tag:blogger.com,1999:blog-37969381245123809712024-02-19T01:42:50.625-08:00Kesehatan dan cintaadezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-76960641863912426632011-07-15T09:25:00.001-07:002011-07-15T09:25:57.441-07:00ASKEP KANKER KOLON<h2 class="date-header"><span></span></h2><div class="date-posts"> <div class="post-outer"> <div class="post hentry"> <a href="" name="5533815743224246529"></a> <h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"> </div><div class="post-body entry-content" id="post-body-5533815743224246529"> A.DEFENISI<br />
Tumor usus halus jarang terjadi, sebalikanya tumor usus besar dan rektum relatif umu. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum adalah tipe paling umum kedua dari kenker internal diamerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis dinegara ini seriap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan dengan kanker rektal.<br />
B.ETIOLOGI<br />
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetaoi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis, dan diet tinggi lemak, protein, dan dagin serta rendah serat.<br />
C.PATOFISIOLOGI<br />
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menysusp serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumr primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).<br />
D.MANIFESTASI KLINIK<br />
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksi, atau penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merag segar dalam feses. Gejala yang dihubungakan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.<br />
E.KOMPLIKASI<br />
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekira kolon yang menyebabkan hemoragi . perforasi dapat terjadi, dan mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis atau sepsis dapat menimbulkan syok. <br />
F.EVALUASI DOAGNOSTIK<br />
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, progtosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60 % dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoideskopi dengan biopsi dan apusan sitologi.<br />
G.PEMERIKSAAN ANTIGEN KARSINOEMBRIONIK<br />
Pemeriksaan CEA dapat juga dilakukan meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor kemplet, kadar CEA yang meningkat harus kembali normal dalam waktu 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.<br />
H.PENATALAKSANAAN<br />
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogatrik. Apabila terdapat pendarahan yang cukup barwarna, terapi komponen darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang berhubungan. Endoskopi, ultrasonografidan laporoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif. Metode pentahapan yang dapat dilakukan adalah klasifikasi duke :<br />
Kelas A – tumor dibatasi pada mukosa dan sub mukosa<br />
Kelas B – penetrasi melaui dinding usus<br />
Kelas C – invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional<br />
Kelas D – metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran luas.<br />
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dlam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Teori ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah dan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C dan B. terapi radiasi diberikan pada periode operati, intraoperatif, dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Pembedahan adalah itndakan primer untuk kebanyakan kanker kolon pembedahan dapat bersifat kuratif dan paliatif.<br />
<br />
PROSES KEPERAWATAN<br />
A.Pengkajian<br />
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah: adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan makan atau defekasi), pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan serat serta jumlah komsumsi alkohol. Riwayat penurunan berat badan adalah penting.<br />
Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan adanya darah.<br />
B.Diagnosa keperawatan<br />
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup sebagai berikut :<br />
Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi<br />
Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi<br />
Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia<br />
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan anoreksia<br />
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi<br />
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker<br />
Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan diri setelah pulang<br />
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit dan periostomal<br />
Gangguan citra tubuh berhubungan denngan kolostomi<br />
C.Intervensi keperawatan<br />
Mempertahankan eliminasi. Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau. Laksatif dan enema diberikan sesuai resep. Pasien yang menunjukkan tenda perkembangan kearah obstruksi total disiapkan untuk menjalani pembedahan.<br />
Menghilangkan nyeri. Analgesik diberikan sesuai resep. Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu, mematikan televisi atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila diinginkan oleh pasien. Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan perubahan posisi, gosokan punggung, dan tehnik relaksasi.<br />
Meningkatkan toleransi aktivitas. Toleransi aktivitas pasien dikaji. Aktivitas diubah dan dijdualkan untuk memungkinan periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien.terapi komponen darah diberikan sesuai resep bila pasine menderita anemia berat. Apabila transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi mengenai tindakan pengamanan harus diikuti. Aktivitas pascaoperatif ditingkatkan dan toleransi dipantau.<br />
Memberikan tindakan nutrisional. Apabila kondisi pasien memungkinkan, diet tinggi kalori, protein, dan karbohidrat serta rendah residu diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari untuk memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurungkan peristaltik kelebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam selama pembedahan untuk menurungkan bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk menggantikan penipisan nutrien, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan hariian dicatat dan dokter diberitahu bila pasien terus mengalami penurunan berat badan pada saat m,enerima nutrisi parenteral.<br />
Mempertahankan keseimabangan cairan dan elektrolit. Masukan dan haluaran, mencakup muntah, diukur dan dicatat untuk menyediakan data akuran tentang keseimbangan cairan. Masaukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi untuk mencegah terjadinya muntah. Antiemetik diberikan sesuai resep. Cairan penuh atau jernih dapat ditoleransi, atau pasien dipuaskan. Selang nasogatrik akan dipasang pada periode praoperatif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen. Kateter urinarius inwelling dapat dipasang untuk memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. Haluaran kurang dari dari 30 ml/jam dilaporkan sehingga terapi cairan intavena dapat disesuaikan.<br />
Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum dipantau untk mendeteksi hipokalemia dan hiponatremia, yang terjadi akibat kehilangan cairan GI. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hivopolemia : takikardia, hipotensi dan penurunan jumlah denyut. Status hidrasii dikaji, dan penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, urine pekak, serta peningkatan jenis urine perlu dilaporkan.<br />
Menurunkan ansietas. Tingkat ansietas klien perlu dikaji, seperti mekanisme koping yang digunakan untuk menghadapi strees.upaya pendukung mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan menginstruksikan pasien untuk latihan relaksasi. Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan, atau pernyataan yang disampaikan oleh klien. Perawat akan mengatru pertemuan dengan rohaniawan bila klien menginginkannya, dengan dokter bila pasien menginginkannya.<br />
Mencegah infeksi. Antibiotik seperti kanamisin sulfat, eritromisin, dan neomisin sukfat diberikan sesuai resep untuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon. Selain itu usus dapat dibersihkan dengan laksatif, enema, atau irigasi kolonis. Atibiotik dapat diberikan pada periode pasca operatif untuk membantu dalam mencegah infeksi.<br />
Pendidikan pasien praoperatif. Pengetahuan pasien saat ini tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah dan tingkat fungsi yang diinginkan pada pascaoperatifharus dikaji. Informasi yang diperlukan, bagaimana hal ini ditujukkan, kapan pasien paling dapat menerimannya, dan siapa yang menemani selama intruksi.<br />
Informasi yang diperlukan pasien tentang persiapan fisik untuk pembedahan, penampilan dan perawatan yang diharapkan dari luka pascaoperatif. Tehnik perawatan ostomi, pembatasan diet, kontrol nyeri, dan penatalaksanaan obatdimasukkan dalam materi rencana penyuluhan.<br />
D. Evaluasi<br />
Hasil yang diharapkan <br />
1.Mempertahankan eliminasi usus adekuat<br />
2.Mengalami sedikit nyeri<br />
3.Meningkatkan toleransi aktivitas<br />
4.Mencapai tingkat nutrisi yang optimal<br />
5.Keseimbangan cairan tercapai<br />
6.Mengalami penurunan ansietas<br />
7.Memerlukan informasi diagnosis, prosedur bedah dan perawatan diri setelah pulang<br />
8.Memeprtahankan insisi<br />
9.Tidak mengalami komplikasi </div><div class="post-body entry-content" id="post-body-5533815743224246529"> </div><div class="post-body entry-content" id="post-body-5533815743224246529"><span class="post-author vcard">Diposkan oleh </span> http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/</div></div></div></div>adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-42466692662928676212011-07-15T09:24:00.000-07:002011-07-15T09:24:06.805-07:00ASKEP INFARK MIOKARDIUM AKUT<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"> </div>A.KONSEP DASAR MEDIK<br />
I.PENGERTIAN<br />
Infark Miokardium Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot jantung terganggu. Umumnya IMA didasari oleh adanya arterosklerosis pembuluh darah kororner. Nekrosis miokard ini hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri korornaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque arterosklerosis yang tidak stabil; juga seringkali mengikuti ruptur plague pada arteri koroner dengan stenosis ringan. Kerusakan miokard ini terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan irreversibel dalam 3-4 jam dan akan terus mengalami proses injury selama beberapa minggu atau bulan.<br />
Secara morfologis IMA dibedakan atas dua jenis yaitu IMA transmural, yang mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner; dan IMA sub-endokardial dimana nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa bercak-bercak dan tidak konfluens. IMA sub-endokardial dapat regional (terjadi pada distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner).<br />
<br />
II.ETIOLOGI<br />
Penyebab penurunan suplay darah mungkin disebabkan karena penyempitan kritis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli ataupun trombus. Penurunan aliran koroner juga dapat diakibatkan oleh adanya shock atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen dijantung.<br />
<br />
III.PATHOFISIOLOGI<br />
