningkatan toleransi aktivitas
-Frekuensi jantung normal
-Tekanan darah normal
-Nyeri berkurang
-Kulit hangat, merah muda
-Frekuensi pernapasan normal
-Tidak lelah
Intervensi :
-Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selama dan sesudah aktivitas.
Rasional : Kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengidentifikasikan penurunan oksigen miokardial yanmg memerlukan penurunan tingkat aktivitas.
-Tingkatkan istirahat / batasi aktivitas.
Rasional : Menurunkan kerja miokardial / konsumsi oksigen menurunkan resiko komplikasi.
-Anjurkan klien menghindarkan peningkatan tekanan abdomen.
Rasional : Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi dan juga menurunkan curah jantung dan tachikardia dan peningkatan tekanan darah.
-Jelaskan pola peningkatan bertahap dan tingkat aktivitasnya.
Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas yang berlebihan.

(3)Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akibat perubahan status kesehatan dengan kriteria :
DS : Klien bertanya tentang keadaannya.
DO : Ketakutan
Tegang
Gelisah
Prilaku menentang
Tujuan : Cemas hilang dengan kriteria hasil :
-Tidak takut
-Tidak gelisah
-Ekspresi wajah ceria
-Prilaku berkerja sama

Intervensi :
-Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman / situasi.
Rasional : Koping terhadap nyeri dan trauma emosi sulit pasien dapat takut mati atau/cemas akan berkelanjutan.
-Catat adanya kegelisahan, menolak/menyangkal.
Rasional : Peningkatan terhadap frekuensi hidup antara individu dan dampak penolakan telah berarti dua.
-Mempertahankan rasa percaya.
Rasional :Pasien dan orang terdekat dapat dipengaruhi oleh cemas/ketidaktenangan anggota tim kesehatan.
-Kaji tanda verbal dan normal pernapasan.
Rasional : Pasien mungkin tidak menimbulkan masalah secara langsung tetapi kata-kata, tindakan dapat menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah. Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan kontrol terhadap prilakunya sendiri.
-Orientasikan pasien pada orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diterapkan.
Rasional : Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
-Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang berbagai pertanyaan dan masalah.
Rasional : Berbagai informasi membentuk dukungan dan kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekuatiran yang tidak diekspresikan.
(4)Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan kerusakan jaringan miokard dengan kriteria :
DS : -
DO : Perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung
Peningkatan tahanan vasculer sistemik (TVS)
Disritmia
Perubahan tekanan darah
Produksi urine menurun
Dispnea
Tujuan : curah jantung baik dengan kriteria hasil :
-Frekuensi/irama jantung normal
-TVS normal
-Disritmia hilang
-Produksi urine normal
-Tidak dispnea
Intervensi :
-Auskultasi tekanan darah.
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sampai dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardial dan rangsangan vegal. Hipertensi juga merupakan fenomena umum kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin atau masalah vascular sebelumnya, hipotensi artostatik mungkin berhubungan dengan komplikasi infark miokard.
-Evaluasi kualitas, kesamaan nadi.
Rasional :Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan.kekuatan nadi.
-Catat terjadinya S3 dan S4.
Rasional : S3 biasanya dihubungkan dengan BJ koroner tetapi yang terlihat pada gagal jantung dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskhemia miokard kekakuan ventrikel, hipertensi pulmonal sistemik.
-Pantau adanya murmur.
Rasional : Menunjukan gangguan aliran darah normal dalam jantung, katup tak baik, kerusakan septum dan fibrasi otot kapiler/ korda mandinea, adanya gesekan dengan infakr juga berhubungan dengan inflamasi.
-Auskultasi bunyi napas.
Rasional : Krekels menunjukan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
-Pantau frekuensi jantung, irama, disritmia.
Rasional : Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya komplikasi/disritmia (khususnya kontraksi ventrikel prematur atau blok jantung berlanjut) yang mempengaruhi fungsi jantung.
-Catat respon terhadap dan peningkatan istirahat dengan cepat.
Rasional : Kelelahan latihan meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen daan mempengaruhi fungsi miokard.
-Berikan pispot disamping tempat tidur bila tidak mampu kekamar kecil.
Rasional : Mengupayakan penggunaan bedpan dapat melahkan dan secara psikologis penuh stres, juga meningkatkan oksigen dan kerja jantung.
-Berikan makanan kecil/mudah dikunyah.
Rasional : Makanan dalam jumlah besar dapat meningkatkan kerja miokardium dan menyebabkan rangsangan yang mengakibatkan bradikardia/denyut ektopik. Cafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat meningkatkan frekuensi jantung.
-Berikan oksigen.
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskhemia dan disritmia lanjut.
-Kaji ulang EKG
Rasional : memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan infark status fungsi ventrikel, keseimbangan elektrolit dan efek terapi obat.