Infark Miokard merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner. Lamanya kerusakan miokardial bervariasi dan tergantung pada besarnya daerah yang diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Gambaran dari infark miokard ini juga tergantung pada lokasi dan luasnya daerah sumbatan pada arteri koroner.<br />
Dua jenis komplikasi penyakit IMA terpenting adalah komplikasi haemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, stroke volume dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik akan diikuti oleh kenaikan tekanan akhir atrium, dan pada peningkatan tekanan atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama kan menyebabkan transudasi cairan kejaringan interstisium paru (gagal jantung). Perburukan haemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah yang mengalami infark, tetapi juga daerah yang mengalami iskhemik disekitarnya. <br />
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergik, untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan akibat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskhemia atau bahkan sudah terjadi fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, maka perburukan haemodinamika akan minimal, sebaliknya bila infark yang terjadi luas dan miokard yang berkompensasi sudah buruk akibat iskhemia atau infark lama maka akan terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan menyebabkan terjadinya gagal jantung. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuraan ventrikel kiri dan ketebalan ventrikel baik yang terkena infark maupun yang tidak. Perubahan tersebut menyebakan remodelliong ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel yaitu timbulnya aritmia.<br />
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin membaik, maka fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang sebelumnya terjadi iskhemia mengalami perbaikan. Daerah-daerah tersebut akan mengalami akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskhemia berkepanjangan atau infark meluas, karena akan timbul penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.<br />
Aritmia merupakan penyulit IMA yang terjadi terutama pada saat-saat pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sisten syaraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia karena pasien IMA umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan terjadinya fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.<br />
<br />
IV.MANIFESTASI KLINIS<br />
Banyak penelitian yang menunjukan pasien dengan infark miokard biasanya pria, diatas 40 tahun dan meengalami arterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai hipertensi arterial. Serangan juga terjadi pada wanita dan priaa muda diawal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan kebiasaan merokok memepunyai resiko tinggi.<br />
Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar kelengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien dengan diabetes dan orang tua tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar, atau sinkope dan pasien sering tampak ketakutan. <br />
Walau IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner, namun bila anamnese dilakukan dengan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului dengan keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak didada, atau epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik dan dapat normal. Dapat ditemukan BJ 2 yang pecah paradoksal, irama gallop. Adanya krepitasi basal merupakan tanda bendungan pada paru-paru. Tachicardia, kulit yang pucat, dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang nampak atau teraba didinding dada pada IMA interior.<br />
<br />
V.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK<br />
Riwayat pasien; pengambilan riwayat pasien dilakukan dengan dua tahap :<br />
1)Riwayat penyakit sekarang.<br />
2)Riwayat penyakit dahulu, serta riwayat kesehatan keluarga, khususnya yang berhubungan dengan insiden penyakit jantung dalam keluarga.<br />
Elektrokardiogram (EKG), memberi informasi tentang elktrofisiologi jantung.<br />
Ekokardiogram, digunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung, khususnya ventrikel.<br />
Enzim dan Isoenzim serum. Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kreatininkinase dan laktat dehidrogenase.<br />
<br />
VI.PENATALAKSANAAN<br />
Tujuannya adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplay oksigen jantung. Therapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan fungsi jantung. <br />
Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan supaly oksigen yaitu :<br />
Vasodilator<br />
Vasodilator pilihan yang digunakan untuk mengurangi nyeri jantung adalah Nitrogliserin (NTG) intravena. NTG menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah diperifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali kejantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (work load) jantung.<br />
<br />
Antikoagulan<br />
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu pembekuan darah sehingga dapat menurun kan kemungkinan pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.<br />
Tranbolitik<br />
Tujuan pemberian obat ini adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk diarteri koroner, memperkecil penyumbatan, dan juga luasnya infark.<br />
<br />
II.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN<br />
Pengkajian<br />
a.Sirkulasi<br />
-Tekanan darah: dapat normal, naik-turun, perubahan postular dicatat dari tempat tidur/berdiri.<br />
-Nadi: dapat normal penuh/tak kuat, lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.<br />
-Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung, penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel. <br />
-Murmur: Bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot kapiler.<br />
-Irama jantung : Dapat teratur/tidak<br />
-Edema: Distensi vena jugular, edema dependen/perifer, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.<br />
-Warna: Pucat<br />
b.Aktivitas<br />
-Kelemahan: gelisah <br />
-Tachikardia: dispose pada saat aktivitas/istirahat<br />
c.Pernapasan<br />
-Dispnea pada saat/tanpa kerja<br />
-Riwayat merokok<br />
-Peningkatan frekuensi pernapasan<br />
-Pucat<br />
-Bunyi napas: bersih atau krekel/mengi<br />
-Sputum: bersih<br />
d.Ketidaknyamanan<br />
-Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktivitas) tidak hilang dengan istirahat<br />
-Lokasi: tipikal pada dada anterior, sub strenal prekorda dapat menyebar ketangan, leher, rahang. Tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen dan punggung.<br />
-Kualitas: menyempit berat, menetap, tertakan.<br />
-Intensitas biasanya 10 pada skala 1:10 mungkin pengalaman nyeri yang paling buruk yang pernah dialami. <br />
-Wajah meringis, perubahan postur tubuh.<br />
-Menangis, merintih.<br />
-Menarik diri<br />
-Respon otomatik: perubahan frekuensi/irama jantung, tekanan darah, pernapasan dan warna kulit.<br />
e.Makanan/Cairan<br />
-Mual/kehilangan napsu makan.<br />
-Kulit kering dan berkeringat.<br />
-Muntah.<br />
-Penurunan berat badan.<br />
f.Eliminasi<br />
-Produksi urine berkurang<br />
-Bunyi usus menurun<br />
g.Neurosensori<br />
-Pusing, berdenyut selama tidur atau pada saat bangun.<br />
-Perubahan mental<br />
-Kelemahan <br />
<br />
Diagnosa Keperawatan<br />
(1)Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan jantung<br />
(2Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen.<br />
(3)Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akibat perubahan status kesehatan.<br />
(4)Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan kerusakan jaringan mikard.<br />
<br />
Analisa Data dan Intervensi<br />
(1)Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan jantung, ditandai dengan:<br />
DS : Keluhan nyeri pada dada.<br />
DO : Wajah meringis<br />
Gelisah<br />
Perubahan nadi<br />
Perubahan tekanan darah<br />
Perubahan postur tubuh<br />
Tujuan : Nyeri dada hilang dengan kriteria hasil :<br />
-Klien tidak mengeluh nyeri<br />
-Ekspresi wajah rileks<br />
-Tidak gelisah<br />
-Postur tubuh baik<br />
-Nadi normal 60 kali/menit<br />
-Tekanan darah normal 120/90 mmHg<br />
Intervensi : <br />
-Pantau karakteristik nyeri, laporan verbal, petunjuk non verbal dan respon hemodinamik (gelisah, berkeringat, napas cepat, tekanan darah, frekuensi jantung)<br />
Rasional : Untuk membandingkan nyeri yang ada, riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditindak agar nyeri hilang.<br />
-Anjurkan klien untuk melaporkan saat nyeri dirasakan<br />
Rasional : Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri dan memerlukan peningkatan dosis.<br />
-Beri lingkungan yang tenang/ataur posisi yang nyaman<br />
Rasional : Menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan koping.<br />
-Bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi<br />
Rasional : Membantu dalam menurunkan persepsi/respon nyeri, memberikan kontrol situasi, meningkatkan kemampuan koping.<br />
-Berikan oksigen dengan kanule atau masker<br />
Rasional : Meningkatkan jumalh oksigen yang ada untuk pemakaian miokardial, mengurangi ketidaknyamanan.<br />
-Kolaborasi pemberian obat analgesik<br />
Rasional : Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokard.<br />
<br />
(2)Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen dengan kriteria :<br />
DS : Keluhan gangguan frekuensi jantung.<br />
DO : Gangguan frekuensi jantung<br />
Perubahan tekanan darah<br />
Terjadinya disritmia<br />
Nyeri dada<br />
Perubahan warna kulit<br />
Sesak<br />
Lelah <br />
Tujuan : Aktivitas terpenuhi dengan kriteria hasil :<br />
-Peningkatan toleransi aktivitas<br />
-Frekuensi jantung normal<br />
-Tekanan darah normal<br />
-Nyeri berkurang<br />
-Kulit hangat, merah muda<br />
-Frekuensi pernapasan normal<br />
-Tidak lelah<br />
Intervensi : <br />
-Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selama dan sesudah aktivitas.<br />
Rasional : Kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengidentifikasikan penurunan oksigen miokardial yanmg memerlukan penurunan tingkat aktivitas.<br />
-Tingkatkan istirahat / batasi aktivitas. <br />
Rasional : Menurunkan kerja miokardial / konsumsi oksigen menurunkan resiko komplikasi.<br />
-Anjurkan klien menghindarkan peningkatan tekanan abdomen. <br />
Rasional : Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi dan juga menurunkan curah jantung dan tachikardia dan peningkatan tekanan darah.<br />
-Jelaskan pola peningkatan bertahap dan tingkat aktivitasnya.<br />
Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas yang berlebihan. <br />
<br />
(3)Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akibat perubahan status kesehatan dengan kriteria :<br />
DS : Klien bertanya tentang keadaannya.<br />
DO : Ketakutan<br />
Tegang<br />
Gelisah<br />
Prilaku menentang<br />
Tujuan : Cemas hilang dengan kriteria hasil :<br />
-Tidak takut<br />
-Tidak gelisah<br />
-Ekspresi wajah ceria<br />
-Prilaku berkerja sama<br />
<br />
Intervensi : <br />
-Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman / situasi.<br />
Rasional : Koping terhadap nyeri dan trauma emosi sulit pasien dapat takut mati atau/cemas akan berkelanjutan.<br />
-Catat adanya kegelisahan, menolak/menyangkal.<br />
Rasional : Peningkatan terhadap frekuensi hidup antara individu dan dampak penolakan telah berarti dua.<br />
-Mempertahankan rasa percaya.<br />
Rasional :Pasien dan orang terdekat dapat dipengaruhi oleh cemas/ketidaktenangan anggota tim kesehatan.<br />
-Kaji tanda verbal dan normal pernapasan.<br />
Rasional : Pasien mungkin tidak menimbulkan masalah secara langsung tetapi kata-kata, tindakan dapat menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah. Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan kontrol terhadap prilakunya sendiri.<br />
-Orientasikan pasien pada orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diterapkan.<br />
Rasional : Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.<br />
-Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang berbagai pertanyaan dan masalah.<br />
Rasional : Berbagai informasi membentuk dukungan dan kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekuatiran yang tidak diekspresikan.<br />
(4)Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan kerusakan jaringan miokard dengan kriteria :<br />
DS : - <br />
DO : Perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung<br />
Peningkatan tahanan vasculer sistemik (TVS)<br />
Disritmia<br />
Perubahan tekanan darah<br />
Produksi urine menurun<br />
Dispnea<br />
Tujuan : curah jantung baik dengan kriteria hasil :<br />
-Frekuensi/irama jantung normal<br />
-TVS normal<br />
-Disritmia hilang<br />
-Produksi urine normal<br />
-Tidak dispnea<br />
Intervensi : <br />
-Auskultasi tekanan darah.<br />
Rasional : Hipotensi dapat terjadi sampai dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardial dan rangsangan vegal. Hipertensi juga merupakan fenomena umum kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin atau masalah vascular sebelumnya, hipotensi artostatik mungkin berhubungan dengan komplikasi infark miokard.<br />
-Evaluasi kualitas, kesamaan nadi.<br />
Rasional :Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan.kekuatan nadi.<br />
-Catat terjadinya S3 dan S4.<br />
Rasional : S3 biasanya dihubungkan dengan BJ koroner tetapi yang terlihat pada gagal jantung dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskhemia miokard kekakuan ventrikel, hipertensi pulmonal sistemik.<br />
-Pantau adanya murmur.<br />
Rasional : Menunjukan gangguan aliran darah normal dalam jantung, katup tak baik, kerusakan septum dan fibrasi otot kapiler/ korda mandinea, adanya gesekan dengan infakr juga berhubungan dengan inflamasi.<br />
-Auskultasi bunyi napas.<br />
Rasional : Krekels menunjukan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.<br />
-Pantau frekuensi jantung, irama, disritmia.<br />
Rasional : Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya komplikasi/disritmia (khususnya kontraksi ventrikel prematur atau blok jantung berlanjut) yang mempengaruhi fungsi jantung.<br />
-Catat respon terhadap dan peningkatan istirahat dengan cepat.<br />
Rasional : Kelelahan latihan meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen daan mempengaruhi fungsi miokard.<br />
-Berikan pispot disamping tempat tidur bila tidak mampu kekamar kecil.<br />
Rasional : Mengupayakan penggunaan bedpan dapat melahkan dan secara psikologis penuh stres, juga meningkatkan oksigen dan kerja jantung.<br />
-Berikan makanan kecil/mudah dikunyah.<br />
Rasional : Makanan dalam jumlah besar dapat meningkatkan kerja miokardium dan menyebabkan rangsangan yang mengakibatkan bradikardia/denyut ektopik. Cafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat meningkatkan frekuensi jantung.<br />
-Berikan oksigen.<br />
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskhemia dan disritmia lanjut.<br />
-Kaji ulang EKG<br />
Rasional : memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan infark status fungsi ventrikel, keseimbangan elektrolit dan efek terapi obat.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
1.Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, 1996, Jakarta.<br />
2.Silvia & Wilson, Pathofisiologi (Konsep Klinis Proses-proses Penyakit), EGC, 1995, Jakarta.<br />
3.Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2002, Jakarta.<br />
4.Staf Pengajar Patologi Anatomi, Patologi, Bagian Patologi Anatomi FKUI, Jakarta.<br />
<br />
<span class="post-author vcard">Diposkan oleh</span> http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-59623133565001602382011-07-15T09:17:00.000-07:002011-07-15T09:17:15.514-07:00ASKEP ANEMIA<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>ANEMIA<br />
<br />
1. Pengertian<br />
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.<br />
2. Fisiologi<br />
Struktur dan fungsi sel darah merah yang normal<br />
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m. Tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalannya melalui mikrosirkulasi konfigurasi berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari anti gen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.<br />
Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta per millimeter kubik darah pada rata-rata orang dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara kehilangan dan penggantian sel darah setiap hari. Pembentukan sel darah merah diransang oleh hormon glikoprotein, eritropoitin, yang dianggap berasal dari ginjal. Pembentukan eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perubahan 02 atmosfer, berkurangnya kadar 02 darah arteri, dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Eritropoetin meransang sel induk untuk memulai proliferasi dan pematangan sel-sel darah merah. Selanjutnya pematangan tergantung pada jumlah zat-zat makanan yang cukup dan penggunaannya yang cocok, seperti vitamin B12 , asam folat, protein-protein, enzim-enzim, dan mineral seperti dan tembaga.<br />
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsung tulang dan melalui semua stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Retikolosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikuler. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selam 24 sampai 48 jam pematangan; retikulum kemudian larut dan menjadi sel-sel darah merah yang matang.<br />
Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan menjadi lebih rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin di fagositosis terutama di limpa. Hati dan sumsum tulang. Kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali kedalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein plasma transperin ke sumsung tulang untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Sisa besi disimpan dalam hati dan jaringan tubuh lain dalam bentuk feritin dan hemosiderin, simpanan ini akan digunakan lagi dokemudian hari. Sisa hem direduksi kembali menjadi karbon monoksida (CO) dan biliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan dikeluarkan melalui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi menjadi bilirubin bebas; yang berlahan-lahan dikeluarkan kedalam plasma. Dimana bilirubin bergabung ke albumin plasma kemudian diangkut kedalam sel-sel hati untuk diekskresi ke dalam kanalikuli empedu. Bila ada penghancuran aktif sel-sel darah merah seperti hemolisis, pembebasan jumlah bilirubin yang cepat kedalam cairan ekstraselular menyebabkan kulit dan konjungtiva kuning, keadaan ini disebut ikterus.<br />
<br />
3. Patofisiologi<br />
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih lebih sedikit darah yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simptomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui:<br />
Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 kejaringan-jaringan oleh sel darah merah.<br />
Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.<br />
Mengembangkan volume plasma dengan mernarik cairan dari sela-sela jaringan, dan<br />
Redistribusi cairan ke organ-organ vital.<br />
Selain satu dari tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku dan telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta conjuntiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.<br />
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat dapat mengakibatkan payah jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaiakan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.<br />
Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat pula timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defesiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).<br />
<br />
4. Klasifikasi Anemia<br />
Anemia dapat diklasifikasikan menurut:<br />
1. Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya<br />
Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menujukkan warnanya.<br />
Sudah dikenal klasifikasi besar yaitu:<br />
a. Anemia normositik normokrom.<br />
Dimana ukuran dan bertuk sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal. (MCV dan MCHC normal atau normal rendah) tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemai jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit-penyakit infiltrat metastatik pada susum tulang.<br />
b. Anemia makrositik normokrom<br />
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat B12 dan/atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.<br />
c. Mikrositik hipokrom.<br />
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal(MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital)<br />
2. Etiologi.<br />
Anemia dapat pula diklasifikasikan menurut etiologinya, penyebab utama yang diperkirakan adalah:<br />
a. Meningkatnya kehilangan sel darah merah<br />
Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarah atau penghancuran sel. Perdarahan dapat diesebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat perdarahan kronik karaena polip pada colon, penyakit-penyakit keganasan , hemoroid, atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah sendiri terganggu adalah:<br />
- Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, mislnya anemia sel sabit.<br />
- Gangguan sintesis globin. Misalnya talasemia.<br />
- Gangguan membran sel darah merah, misalnya sferositosis herediter.<br />
- Defesiensi ensim, misalnya difisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)<br />
Yang disebut diatas adalah gangguan herediter, namun hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah, yang seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai indvidu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh transfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri, keadaan yang dinamakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu, seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, atau L-dopa, atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematous, artritis reumatoid dan infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasikfikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah; anti bodi tipe panas atau anibodi tepe dingin.<br />
b. Penurunan atau pembentukan sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoesis)<br />
Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini, yang termasuk dalam kelompok ini adalah:<br />
- Keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukemia, dan multipel mioloma, obat dan sat kimia toksik, dan penyinaran denan radiasi<br />
- Penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dah hati. Penyakit-penyakit infeksi dan difisensi endokrin. Kekurangan vitamin penting , seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi, dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia.<br />
Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologi dan etiologi.<br />
ANEMIA APLASTIK<br />
Pengertian<br />
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah merah yang dihasilkan tidak memadai. Pederita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, dan trombosit. Secara morfologi sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, dan biopsi sumsung tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hiplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pangobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik . bebraapa kasusu seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.<br />
<br />
Penyebab-penyebab anemia aplastik : <br />
1. Agen antineoplastik<br />
2. Terapi radiasi<br />
3. Berbagai obat seperti anti konvulsan, pengobatan tiroid, senyawa emas dan fenilbutason.<br />
4. Benzen<br />
5. Infeksi virus (khususnya virus khusunya virus hepatitis)<br />
Pengobatan<br />
Terutama dipusatkan pada perawatan supportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defesiensi besi sel lain merupakan penyebab utama kematian, maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi. <br />
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi (ruangan denan aliran udaran mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik, pada perdarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit, dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen peransang sumsung tulang, seperti androgen diduga menimbulkan eritropoesis, tetapi defesiensinya tidak menentu, penderita anemia aplastik kronik dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dapat dipertahankan Hb antara 8 dan 9 g dengan transfusi darah periodik.<br />
<br />
ANEMIA DEFESIENSI BESI<br />
Pengertian<br />
Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Difisensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terdapat pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil. <br />
Penyebab lain defesiensi besi adalah:<br />
1. Asupan besi yang tidak cukup, misalnya pada bayi yang hanya diberi makan susu belaka sampai usia 12 – 24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayuran saja.<br />
2. Gangguan absobsi, seperti setelah gastrektomi<br />
3. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan pada saluran cerna yang lambat karena polip, Neoplasma, gastritis, varises osefagus, makan aspirin, dan hemoroid.<br />
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya, hampir duapertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan dan kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma kesumsum tulang untuk eritripoesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil sekali dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, seperti sisanya disimpan dalam hati, lipa dan dalam sumsung tulang sebagai feretin dan sebagai homosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.<br />
<br />
Gejala-gejala<br />
Gejala-gejala yang ditunjukkan; (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/100 ml; Hb 6-7 mg/100ml) mempunyai rambut yang rapuh, dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu, atropi papils lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilap, merah daging, meradang dan sakit. Dapat pula timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit disudut-sudut mulut.<br />
Pemeriksaan<br />
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom (MCP dan MCHC berkurang, dan MCH berkurang) disertai dengan poikilisitosis dan anisosotosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas mengikat besi serum total meningkat.<br />
<br />
<br />
<br />
Pengobatan<br />
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin deperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan, dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah basi yang tersedia (misalnya hati), masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian besar penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebaba harganya mahal dan mempunyai insidens besar tejadi reaksi yang merugikan.<br />
<br />
ANEMIA MEGALOBLASTIK<br />
Pengertian<br />
Anemia megaloblastik diklasfikasikan menurut morfologinya sebgai anemia makrositik normokrom. <br />
Penyebab<br />
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defesiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sitesis DNA terganggu. Defesiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsobsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan pos gastrektomi), infestasi prasit, penyakit usus, dan keganansa, serta agen kemoterapik. Invidu dengan infeksi cacing pita (dengan, Diphilloborithrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompertisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B¬12 dari makanan. Yang mengakibatkan anemia megaloblastik.<br />
Gejala-gejala<br />
Selain gejala-gejala anemia seperti yang dijelaskan sebelumnya, penderita anemia megaloblastik sekunder karena defesiensi folat dapat seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertaai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4ng/ml). Hitung retikulosit biasanyan berkurang disertai penurunan hematokrit dan hemoglobin.<br />
Pengobatan<br />
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pengobatan bergantun pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalan memperbaiki defisiensi diet dan terpi pengganti dengan asam folat atau vitamin B12. penderita yang kecanduan alkohol yang dirawat dirumah sakit sering memberi respon “spontan’ bila diberikan diet seimbang.<br />
<br />
ASUHAN KEPERAWATAN <br />
<br />
PENGKAJIAN<br />
<br />
AKTIVITAS ISTIRAHAT<br />
gejala - Keletiha, kelamahan, malaise umum<br />
- Kehilangan prodiktivitas , penurunan semangat untk bekerja.<br />
- Toleransi terhadap latihan rendah<br />
- Kebutuhan untik tidur dan istirahat lebih banyak.<br />
Tanda - Takikardia/takikpnea; dispnea pada bekerja atau istirahat.<br />
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.<br />
- Ataksia, tubuh tidak tegak.<br />
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan<br />
<br />
SIRKULASI<br />
Gejala - Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya kehilangan gastrointestinal kronis, menstruasi berat, angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)<br />
- Riwayat endokarditis infektif kronik<br />
- Palpitasi (takikardia kompensasi)<br />
Tanda - Tekanan darah peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postura.<br />
- Disaritmia; abnormalitas EKG, misalnya, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardi.<br />
- Baunyi jantung murmur sistolik (DB)<br />
- Warn ekstremitas; pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan; pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan) kulit seperti berlilin, pucat (aplastik), atau kuning lemon terang (PA)<br />
- Skelera biru atau putih seperti mutiara (DB)<br />
- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)<br />
- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (Koilonokia) (DB)<br />
- Rambut; kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur.<br />
<br />
INTEGRITAS EGO<br />
Gejala - Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya transfusi darah.<br />
Tanda - Defresi <br />
<br />
ELIMINASI<br />
Gejala - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.<br />
- Flatulen, sindrom malabsorbsi (DB).<br />
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.<br />
- Diare atau konstipasi.<br />
- Penurunan haluaran urine.<br />
Tanda - Distensi abdomen.<br />
<br />
MAKANAN / CAIRAN<br />
Gejala - Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah / masukan sereal tinggi (DB).<br />
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ).<br />
- Mual / muntah, dispepsia, anoreksia.<br />
- Adanya penurunan berat badan.<br />
- Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).<br />
Tanda - Lidah tampak merah daging / halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B 12.<br />
- Membran mukosa kering, pucat.<br />
- Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut / hilang elastisitas (DB).<br />
- Stomatitis dan glositis (status defisiensi).<br />
- Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah ( DB ).<br />
<br />
HIGIENE<br />
Tanda - Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.<br />
<br />
NEUROSENSASI<br />
Gejala - Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi.<br />
- Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.<br />
- Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parastesia tangan / kaki (AP) ; klaudiaksi.<br />
- Sensasi menjadi dingin.<br />
Tanda - Peka rangsang, gelisah, defresi, cenderung tidur, apatis.<br />
- Mental : tak mampu berespon lambat dan dangkal.<br />
- Oftalmik : hemoragis retina ( aplastik, AP ).<br />
- Epistaksis, perdarahan dari lubang – lubang ( aplastik ).<br />
- Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis ( AP ).<br />
<br />
NYERI / KENYAMANAN<br />
Gejala - Nyeri abdomen samar ; sakit kepala ( DB ).<br />
<br />
PERNAPASAN<br />
Gejala - Riwayat TB, abses paru.<br />
- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.<br />
Tanda - Takipnea, ortopnea, dan dispnea.<br />
<br />
KEAMANAN<br />
Gejala - Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya ; benzen, insektisida, fenibultazon, naftalen.<br />
- Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.<br />
- Riwayat kanker, terapi kanker.<br />
- Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas.<br />
- Transfusi darah sebelumnya.<br />
- Gangguan penglihatan.<br />
- Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.<br />
Tanda - Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.<br />
- Limfadenopati umum.<br />
- Peteki dan ekimosis (aplastik).<br />
<br />
SEKSUALITAS<br />
Gejala - Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).<br />
- Hilang libido ( pria dan wanita ).<br />
- Impoten.<br />
Tanda - Serviks dan dinding vagina pucat.<br />
<br />
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN<br />
Gejala - Kecenderungan keluarga untuk anemi ( DB / AP ).<br />
- Penggunaan anti konvulsan masa lalu / saat ini, antibiotik, agen kemoterapi ( gagal sumsum tulang ), aspirin, obat anti inflamasi, anti koagulan.<br />
- Penggunaan alkohol kronis.<br />
- Adanya / berulang episode perdarahan aktif ( DB ).<br />
- Riwayat penyakit hati, ginjal ; masalah hematologi ; penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain ; enteritis regional ; manifestasi cacing pita ; poliendokrinopati ; masalah autoimun (misalnya ; antibodi pada sel parietal, faktor intrinsik, antibodi tiroid dan sel T ).<br />
- Pembedahan sebelumnya, misalnya; splenektomi; eksisi tumor; penggantian katup prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster, gastrektomi parsial / total ( DB/AP ).<br />
- Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis, ( RA ), penyakit granulomatus kronis, atau kanker ( sekunder anemia ).<br />