DAFTAR PUSTAKA


1.Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, 1996, Jakarta.
2.Silvia & Wilson, Pathofisiologi (Konsep Klinis Proses-proses Penyakit), EGC, 1995, Jakarta.
3.Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2002, Jakarta.
4.Staf Pengajar Patologi Anatomi, Patologi, Bagian Patologi Anatomi FKUI, Jakarta.

http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/

ASKEP ANEMIA


ANEMIA

1. Pengertian
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.
2. Fisiologi
Struktur dan fungsi sel darah merah yang normal
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m. Tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalannya melalui mikrosirkulasi konfigurasi berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari anti gen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.
Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta per millimeter kubik darah pada rata-rata orang dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara kehilangan dan penggantian sel darah setiap hari. Pembentukan sel darah merah diransang oleh hormon glikoprotein, eritropoitin, yang dianggap berasal dari ginjal. Pembentukan eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perubahan 02 atmosfer, berkurangnya kadar 02 darah arteri, dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Eritropoetin meransang sel induk untuk memulai proliferasi dan pematangan sel-sel darah merah. Selanjutnya pematangan tergantung pada jumlah zat-zat makanan yang cukup dan penggunaannya yang cocok, seperti vitamin B12 , asam folat, protein-protein, enzim-enzim, dan mineral seperti dan tembaga.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsung tulang dan melalui semua stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Retikolosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikuler. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selam 24 sampai 48 jam pematangan; retikulum kemudian larut dan menjadi sel-sel darah merah yang matang.
Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan menjadi lebih rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin di fagositosis terutama di limpa. Hati dan sumsum tulang. Kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali kedalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein plasma transperin ke sumsung tulang untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Sisa besi disimpan dalam hati dan jaringan tubuh lain dalam bentuk feritin dan hemosiderin, simpanan ini akan digunakan lagi dokemudian hari. Sisa hem direduksi kembali menjadi karbon monoksida (CO) dan biliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan dikeluarkan melalui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi menjadi bilirubin bebas; yang berlahan-lahan dikeluarkan kedalam plasma. Dimana bilirubin bergabung ke albumin plasma kemudian diangkut kedalam sel-sel hati untuk diekskresi ke dalam kanalikuli empedu. Bila ada penghancuran aktif sel-sel darah merah seperti hemolisis, pembebasan jumlah bilirubin yang cepat kedalam cairan ekstraselular menyebabkan kulit dan konjungtiva kuning, keadaan ini disebut ikterus.

3. Patofisiologi
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih lebih sedikit darah yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simptomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui:
 Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 kejaringan-jaringan oleh sel darah merah.
 Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.
 Mengembangkan volume plasma dengan mernarik cairan dari sela-sela jaringan, dan
 Redistribusi cairan ke organ-organ vital.
Selain satu dari tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku dan telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta conjuntiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat dapat mengakibatkan payah jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaiakan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat pula timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defesiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).

4. Klasifikasi Anemia
Anemia dapat diklasifikasikan menurut:
1. Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya
Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menujukkan warnanya.
Sudah dikenal klasifikasi besar yaitu:
a. Anemia normositik normokrom.
Dimana ukuran dan bertuk sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal. (MCV dan MCHC normal atau normal rendah) tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemai jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit-penyakit infiltrat metastatik pada susum tulang.
b. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat B12 dan/atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.
c. Mikrositik hipokrom.
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal(MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital)
2. Etiologi.
Anemia dapat pula diklasifikasikan menurut etiologinya, penyebab utama yang diperkirakan adalah:
a. Meningkatnya kehilangan sel darah merah
Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarah atau penghancuran sel. Perdarahan dapat diesebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat perdarahan kronik karaena polip pada colon, penyakit-penyakit keganasan , hemoroid, atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah sendiri terganggu adalah:
- Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, mislnya anemia sel sabit.
- Gangguan sintesis globin. Misalnya talasemia.
- Gangguan membran sel darah merah, misalnya sferositosis herediter.
- Defesiensi ensim, misalnya difisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)
Yang disebut diatas adalah gangguan herediter, namun hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah, yang seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai indvidu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh transfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri, keadaan yang dinamakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu, seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, atau L-dopa, atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematous, artritis reumatoid dan infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasikfikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah; anti bodi tipe panas atau anibodi tepe dingin.
b. Penurunan atau pembentukan sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoesis)
Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini, yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
- Keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukemia, dan multipel mioloma, obat dan sat kimia toksik, dan penyinaran denan radiasi
- Penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dah hati. Penyakit-penyakit infeksi dan difisensi endokrin. Kekurangan vitamin penting , seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi, dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia.
Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologi dan etiologi.
ANEMIA APLASTIK
Pengertian
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah merah yang dihasilkan tidak memadai. Pederita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, dan trombosit. Secara morfologi sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, dan biopsi sumsung tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hiplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pangobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik . bebraapa kasusu seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.