Pertimbangan - DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,6 hari<br />
Rencana pemulangan - Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan ( injeksi); aktivitas perawatan diri dan / atau pemeliharaan rumah, perubahan rencan diet.<br />
<br />
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK<br />
Jumlah darah lengkap ( JDL ) : Hemoglobin dan hematokrit menurun.<br />
- Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromoik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).<br />
- Jumlah retikulosit : bervariasi, misalnya menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah / hemolisis.<br />
- Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).<br />
- LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.<br />
- Masa hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misalnya pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.<br />
- Test kerapuhan eritrosit : menurun (DB).<br />
- SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).<br />
Jumlah trombosit : Menurun (aplastik); meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik).<br />
- Hemoblobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.<br />
- Billirubin serum (tak terkonjungasi) : meningkat (AP, HEMOLITIK).<br />
- Folat serum dan vitamin B 12 : membantu mengdiagnosa anemia sehubugngan defisensi masukan/absorbsi<br />
- Besi serum; meningkat (DB)<br />
- Feritin serum; menurun (DB)<br />
- Masa perdarahan; memanjang (aplastik)<br />
- LDH serum; mungkin meningkat (AP)<br />
- Tes schilling; penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP)<br />
- Guaiak; mungkin positif untuk darah pada urine. Feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis (AP)<br />
- Analisa gaster; penurunan sekresi dengan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP)<br />
- Aspirasi sumsung tulang/pemeriksaan biopsi; sel mungkin tampak berubah dalam jumal, ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misalnya, peningkatan megaloblastik (AP) ,lemak sumsung tulang dengan penurunan sel darah (aplastik)<br />
- Pemeriksaan endoskopi dan radiografi; memeriksan sisi perdarahan ; perdarahan GI.<br />
<br />
PRIORITAS KEPERAWATAN<br />
1. Meningkatkan perfusi jaringan<br />
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan<br />
3. Mencegah konplikasi<br />
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan program pengobatan.<br />
<br />
TUJUAN PEMULANGAN<br />
1. Kebuthan aktivitas sehari-sehari terpenuhi mandiri atau dengan bantuan orang lain.<br />
2. Komplikasi tercegah/minimal<br />
3. Proses penyakit/prognosis dan program terpai di pahami<br />
<br />
DIAGNOSA KEPERAWATAN<br />
1. Perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan :<br />
Penurrunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel<br />
Ditandai dengan;<br />
Palpitasi, angina<br />
Kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh<br />
Ekstremitas dingin<br />
Penurunan haluaran urine<br />
Mual/muntah<br />
Distensi abdomen<br />
Perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat.<br />
Ketidak mampuan berkonsentrasi, disorientasi.<br />
Tujuan<br />
Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya, tanda vital stabil; membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa.<br />
TINDAKAKAN/INTERVENSI RASIONAL<br />
Mandiri <br />
1.Awati tanda vital, kaji pegisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.<br />
R:/Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intevensi<br />
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan toleransi <br />
R:/Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler, catatan; kontraindikasi bila ada hipotensi.<br />
3. Awasi upaya pernapasan; auskultasi bunyai napas perhatikan adventisius Dispnea, R:/gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.<br />
4.Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi. <br />
R:/Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.<br />
5.Kaji untuk respons verbal melambat, mudah teransang, agitasi, gangguan memori, bingung. <br />
R:/Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defesiensi vitamin B12<br />
6.Orientasi/orientasikan ulang pasien susuia kebutuhan, catat jadwal aktivitas pasien untuk dirujuk, berikan cukup waktu pasien untuk berpikir, komunikasikan dan aktiviatas <br />
R:/Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.<br />
7.Catat keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi. <br />
R:/Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi verifer, kenyamanan pasien kebutuhan rasa hangat harus seimbangn dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ)<br />
Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas, ukur suhu air mandi dengan temometer. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.<br />
Kolaborasi <br />
8. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA. R:/Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi<br />
9. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.<br />
R:/Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defesiensi untuk menurunkan risiko perdarahan.<br />
10. Berikan oksigen tambagan sesuai indikasi <br />
R:/Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan<br />
11. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi <br />
R:/Transplanstasi sumsung tulang dilakukan pada kegagalan sumsung tulang . (anemia aplastik)<br />
<br />
2. Intolansi aktiviatas, berhubunga dengan ;<br />
Ketidak seimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan <br />
ditandai dengan<br />
Kelemahan dan kelelahan<br />
Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan<br />
Lebih bayak memerlukan istirahat/tidur.<br />
Palpitasi, takikardia, peningkatan tekanan darah/respons pernapasan dengan kerja ringan<br />
Tujuan;<br />
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)<br />
Menunjukkan penurunan tanda tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal pasien.<br />
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL<br />
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas. <br />
R:Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan<br />
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot <br />
R: Menujukkan perubahan neurologi karenan defisiensi vitamin B12 memepengaruhi kemanan pasien/risiko cidera<br />
3.Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas, catat respons terhadap tingkat aktivias misalnya penigkatan denyut jantung/tekanan darah, disaritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya. <br />
R:/Manifestasi kardiopulmonasi dari upaya jantung dan paru-paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan<br />
4. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan, pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan. <br />
R:Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung paru.<br />
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. <br />
R:Hipotensi postural atau hipoksi serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan risiko cedera.<br />
6.Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningktkan istirahat, pilih priode istirahat dengan priode aktivitas. <br />
R: Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan.<br />
7. Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin. <br />
R: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.<br />
8.Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. <br />
9. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi. <br />
R: Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan mempebaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.<br />
10. Gunakan teknik penghematan energi, misalnya, mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas. <br />
R: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.<br />
11.Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi. <br />
R: Regangan/stress kardiovulmonal berlebihan/stress dapat menimbulkan dekompansasi/kegagalan.<br />
<br />
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan degan:<br />
Kegagalan untuk mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.<br />
Ditandai dengan:<br />
Penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk, usia, tinggi, dan bangun badan.<br />
Penurunan lipata kulit trisep.<br />
Peruban gusi membran mukosa mulut<br />
Penurunan toleranasi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot.<br />
Tujuan; <br />
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal<br />
Tidak mengalami tanda mal nutrisi<br />
Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.<br />
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan;<br />
Perubahan sirkulasi dan neurologi (anemia)<br />
Gangguan mobilitas<br />
Defisit nutrisi.<br />
Ditandai dengan:<br />
Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual<br />
Tujuan;<br />
Mempertahankan integriatas kulit<br />
Mengidentifikasi faktor risiko/perilaku untuk mencegah cedera dermal.<br />
5. Konstipas atau diare, berhubugan dengan;<br />
Penurunan masukan diet, perubahan proses-proses pencernaan<br />
Efek samping terapi obat<br />
Ditandai dengan;<br />
Perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses.<br />
Mual/muntah, penurunan napsu makan.<br />
Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram<br />
Gangguan bunyi usus.<br />
Tujuan;<br />
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus<br />
Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup yang diperlukan sebagai penyebab, faktor pemberat.<br />
6. Risiko tinggi terhadap infeksi, berhubungan dengan:<br />
Pertahan sekunder tidak adekuat misalnya penurunan hemoglobin leukopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)<br />
Pertahan utama tidak adekuat, misalnya kerusakan kulit, stasis cairan tubuh, prosedur invsif, penyakit kronis, malnutrisi.<br />
Diatandai dengan;<br />
Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual<br />
Tujuan;<br />
Mengidentifikasi perliku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.<br />
Meninkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen, atau eritema, dan demam.<br />
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan;<br />
Kurang terpajan/mengingat.<br />
Salah interpretasi informasi<br />
Tidak mengenal sumber informasi<br />
Ditandai dengan;<br />
Pertanyaan, meminta informasi<br />
Pernyataan salah konsepsi.<br />
Tidak akurat mengikuti instruksi<br />
Terjadi komplikasi yagng dapat dicegah.<br />
Tujuan;<br />
Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan.<br />
Mengidentifikasi faktor penyebab<br />
Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Marilynn E. Donges Dkk.; Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.; Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta 1999.<br />
<br />
Price & Wilson,; Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit; Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1999.<br />
<br />
Soeparman dkk.; Ilmu Penyakit Dalam; Balai Penerbit FKUI; Jakarta 1990.<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-88816583586154595052011-07-15T09:11:00.002-07:002011-07-15T09:14:28.270-07:00ASKEP PLASENTA PREVIA<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>BAB I<br />