Penyebab-penyebab anemia aplastik :
1. Agen antineoplastik
2. Terapi radiasi
3. Berbagai obat seperti anti konvulsan, pengobatan tiroid, senyawa emas dan fenilbutason.
4. Benzen
5. Infeksi virus (khususnya virus khusunya virus hepatitis)
Pengobatan
Terutama dipusatkan pada perawatan supportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defesiensi besi sel lain merupakan penyebab utama kematian, maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi.
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi (ruangan denan aliran udaran mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik, pada perdarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit, dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen peransang sumsung tulang, seperti androgen diduga menimbulkan eritropoesis, tetapi defesiensinya tidak menentu, penderita anemia aplastik kronik dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dapat dipertahankan Hb antara 8 dan 9 g dengan transfusi darah periodik.

ANEMIA DEFESIENSI BESI
Pengertian
Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Difisensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terdapat pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil.
Penyebab lain defesiensi besi adalah:
1. Asupan besi yang tidak cukup, misalnya pada bayi yang hanya diberi makan susu belaka sampai usia 12 – 24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayuran saja.
2. Gangguan absobsi, seperti setelah gastrektomi
3. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan pada saluran cerna yang lambat karena polip, Neoplasma, gastritis, varises osefagus, makan aspirin, dan hemoroid.
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya, hampir duapertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan dan kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma kesumsum tulang untuk eritripoesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil sekali dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, seperti sisanya disimpan dalam hati, lipa dan dalam sumsung tulang sebagai feretin dan sebagai homosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.

Gejala-gejala
Gejala-gejala yang ditunjukkan; (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/100 ml; Hb 6-7 mg/100ml) mempunyai rambut yang rapuh, dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu, atropi papils lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilap, merah daging, meradang dan sakit. Dapat pula timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit disudut-sudut mulut.
Pemeriksaan
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom (MCP dan MCHC berkurang, dan MCH berkurang) disertai dengan poikilisitosis dan anisosotosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas mengikat besi serum total meningkat.



Pengobatan
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin deperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan, dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah basi yang tersedia (misalnya hati), masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian besar penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebaba harganya mahal dan mempunyai insidens besar tejadi reaksi yang merugikan.

ANEMIA MEGALOBLASTIK
Pengertian
Anemia megaloblastik diklasfikasikan menurut morfologinya sebgai anemia makrositik normokrom.
Penyebab
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defesiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sitesis DNA terganggu. Defesiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsobsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan pos gastrektomi), infestasi prasit, penyakit usus, dan keganansa, serta agen kemoterapik. Invidu dengan infeksi cacing pita (dengan, Diphilloborithrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompertisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B¬12 dari makanan. Yang mengakibatkan anemia megaloblastik.
Gejala-gejala
Selain gejala-gejala anemia seperti yang dijelaskan sebelumnya, penderita anemia megaloblastik sekunder karena defesiensi folat dapat seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertaai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4ng/ml). Hitung retikulosit biasanyan berkurang disertai penurunan hematokrit dan hemoglobin.
Pengobatan
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pengobatan bergantun pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalan memperbaiki defisiensi diet dan terpi pengganti dengan asam folat atau vitamin B12. penderita yang kecanduan alkohol yang dirawat dirumah sakit sering memberi respon “spontan’ bila diberikan diet seimbang.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

AKTIVITAS ISTIRAHAT
gejala - Keletiha, kelamahan, malaise umum
- Kehilangan prodiktivitas , penurunan semangat untk bekerja.
- Toleransi terhadap latihan rendah
- Kebutuhan untik tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda - Takikardia/takikpnea; dispnea pada bekerja atau istirahat.
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
- Ataksia, tubuh tidak tegak.
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan

SIRKULASI
Gejala - Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya kehilangan gastrointestinal kronis, menstruasi berat, angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)
- Riwayat endokarditis infektif kronik
- Palpitasi (takikardia kompensasi)
Tanda - Tekanan darah peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postura.
- Disaritmia; abnormalitas EKG, misalnya, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardi.
- Baunyi jantung murmur sistolik (DB)
- Warn ekstremitas; pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan; pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan) kulit seperti berlilin, pucat (aplastik), atau kuning lemon terang (PA)
- Skelera biru atau putih seperti mutiara (DB)
- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (Koilonokia) (DB)
- Rambut; kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur.

INTEGRITAS EGO
Gejala - Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya transfusi darah.
Tanda - Defresi

ELIMINASI
Gejala - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.
- Flatulen, sindrom malabsorbsi (DB).
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.
- Diare atau konstipasi.
- Penurunan haluaran urine.
Tanda - Distensi abdomen.

MAKANAN / CAIRAN
Gejala - Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah / masukan sereal tinggi (DB).
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ).
- Mual / muntah, dispepsia, anoreksia.
- Adanya penurunan berat badan.
- Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda - Lidah tampak merah daging / halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B 12.
- Membran mukosa kering, pucat.
- Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut / hilang elastisitas (DB).
- Stomatitis dan glositis (status defisiensi).
- Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah ( DB ).

HIGIENE
Tanda - Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.

NEUROSENSASI
Gejala - Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi.
- Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
- Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parastesia tangan / kaki (AP) ; klaudiaksi.
- Sensasi menjadi dingin.
Tanda - Peka rangsang, gelisah, defresi, cenderung tidur, apatis.
- Mental : tak mampu berespon lambat dan dangkal.
- Oftalmik : hemoragis retina ( aplastik, AP ).
- Epistaksis, perdarahan dari lubang – lubang ( aplastik ).
- Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis ( AP ).

NYERI / KENYAMANAN
Gejala - Nyeri abdomen samar ; sakit kepala ( DB ).

PERNAPASAN
Gejala - Riwayat TB, abses paru.
- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda - Takipnea, ortopnea, dan dispnea.

KEAMANAN
Gejala - Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya ; benzen, insektisida, fenibultazon, naftalen.
- Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.
- Riwayat kanker, terapi kanker.
- Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas.
- Transfusi darah sebelumnya.
- Gangguan penglihatan.
- Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda - Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.
- Limfadenopati umum.
- Peteki dan ekimosis (aplastik).

SEKSUALITAS
Gejala - Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
- Hilang libido ( pria dan wanita ).
- Impoten.
Tanda - Serviks dan dinding vagina pucat.

PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala - Kecenderungan keluarga untuk anemi ( DB / AP ).
- Penggunaan anti konvulsan masa lalu / saat ini, antibiotik, agen kemoterapi ( gagal sumsum tulang ), aspirin, obat anti inflamasi, anti koagulan.
- Penggunaan alkohol kronis.
- Adanya / berulang episode perdarahan aktif ( DB ).
- Riwayat penyakit hati, ginjal ; masalah hematologi ; penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain ; enteritis regional ; manifestasi cacing pita ; poliendokrinopati ; masalah autoimun (misalnya ; antibodi pada sel parietal, faktor intrinsik, antibodi tiroid dan sel T ).
- Pembedahan sebelumnya, misalnya; splenektomi; eksisi tumor; penggantian katup prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster, gastrektomi parsial / total ( DB/AP ).
- Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis, ( RA ), penyakit granulomatus kronis, atau kanker ( sekunder anemia ).
Pertimbangan - DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,6 hari
Rencana pemulangan - Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan ( injeksi); aktivitas perawatan diri dan / atau pemeliharaan rumah, perubahan rencan diet.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jumlah darah lengkap ( JDL ) : Hemoglobin dan hematokrit menurun.
- Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromoik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
- Jumlah retikulosit : bervariasi, misalnya menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah / hemolisis.
- Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
- LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.
- Masa hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misalnya pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.
- Test kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
- SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
Jumlah trombosit : Menurun (aplastik); meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik).
- Hemoblobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
- Billirubin serum (tak terkonjungasi) : meningkat (AP, HEMOLITIK).
- Folat serum dan vitamin B 12 : membantu mengdiagnosa anemia sehubugngan defisensi masukan/absorbsi
- Besi serum; meningkat (DB)
- Feritin serum; menurun (DB)
- Masa perdarahan; memanjang (aplastik)
- LDH serum; mungkin meningkat (AP)
- Tes schilling; penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP)
- Guaiak; mungkin positif untuk darah pada urine. Feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis (AP)
- Analisa gaster; penurunan sekresi dengan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP)
- Aspirasi sumsung tulang/pemeriksaan biopsi; sel mungkin tampak berubah dalam jumal, ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misalnya, peningkatan megaloblastik (AP) ,lemak sumsung tulang dengan penurunan sel darah (aplastik)
- Pemeriksaan endoskopi dan radiografi; memeriksan sisi perdarahan ; perdarahan GI.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan perfusi jaringan
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3. Mencegah konplikasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan program pengobatan.