<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
I.1 Latar Belakang<br />
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .<br />
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta .<br />
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya .<br />
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan . <br />
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.<br />
I.2 Perumusan Masalah<br />
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut ; <br />
-Menjelaskan konsep dasar dari plasenta previa<br />
-Membuat asuhan keperawatan pada plasenta previa<br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
<br />
II.1 Konsep Dasar Plasenta Previa<br />
1.Pengertian Plasenta Previa<br />
-Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir . Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus .<br />
- Plasenta previa adalah jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpuks uteri jauh dari ostium internus servisis , tetapi terletak sangat dekat pada ostium internus tersebut.<br />
2.Klasifikasi Plasenta Previa <br />
Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :<br />
-Plasenta previa totalis , apabila seluruh pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta . <br />
-Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh jaringan plasenta . <br />
-Plasenta previa marginalis , apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan (ostium internus servisis) <br />
-Plasenta letak rendah , apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir . <br />
3.Etiologi Plasenta Previa<br />
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun (Kloosterman 1973).<br />
4.Manifestasi Klinik<br />
Adapun manifestasi klinik dari plasenta previa adalah :<br />
-Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu<br />
-Darah segar atau kehitaman dengan bekuan<br />
-Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi Braxton Hicks atau koitus<br />
-Perdarahan permulaan jarang begitu berat . Biasanya perdarahan akan berhenti sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga .<br />
-Pemeriksaan fisik<br />
Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas pintu atas panggul., ada kelainan letak janin<br />
Pemeriksaan inspekulo : Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.<br />
5.Insiden plasenta previa<br />
Menurut Brenner dkk (1978) menemukan dalam paruh terakhir kehamilan, insiden plasenta previa sebesar 8,6 % atau 1 dari 167 kehamilan. 20 % diantaranya merupakan plasenta previa totalis. (Williams,847).<br />
Di RS. DR Cipto Mangunkusumo antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar (Ilmu Kebidanan, 367)<br />
Kejadian plasenta previa adalah 0,4-o,6 % dari keseluruhan persalinan. (Acuan Nasional, 16.<br />
6.Komplikasi <br />
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia karena perdarahan. Plasentitis, dan endometritis pasca persalinan. Pad janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya seperti asfiksia berat.<br />
7.Penatalaksanaan umum plasenta previa.<br />
Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut<br />
( misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar )<br />
Perhatian : Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum sebelum tersediia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma). Meskipun demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.<br />
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat).<br />
Lakukan penilaian jumlah perdarahan :<br />
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea tanpa memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan berhenti dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan ttettapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.<br />
Terapi Ekspektatif<br />
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara non invasive.<br />
Syarat terapi ekspektatif :<br />
-Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti<br />
-Belum ada tanda inpartu.<br />
-Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).<br />
-Janin masih hidup.<br />
-Rawat inap, tirah baring dan berikut antibiotika profilaksis.<br />
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, presentasi janin.<br />
Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60 mg selama 1 bulan.<br />
Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.<br />
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama, pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu >2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi perdarahan.<br />
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.<br />
Terapi Aktif<br />
Rencanakan terminasi kehamilan jika :<br />
-Janin matur<br />
-Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali).<br />
-Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa memandang maturitas janin.<br />
Jika terdapat plasenta previa letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin. Jika tidak , lahirkan dengan seksio sesarea.<br />
Jika persalinan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta <br />
-Jahit tempat perdarahan dengan benang. <br />
-Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tetes permenit.<br />
penanganan yang sesuai . Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi Jika perdarahan terjadi pascapersalinan, segera lakukan.<br />
Penanganan plasenta previ<br />
Syok<br />
Tidak syok<br />
1.Infus cairan<br />
2.oksigen (kalau ada)<br />
Cairan infus<br />
Rujuk kerumah sakit <br />
Aterm<br />
Belum aterm<br />
Periksa dalam di meja operasi <br />
1.Konservatif<br />
2.Rawat<br />
3.Kortikosteroid untuk pematangan paru-paru janin<br />
bila perdarahan ulang banyak dilakukan PDMO<br />
Plasenta previa<br />
Plasenta letak rendah<br />
Seksio sesaria Partus pervaginan <br />
<br />
II. 2. Asuhan keperawatan<br />
1.Pengkajian<br />
Sirkulasi<br />
Perdarahan vagina tanpa nyeri ( jumlah tergantung pada apaka previa marginal, parsial,atau total): Prdarahan besar dapat terjadi selama persalinan.<br />
Seksualitas<br />
Tinggi fundus 28 cm atau lebih.<br />
Djj dalam batas yang normal (DBN)<br />
Janin mungkin melingtang atau tidak turun.<br />
Uterus lunak.<br />
Pemeriksaan diagnostic.<br />
HDL ; dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih(SDP), penurunan <br />
Hb dan Ht.<br />
USG ; Menetukan letak plasenta.<br />
2.Diagnosa keperawatan.<br />
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.<br />
Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.<br />
Ansietas b/d Ancaman kematian ( dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.<br />
Resiko tinggi cedera (ibu) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun.<br />
3.Intervensi keperawatan.<br />
a.Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan.<br />
Kriteria evaluasi;<br />
Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.<br />
1)Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut Timbang pembalut pengalas.<br />
Rasional : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.<br />
2)Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.<br />
Rasional : Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan<br />
3)Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.<br />
Rasional : Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon.<br />
4)Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada<br />
Rasional : Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok<br />
5)Hindari pemeriksaan rectal atau vagina<br />
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi.<br />
6)Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.<br />
Rasional: Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.<br />
7)Siapkan untuk kelahiran sesaria.<br />
Rasional: Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.<br />
b.Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.<br />
Kriteria evaluasi : Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).<br />
1.Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.<br />
Rasional : Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.<br />
2.Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas<br />
Rasional : Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.<br />
3.Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.<br />
Rasional : Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen.<br />
4.Berikan suplemen oksigen pada klien<br />
Rasional : Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin. <br />
5.Ganti kehilangan darah/cairan ibu.<br />
Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. <br />
6. Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.<br />
Rasional : Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.<br />
c.Ansietas b/d ancaman kematian (dirasakan atau actual ) pada diri sendiri, janin.<br />
Kriteria evaluasi : <br />
-Mendiskusikan ketakutan mengenai diri, janin, dan masa depan kehamilan, mengenai ketakutan yang sehat dan tidak sehat.<br />
-Mengungkapkan pengetahuan situasi yang akurat.<br />
-Melaporakan/menunjukkan berkurangnya ketakutan dan/atau perilaku yang menunjukkan ketakutan.<br />
1.Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.<br />
Rasional : Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.<br />
2.Pantau respon verbal dan nonverbal klien/pasangan.<br />
Rasional : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien/pasangan.<br />
3.Dengarkan masalah klien dan dengarkan secara aktif.<br />
Rasional : Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi sendiri.<br />
4.Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klien untuk mengajukan pertanyaan.Jawab pertanyaan dengan jujur.<br />
Rasional : Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif.<br />
5.Jelaskan prosedur dan arti gejala-gejala.<br />
Rasional : Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan meningkatkan rasa control terhadap situasi.<br />
d.Resiko tinggi cederabu) b/d hipoksia jaringan/ organ,profil darah abnormal,kerusakan system imun.<br />
Kriteria evaluasi : Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.<br />
1.Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda/gejala syok<br />
Rasional : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.<br />
2.Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan.<br />
Rasional : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.<br />
3.Catat masukan/haluaran urin. Catat berat jenis urin.<br />
Rasional : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin.<br />
4.Berikan heparin, bila diindikasikan.<br />
Rasional : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untukmemblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan.<br />
5.Berikan antibiotic secara parenteral.<br />
Rasional : Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1.Arif Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI . Jakarta<br />
2.Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.<br />
3.Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.<br />
4.Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.<br />
5.Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-39834733992486019472011-07-15T09:11:00.001-07:002011-07-15T09:15:03.865-07:00ASKEP HEPATITIS<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>LAPORAN PENDAHULUAN<br />