TUJUAN PEMULANGAN
1. Kebuthan aktivitas sehari-sehari terpenuhi mandiri atau dengan bantuan orang lain.
2. Komplikasi tercegah/minimal
3. Proses penyakit/prognosis dan program terpai di pahami

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan :
 Penurrunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel
Ditandai dengan;
 Palpitasi, angina
 Kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh
 Ekstremitas dingin
 Penurunan haluaran urine
 Mual/muntah
 Distensi abdomen
 Perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat.
 Ketidak mampuan berkonsentrasi, disorientasi.
Tujuan
 Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya, tanda vital stabil; membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa.
TINDAKAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
1.Awati tanda vital, kaji pegisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.
R:/Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intevensi
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan toleransi
R:/Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler, catatan; kontraindikasi bila ada hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan; auskultasi bunyai napas perhatikan adventisius Dispnea, R:/gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
4.Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi.
R:/Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.
5.Kaji untuk respons verbal melambat, mudah teransang, agitasi, gangguan memori, bingung.
R:/Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defesiensi vitamin B12
6.Orientasi/orientasikan ulang pasien susuia kebutuhan, catat jadwal aktivitas pasien untuk dirujuk, berikan cukup waktu pasien untuk berpikir, komunikasikan dan aktiviatas
R:/Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.
7.Catat keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
R:/Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi verifer, kenyamanan pasien kebutuhan rasa hangat harus seimbangn dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ)
Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas, ukur suhu air mandi dengan temometer. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
Kolaborasi
8. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA. R:/Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi
9. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.
R:/Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defesiensi untuk menurunkan risiko perdarahan.
10. Berikan oksigen tambagan sesuai indikasi
R:/Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan
11. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi
R:/Transplanstasi sumsung tulang dilakukan pada kegagalan sumsung tulang . (anemia aplastik)

2. Intolansi aktiviatas, berhubunga dengan ;
 Ketidak seimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan
ditandai dengan
 Kelemahan dan kelelahan
 Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan
 Lebih bayak memerlukan istirahat/tidur.
 Palpitasi, takikardia, peningkatan tekanan darah/respons pernapasan dengan kerja ringan
Tujuan;
 Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
 Menunjukkan penurunan tanda tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal pasien.
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas.
R:Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot
R: Menujukkan perubahan neurologi karenan defisiensi vitamin B12 memepengaruhi kemanan pasien/risiko cidera
3.Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas, catat respons terhadap tingkat aktivias misalnya penigkatan denyut jantung/tekanan darah, disaritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya.
R:/Manifestasi kardiopulmonasi dari upaya jantung dan paru-paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan
4. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan, pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan.
R:Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung paru.
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
R:Hipotensi postural atau hipoksi serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan risiko cedera.
6.Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningktkan istirahat, pilih priode istirahat dengan priode aktivitas.
R: Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan.
7. Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin.
R: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
8.Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu.
9. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi.
R: Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan mempebaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.
10. Gunakan teknik penghematan energi, misalnya, mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas.
R: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.
11.Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi.
R: Regangan/stress kardiovulmonal berlebihan/stress dapat menimbulkan dekompansasi/kegagalan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan degan:
 Kegagalan untuk mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
Ditandai dengan:
 Penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk, usia, tinggi, dan bangun badan.
 Penurunan lipata kulit trisep.
 Peruban gusi membran mukosa mulut
 Penurunan toleranasi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot.
Tujuan;
 Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal
 Tidak mengalami tanda mal nutrisi
 Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan;
 Perubahan sirkulasi dan neurologi (anemia)
 Gangguan mobilitas
 Defisit nutrisi.
Ditandai dengan:
 Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual
Tujuan;
 Mempertahankan integriatas kulit
 Mengidentifikasi faktor risiko/perilaku untuk mencegah cedera dermal.
5. Konstipas atau diare, berhubugan dengan;
 Penurunan masukan diet, perubahan proses-proses pencernaan
 Efek samping terapi obat
Ditandai dengan;
 Perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses.
 Mual/muntah, penurunan napsu makan.
 Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram
 Gangguan bunyi usus.
Tujuan;
 Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus
 Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup yang diperlukan sebagai penyebab, faktor pemberat.
6. Risiko tinggi terhadap infeksi, berhubungan dengan:
 Pertahan sekunder tidak adekuat misalnya penurunan hemoglobin leukopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)
 Pertahan utama tidak adekuat, misalnya kerusakan kulit, stasis cairan tubuh, prosedur invsif, penyakit kronis, malnutrisi.
 Diatandai dengan;
 Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual
 Tujuan;
 Mengidentifikasi perliku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
 Meninkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen, atau eritema, dan demam.
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan;
 Kurang terpajan/mengingat.
 Salah interpretasi informasi
 Tidak mengenal sumber informasi
Ditandai dengan;
 Pertanyaan, meminta informasi
 Pernyataan salah konsepsi.
 Tidak akurat mengikuti instruksi
 Terjadi komplikasi yagng dapat dicegah.
Tujuan;
 Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan.
 Mengidentifikasi faktor penyebab
 Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.



DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Donges Dkk.; Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.; Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta 1999.

Price & Wilson,; Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit; Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1999.

Soeparman dkk.; Ilmu Penyakit Dalam; Balai Penerbit FKUI; Jakarta 1990.

di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/

ASKEP PLASENTA PREVIA


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya .
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan .
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ;
-Menjelaskan konsep dasar dari plasenta previa
-Membuat asuhan keperawatan pada plasenta previa

BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Konsep Dasar Plasenta Previa
1.Pengertian Plasenta Previa
-Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir . Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus .
- Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpuks uteri jauh dari ostium internus servisis , tetapi terletak sangat dekat pada ostium internus tersebut.
2.Klasifikasi Plasenta Previa
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
-Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta .
-Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta .
-Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis)
-Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir .
3.Etiologi Plasenta Previa
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).
4.Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari plasenta previa adalah :
-Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
-Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
-Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus
-Perdarahan permulaan jarang begitu berat . Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga .
-Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas pintu atas panggul., ada kelainan letak janin
Pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
5.Insiden plasenta previa
Menurut Brenner dkk (1978) menemukan dalam paruh terakhir kehamilan, insiden plasenta previa sebesar 8,6 % atau 1 dari 167 kehamilan. 20 % diantaranya merupakan plasenta previa totalis. (Williams,847).
Di RS. DR Cipto Mangunkusumo antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar (Ilmu Kebidanan, 367)
Kejadian plasenta previa adalah 0,4-o,6 % dari keseluruhan persalinan. (Acuan Nasional, 16.
6.Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pad janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.
7.Penatalaksanaan umum plasenta previa.
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
( misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar )
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan :
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan ttettapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasive.
Syarat terapi ekspektatif :
-Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
-Belum ada tanda inpartu.
-Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).
-Janin masih hidup.
-Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, presentasi janin.
Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
Terapi Aktif
 Rencanakan terminasi kehamilan jika :
-Janin matur
-Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali).
-Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin.
Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak , lahirkan dengan seksio sesarea.
Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
-Jahit tempat perdarahan dengan benang.
-Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes permenit.
penanganan yang sesuai . Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi Jika perdarahan terjadi pascapersalinan, segera lakukan.
Penanganan plasenta previ
Syok
Tidak syok
1.Infus cairan
2.oksigen (kalau ada)
Cairan infus
Rujuk kerumah sakit
Aterm
Belum aterm
Periksa dalam di meja operasi
1.Konservatif
2.Rawat
3.Kortikosteroid untuk pematangan paru-paru janin
bila perdarahan ulang banyak dilakukan PDMO
Plasenta previa
Plasenta letak rendah
Seksio sesaria Partus pervaginan

II. 2. Asuhan keperawatan
1.Pengkajian
Sirkulasi
Perdarahan vagina tanpa nyeri ( jumlah tergantung pada apaka previa marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan.
Seksualitas
Tinggi fundus 28 cm atau lebih.
Djj dalam batas yang normal (DBN)
Janin mungkin melingtang atau tidak turun.
Uterus lunak.
Pemeriksaan diagnostic.
HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan
Hb dan Ht.
USG ; Menetukan letak plasenta.
2.Diagnosa keperawatan.
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
Ansietas b/d Ancaman kematian ( dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun.
3.Intervensi keperawatan.
a.Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.
Kriteria evaluasi;
Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
1)Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
2)Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan
3)Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon.
4)Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok
5)Hindari pemeriksaan rectal atau vagina
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi.
6)Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
7)Siapkan untuk kelahiran sesaria.
Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.
b.Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).
1.Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2.Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas
Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
3.Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
4.Berikan suplemen oksigen pada klien
Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
5.Ganti kehilangan darah/cairan ibu.
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
6. Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.
Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.
c.Ansietas b/d ancaman kematian (dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.
Kriteria evaluasi :
-Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.
-Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.
-Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan.
1.Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
2.Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan.
Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan.
3.Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.
Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri.
4.Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur.
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif.
5.Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.
Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi.
d.Resiko tinggi cederabu) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah abnormal,kerusakan system imun.
Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.
1.Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok
Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
2.Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.
Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.
3.Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin.
Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin.
4.Berikan heparin, bila diindikasikan.
Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan.
5.Berikan antibiotic secara parenteral.
Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
1.Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI . Jakarta
2.Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
3.Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
4.Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
5.Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/

ASKEP HEPATITIS


LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Medik
A. Pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001). Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).