<br />
I. Konsep Medik<br />
A. Pengertian<br />
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau infeksi pada hati (Elizabeth J. Corwin, 2001). Hepatitis ada yang akut dan ada juga yang kronik. Hepatitis akut adalah penyakit infeksi akut dengan gejala utama yang berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada jaringan hati (Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I).<br />
Hepatitis kronik adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi yang ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu palaing sedikit 6 bulan (Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3).<br />
<br />
B. Etiologi<br />
1. Virus hepatitis A, B, C, D, E dan G yang masing-masing menyebabkan tipe hepatitis yang berbeda.<br />
2. Alkohol<br />
3. Keracunan Obat-obatan<br />
<br />
C. Manifestasi Klinik<br />
1. Stadium pra-ikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri di perut kanan atas.Urine menjadi lebih coklat.<br />
2. Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu.Ikterus mula-mula terlihat pada sklera kemudian pada kulit seluruh tubuh.<br />
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalesensi)<br />
Ikterus mereda warna urine dan tinja menjadi normal lagi.<br />
<br />
D. Komplikasi<br />
Dapat terjadi komplikasi ringan, misalnya kolestasis berkepanjangan relapsing hepatitis atau hepatitis kronik persisten dengan gejala asimtomatik dan AST fluktuatif.Komplikasi berat yang dapat terjadi adalah hepatitis kronik aktif, sirosis hati, hepatits fulminan atau karsinoma hepatoseluler.Selain itu dapat pula terjadi anemi aplastik, glomerulonefritis, necrositing vaskulitis atau mixede craiyon bilinemia.<br />
<br />
E. Pemeriksaan Penunjang<br />
o Urine dan tinja <br />
o Kelainan darah<br />
o Kelainan hematologis <br />
o Biopsi hati dengan jarum<br />
<br />
F. Penatalaksanaan<br />
Penatalaksanaan pada klien dengan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.<br />
1. Istirahat. Pada periode akut dan keadaan lemah klien harus banyak istirahat karena dapat mempercepat proses penyembuhan.<br />
2. Diet. Jika pasien mual, napsu makan menurun atau muntah-muntah, sebaiknya diberikan infus. Jika tidak dapat diberikan makanan yang mengandung cukup kalori (30-35 kal/kg BB) dengan protein cukup (1 g/kg BB).<br />
3. Medikameentosa. Obat-obat yang dapat diberikan adalah :<br />
Kortikosteroid, dapat diberikan pada kolestasis yang berkepanjangan dimana transminase serum telah kembali normal. Pada keadaan ini dapat diberikan prednison 3 x 10 mg selama 7 hari.<br />
Vitamin K diberikan bila ada perdarahan.<br />
Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.<br />
Golongan Antibiotik.<br />
<br />
II. Konsep Keperawatan<br />
1. Pengkajian<br />
Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor utama yang perlu dikaji pada pasien hepatitis :<br />
Aktvitas / istirahat<br />
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.<br />
Sirkulasi<br />
Tandanya : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera, kulit dan membran mukosa.<br />
Eliminasi<br />
Gejala : Urine gelap <br />
Diare/konstipasi; warna tanah liat <br />
Adanya/berulangnya haemodialisa.<br />
Makanan/cairan<br />
Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau peningkatan (edema), mual/muntah.<br />
Tanda : Asites <br />
Neorosensori<br />
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.<br />
<br />
<br />
Nyeri/kenyamanan<br />
Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas, mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)<br />
Tanda : Otot tegang, gelisah.<br />
Pernapasan<br />
Gejalanya : Tidak minat atau enggan merokok (perokok)<br />
Keamanan<br />
Gejalanya : Adanya transfusi darah/produk darah<br />
Tanda : Demam<br />
Urtikaria, lesi makulo papular, eritema tak beraturan, eksaserbasi jerawat, angioma jaringan, eritema palma, ginekomastia (kadang ada pada hapatitis alkoholik), splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.<br />
Seksualitas<br />
Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo seksual aktif, biseksual pada wanita.<br />
<br />
2. Diagnosa keperawatan<br />
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa diagnosa keperawatan pada klien dengan hepetitis yaitu :<br />
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan.<br />
2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.<br />
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.<br />
<br />
3. Intervensi keperawatan <br />
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan fungsi absorbsi dan fungsi metebolisme pencernaan makanan.<br />
Tujuan : Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan atau meningkatkan BB.<br />
Intervensi : <br />
Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.<br />
Rasional : Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia. Anoreksia juga paling buruk pada siang hari, membuat asupan makanan yang sulit pada sore hari.<br />
Berikan perawatan mulut sebelum makan.<br />
Rasional : Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan napsu makan.<br />
Anjurkan makan dalam posisi duduk tegak<br />
Rasional : Menurunkan rasa penuh abdomen dapat meningkatkan pemasukan.<br />
Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permanen berat sepanjang hari.<br />
Rasional : Bahan ini merupakan bahan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna/toleran bila makanan lain tidak<br />
<br />
2. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terbentuknya ruam-ruam kulit.<br />
Tujuan : Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadan normal<br />
Intervensi :<br />
Gunakan air mandi dingin dan soda kue atau mandi kanji. Hindari sabun alkali. Berikan minyak kalamin sesuai indikasi.<br />
Rasional : Mencegah kulit kering berlebihan. Memberikan penghilang gatal.<br />
Anjurkan untuk menggunakan buku-buku jari untuk menggaruk bila tidak terkontrol. Pertahankan kuku jari terpotong pendek pada pasien koma selama jam tidur.<br />
Rasional : Menurunkan potensial cedera kulit.<br />
Berikan masege pada waktu tidur.<br />
Rasional : Bermanfaat dalam meningkatkan tidur dengan menurunkan iritasi kulit.<br />
Hindari komentar tentang penampilan pasien.<br />
Rasional : Meminimalkan stress psikologi sehubungan dengan perubahan kulit.<br />
<br />
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.<br />
Tujuan : Menunjukan tehnik/perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas. <br />
Intervensi : <br />
Tingkatkan tirah baring/duduk. Ciptakan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung sesuai keperluan.<br />
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitsa dan posisi duduk yang tepat diyakini menurunkan aliran darah kekaki yang mencegah sirkulasi optimal kehati.<br />
Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.<br />
Rasional : Meningkatkan hasil pernapasan dan meminimalkan takanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.<br />
Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.<br />
Rasional : Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan. <br />
Tingkatkan aktivitas sesuai toletansi, bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.<br />
Rasional : Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan aktivitas. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat. <br />
Dorong penggunaan teknik menejemen stress, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi. Berikan aktivias hiburan yang tepat seperti nonton tv, radio, membaca.<br />
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali latihan dan dapat meningkatkan koping. <br />
Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan karena pembesaran hati. <br />
Rasional : Menunjukan kurangnya resolusi/akseserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi.<br />
<br />
4. Implementasi<br />
Tujuan utama mencacup :<br />
1. Mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mempertahankan BB atau meningkatkan BB.<br />
2. Dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.<br />
3. Dapat kembali melakukan aktivitas dengan baik.<br />
<br />
5. Evaluasi<br />
Hasil yang diharapkan :<br />
1. - Menunjukan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatan/mempertahankan BB yang sesuai.<br />
- Menunjukan peningkatan BB mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.<br />
2. - Menunjukan jaringan/kulit utuh, bebas ekskoriasi.<br />
- Melaporkan tak ada/penurunan pruritus/lecet.<br />
3. - Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.<br />
- Menunjukan teknik/perilaku yang memampuakan kembali melakukan aktivitas<br />
- Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-44494937509057273462011-07-15T09:10:00.001-07:002011-07-15T09:15:28.995-07:00ASKEP KARSINOMA SERVIKS<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>KARSINOMA SERVIKS<br />
<br />
<br />
o Pendahuluan<br />
Karsinoma serviks uteri merupakan kanker ginekologis yang menempati urutn kedua tersering(setelah kanker payudara). Resiko setiap tahun pada wanita diatas 35 tahun adalah 16/100 000. Insiden puncak terjadi antara usia 45 dan 55 tahun dan insiden ini cenderung terjadi pada usia yang lebih muda. Kanker serviks biasanya tambah kearah dalam sehingga menimbulkan pembesaran serviks.<br />
Lebih dari 85% kanker serviks adalah karsinoma sel sekunder sisanya adalah adenokarsinoma yang berasal dari sel yang melapisi kanalis servikalis atau muaranya. Lama kelamaan kanker dapat menyebar secara langsung kearah atas mengenai rongga uterus atau kebawah mengenai vagina atau melalui aliran limfatik ke nodus limfatikus iliaka eksterna(47 kasus) nodus limfatikus obtttturator(7% kasus) atau nodus paraservikalis (2% kasus). Penyebaran ini dapat dideteksi pada pemeriksaan klinis dan CAT SCAN, sehingga memungkinkan ahli onkologi menentukan stadiun pada awal pemeriksaan, semakin besar kemungkinan keterlibatan nodus limfatikus dan semakin buruk promosinya.<br />
<br />
o Etiologi<br />
Penyebab langsung karsinoma uterus belum diketahui, faktor ekstrinstik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks uteri adalah smegma, infeksi virus Human Papilima Virus (HPV) dan Spermatozoa. Karsinoma serviks uteri timbul di sambungan skuamokolumner serviks. Faktor resiko yang berhubungan dengan karsinoma serviks ialah perilaku seksual yang berhubungan dengan mitra seks multipel, paretas, nutrisi, rokok, dan lain-lain.<br />
<br />
o Pathologi<br />
Karsinoma serviks timbul dibatas antara epitel yang melapisis ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologik antara epitel gepeng berlapis (squamous kompleks) dari porsio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita muda SCJ ini berada diluar ostium uteri eksternum sedangkan pada wanita berumur >35 tahunSCJ berada didalam kanalis serviks.<br />
Pada awal perkembangannya kanker serviks tak memberi tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum, tampak sebagai porsio yang erosif (mutaplasi skuamousa) yang fisiologik atau patologik. Tumor dapat tumbuh; a) eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferatif yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis; b) endofitik, mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks daan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus; dan c) ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.<br />