B. Etiologi
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda.
2. Alkohol
3. Keracunan Obat-obatan

C. Manifestasi Klinik
1. Stadium pra-ikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas.Urine menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu.Ikterus mula-mula terlihat pada sklera kemudian pada kulit seluruh tubuh.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi)
Ikterus mereda warna urine dan tinja menjadi normal lagi.

D. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan relapsing hepatitis atau hepatitis kronik persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif.Komplikasi berat yang dapat terjadi adalah hepatitis kronik aktif, sirosis hati, hepatits fulminan atau karsinoma hepatoseluler.Selain itu dapat pula terjadi anemi aplastik, glomerulonefritis, necrositing vaskulitis atau mixede craiyon bilinemia.

E. Pemeriksaan Penunjang
o Urine dan tinja
o Kelainan darah
o Kelainan hematologis
o Biopsi hati dengan jarum

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
1. Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah klien harus banyak istirahat karena dapat mempercepat proses penyembuhan.
2. Diet. Jika pasien mual, napsu makan menurun atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika tidak dapat diberikan makanan yang mengandung cukup kalori (30-35 kal/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB).
3. Medikameentosa. Obat-obat yang dapat diberikan adalah :
 Kortikosteroid, dapat diberikan pada kolestasis yang berkepanjangan dimana transminase serum telah kembali normal. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.
 Vitamin K diberikan bila ada perdarahan.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Golongan Antibiotik.

II. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor utama yang perlu dikaji pada pasien hepatitis :
 Aktvitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
 Sirkulasi
Tandanya : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.
 Eliminasi
Gejala : Urine gelap
Diare/konstipasi; warna tanah liat
Adanya/berulangnya haemodialisa.
 Makanan/cairan
Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau peningkatan (edema), mual/muntah.
Tanda : Asites
 Neorosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.


 Nyeri/kenyamanan
Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
Tanda : Otot tegang, gelisah.
 Pernapasan
Gejalanya : Tidak minat atau enggan merokok (perokok)
 Keamanan
Gejalanya : Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda : Demam
Urtikaria, lesi makulo papular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaringan, eritema palma, ginekomastia (kadang ada pada hapatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
 Seksualitas
Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo seksual aktif, biseksual pada wanita.

2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan pada klien dengan hepetitis yaitu :
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan.
2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan.
Tujuan : Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan atau meningkatkan BB.
Intervensi :
 Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.
 Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.
 Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak
Rasional : Menurunkan rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan.
 Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari.
Rasional : Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak

2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.
Tujuan : Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadan normal
Intervensi :
 Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.
Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal.
 Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma selama jam tidur.
Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit.
 Berikan masege pada waktu tidur.
Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.
 Hindari komentar tentang penampilan pasien.
Rasional : Meminimalkan stress psikologi sehubungan dengan perubahan kulit.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Intervensi :
 Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati.
 Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
Rasional : Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.
 Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan.
 Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
 Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio, membaca.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan dan dapat meningkatkan koping.
 Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan karena pembesaran hati.
Rasional : Menunjukan kurangnya resolusi/akseserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.

4. Implementasi
Tujuan utama mencacup :
1. Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan BB atau meningkatkan BB.
2. Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.
3. Dapat kembali melakukan aktivitas dengan baik.

5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. - Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatan/mempertahankan BB yang sesuai.
- Menunjukan peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.
2. - Menunjukan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.
- Melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet.
3. - Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
- Menunjukan teknik/perilaku yang memampuakan kembali melakukan aktivitas
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/

ASKEP KARSINOMA SERVIKS


KARSINOMA SERVIKS


o Pendahuluan
Karsinoma serviks uteri merupakan kanker ginekologis yang menempati urutn kedua tersering(setelah kanker payudara). Resiko setiap tahun pada wanita diatas 35 tahun adalah 16/100 000. Insiden puncak terjadi antara usia 45 dan 55 tahun dan insiden ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda. Kanker serviks biasanya tambah kearah dalam sehingga menimbulkan pembesaran serviks.
Lebih dari 85% kanker serviks adalah karsinoma sel sekunder sisanya adalah adenokarsinoma yang berasal dari sel yang melapisi kanalis servikalis atau muaranya. Lama kelamaan kanker dapat menyebar secara langsung kearah atas mengenai rongga uterus atau kebawah mengenai vagina atau melalui aliran limfatik ke nodus limfatikus iliaka eksterna(47 kasus) nodus limfatikus obtttturator(7% kasus) atau nodus paraservikalis (2% kasus). Penyebaran ini dapat dideteksi pada pemeriksaan klinis dan CAT SCAN, sehingga memungkinkan ahli onkologi menentukan stadiun pada awal pemeriksaan, semakin besar kemungkinan keterlibatan nodus limfatikus dan semakin buruk promosinya.

o Etiologi
Penyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui, faktor ekstrinstik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri adalah smegma, infeksi virus Human Papilima Virus (HPV) dan Spermatozoa. Karsinoma serviks uteri timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual yang berhubungan dengan mitra seks multipel, paretas, nutrisi, rokok, dan lain-lain.

o Pathologi
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisis ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous kompleks) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada diluar ostium uteri eksternum sedangkan pada wanita berumur >35 tahunSCJ berada didalam kanalis serviks.
Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif (mutaplasi skuamousa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh; a) eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis; b) endofitik, mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks daan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus; dan c) ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma infasif.

o Klasifikasi Menurut Figo 1978

Tingkat Kriteria

0 Karsinoma insitu atau karsinoma intra epitel
1 Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uterus tidak dinilai).
Ia Karsinoma serviks preklinis hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik kedalamnya >3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tadak lebih dari 7 mm.
Ib Lesi invasif >5 mm dibagi atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.
II Proses keganasan talah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa Penyebaran hanya kevagina, parmetrium masih bebas dari infiltrat tumor.
IIb Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai dinding panggul.
III Penyebaran sampai 1/3 destal vagina atau keparametrium sampai dinding panggul.
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namuin tidak sampai kedinding panggul.
IIIb Penyebaran sampai dinding panggul, atau proses pada tingkat 1/II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal/hidronefrosis.
IV Proses keganasan telah keluar dri panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) tau telah bermetastasis keluar panggul atu ketempat yang jauh.
IVa Telah bermetastasis keorgan sekitarnya
IVb Telah bermetastasis jauh.

o Pemeriksaan Penunjang
a) Sitologi dengan cara Paps Smear.
b) Kolposkopi
c) Servikografi
d) Pemeriksaan visual langsung
e) Gineskopi
f) Pap net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitivitas)

o Manifestasi Klinis
 Keluhan metroragi
 Keputihan atau purulen yang berbau (khas) dan tidak gatal
 Perdarahan pasca coitus/perdarahan spontan
 Obstruksi total vesica urinaria
 Cepat lelah
 Kehilangan BB
 Anemia
 Serviks membesar, ireguler dan teraba lunak

o Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan karsinoma serviks dapat dilakukan dilakukan berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Figo tahun 1978 yaitu sebagai berikut :
Tingkat Panatalaksanaan
0, Ia

Ib, IIa


IIb, III, IV
IVa, IVb - Biopsi kerucut
- Histerectomi transvaginal
- Histerectomi radikal dengan limfaadenoktomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe para aorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi psca pembedahan).
- Histerectomi transvaginal
- Radioterapi
- Radiasi paliatif, dan
- Kemoterapi

o Prognosis
Faktor-faktor yang menentukan prognosis ialah umur penderita, keadaan umum, tingkat klinik keganasan, ciri histologik sel tumor, kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani dan sarana pengobatan yang ada.

o Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut :
 Identitas klien
 Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :
1) Sirkulasi :
- Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)
- Pelambatan pengisian kapiler
- Pucat, kulit dingin/lembab
- Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal
- Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
2) Eliminasi :
- Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsio atau serviks.
3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
- Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), dan nyeri uterus lateral.
4) Keamanan :
- Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
5) Seksualitas :
- Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan).
- Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.
 Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
 Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular yang berlebihan.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan, pembedahan.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi seksualitas.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kegagalan memperoleh informasi yang adekuat sehubungan dengan keadaannya.

C. Intervensi dan Implementasi
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.
Intervensi :
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi.
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.
b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.
c. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
d. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
e. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
f. Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.
Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
g. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
h. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
i. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan kebutuhan metabolik.
j. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
k. Mulai Infus I atau 2 IV dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
l. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi.
Terapi Antibiotik.
Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
m. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.

Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan, prosedur pembedahan.
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.
b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum.
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.
d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.


Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi :
a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan konsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, memperberat ancietasnya.
b. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.
c. Tunjukan sikap tenang, empati dan mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.

Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Intervensi :
a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organinisme infeksious.
b. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
c. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.
d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.
e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.

Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi :
a. Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.
b. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi.
Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.
c. Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi, seperti klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap bayi dan dirinya.
Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan aktivitas perawatan dirinya dan bayi.
d. Diskusikan implikasi jangka panjang Ca Seriks dengan tepat, misalnya resiko hemoragi kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.
DAFTAR PUSTAKA


1. Arif Mansjoer dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

2. Sarwono, 1999, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta.

3. Brunner & Suddarth, 2000, Keperawaatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta.

4. Dongoes, 2001, Konsep Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta.

5. Derek Llewellyn – Jones, 2002, Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, Pustaka Nasional, Jakarta.

di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/