Serviks yang normal secara alami mengalami proses metaplasia (erosio) akibat saling mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma infasif.<br />
<br />
o Klasifikasi Menurut Figo 1978<br />
<br />
Tingkat Kriteria<br />
<br />
0 Karsinoma insitu atau karsinoma intra epitel<br />
1 Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uterus tidak dinilai).<br />
Ia Karsinoma serviks preklinis hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik kedalamnya >3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tadak lebih dari 7 mm.<br />
Ib Lesi invasif >5 mm dibagi atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.<br />
II Proses keganasan talah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.<br />
IIa Penyebaran hanya kevagina, parmetrium masih bebas dari infiltrat tumor.<br />
IIb Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum sampai dinding panggul.<br />
III Penyebaran sampai 1/3 destal vagina atau keparametrium sampai dinding panggul.<br />
IIIa Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, namuin tidak sampai kedinding panggul.<br />
IIIb Penyebaran sampai dinding panggul, atau proses pada tingkat 1/II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal/hidronefrosis.<br />
IV Proses keganasan telah keluar dri panggul kecil dan melibatkan mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) tau telah bermetastasis keluar panggul atu ketempat yang jauh.<br />
IVa Telah bermetastasis keorgan sekitarnya<br />
IVb Telah bermetastasis jauh.<br />
<br />
o Pemeriksaan Penunjang<br />
a) Sitologi dengan cara Paps Smear.<br />
b) Kolposkopi<br />
c) Servikografi<br />
d) Pemeriksaan visual langsung <br />
e) Gineskopi<br />
f) Pap net (pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitivitas)<br />
<br />
o Manifestasi Klinis<br />
Keluhan metroragi<br />
Keputihan atau purulen yang berbau (khas) dan tidak gatal<br />
Perdarahan pasca coitus/perdarahan spontan<br />
Obstruksi total vesica urinaria<br />
Cepat lelah<br />
Kehilangan BB<br />
Anemia<br />
Serviks membesar, ireguler dan teraba lunak<br />
<br />
o Penatalaksanaan<br />
Penatalaksanaan pada klien dengan karsinoma serviks dapat dilakukan dilakukan berdasarkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Figo tahun 1978 yaitu sebagai berikut :<br />
Tingkat Panatalaksanaan<br />
0, Ia<br />
<br />
Ib, IIa<br />
<br />
<br />
IIb, III, IV<br />
IVa, IVb - Biopsi kerucut<br />
- Histerectomi transvaginal<br />
- Histerectomi radikal dengan limfaadenoktomi panggul dan evaluasi kelenjar limfe para aorta (bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi psca pembedahan).<br />
- Histerectomi transvaginal<br />
- Radioterapi<br />
- Radiasi paliatif, dan<br />
- Kemoterapi<br />
<br />
o Prognosis<br />
Faktor-faktor yang menentukan prognosis ialah umur penderita, keadaan umum, tingkat klinik keganasan, ciri histologik sel tumor, kemampuan ahli atau tim ahli yang menangani dan sarana pengobatan yang ada.<br />
<br />
o Asuhan Keperawatan<br />
A. Pengkajian<br />
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut :<br />
Identitas klien<br />
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut :<br />
1) Sirkulasi :<br />
- Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)<br />
- Pelambatan pengisian kapiler<br />
- Pucat, kulit dingin/lembab<br />
- Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal <br />
- Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.<br />
2) Eliminasi :<br />
- Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsio atau serviks.<br />
3) Nyeri/Ketidaknyamanan :<br />
- Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), dan nyeri uterus lateral.<br />
4) Keamanan :<br />
- Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.<br />
5) Seksualitas :<br />
- Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan).<br />
- Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta, placenta previa.<br />
Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).<br />
Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%)<br />
<br />
B. Diagnosa Keperawatan<br />
1. Devisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan vascular yang berlebihan.<br />
2. Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan, pembedahan.<br />
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi seksualitas.<br />
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.<br />
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kegagalan memperoleh informasi yang adekuat sehubungan dengan keadaannya.<br />
<br />
C. Intervensi dan Implementasi<br />
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan.<br />
Intervensi : <br />
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi. <br />
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya komplikasi.<br />
b. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.<br />
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan penggantian.<br />
c. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.<br />
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.<br />
d. Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.<br />
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian. <br />
e. Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.<br />
Rasional : Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.<br />
f. Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.<br />
Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan. <br />
g. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.<br />
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.<br />
h. Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal<br />
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.<br />
i. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis<br />
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan kebutuhan metabolik.<br />
j. Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.<br />
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.<br />
k. Mulai Infus I atau 2 IV dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi. <br />
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.<br />
l. Berikan obat-obatan sesuai indikasi : <br />
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.<br />
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan hemoragi.<br />
Terapi Antibiotik.<br />
Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.<br />
m. Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.<br />
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.<br />
<br />
Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan, prosedur pembedahan.<br />
Intervensi : <br />
a. Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi uterus atau nyeri tekan abdomen.<br />
Rasional : Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.<br />
b. Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.<br />
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.<br />
c. Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum.<br />
Rasional : Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang memudahkan resorbsi hematoma.<br />
d. Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi<br />
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.<br />
<br />
<br />
Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.<br />
Intervensi : <br />
a. Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan konsep.<br />
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, memperberat ancietasnya.<br />
b. Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.<br />
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.<br />
c. Tunjukan sikap tenang, empati dan mendukung.<br />
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi. <br />
d. Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.<br />
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan masalah.<br />
<br />
Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan. <br />
Intervensi : <br />
a. Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.<br />
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organinisme infeksious.<br />
b. Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP<br />
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.<br />
c. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.<br />
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.<br />
d. Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).<br />
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.<br />
e. Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.<br />
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.<br />
<br />
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.<br />
Intervensi : <br />
a. Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.<br />
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.<br />
b. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk bertanya dan meninjau materi.<br />
Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.<br />
c. Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi, seperti klien tidak mampu melakukan perawatan terhadap bayi dan dirinya.<br />
Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan aktivitas perawatan dirinya dan bayi.<br />
d. Diskusikan implikasi jangka panjang Ca Seriks dengan tepat, misalnya resiko hemoragi kehamilan selanjutnya, atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.<br />
Rasional : Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
<br />
1. Arif Mansjoer dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.<br />
<br />
2. Sarwono, 1999, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta.<br />
<br />
3. Brunner & Suddarth, 2000, Keperawaatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta.<br />
<br />
4. Dongoes, 2001, Konsep Keperawatan Maternal, EGC, Jakarta.<br />
<br />
5. Derek Llewellyn – Jones, 2002, Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi, Pustaka Nasional, Jakarta.<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-17474840680023865612011-07-15T09:09:00.001-07:002011-07-15T09:15:53.217-07:00ASKEP KATARAK<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>A.KONSEP DASAR MEDIK<br />
1.1Pengertian<br />
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih dan merupakan suatu daerah yang berkabut dan keruh didalam lensa. <br />
Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa dibawah kapsul mengalami denaturasi. Lebih lanjut protein tadi berkoagul;asi membentuk daerah keruh menggantikan serabut-serabut protein lensa yang dalam keadaan normal seharusnya transparan.<br />
Bila suatu katarak telah menghalangi cahaya dengan hebat sehingga sangat mengganggu penglihatan, maka keadaan itu perlu diperbaiki dengan cara mengangkat lensa melalui operasi. Bila ini dilakukan, maka mata kehilangan sebagaian besar daya biasnya, dan harus digantikan dengan lensa konveks berdaya penuh didepan mata, atau sebuah lensa buatan ditanam didalam mata pada tempat lensa dikeluarkan.<br />
1.2Etiologi<br />
Sebagian besar katarak yang disebut katarak senilis, terjadi akibat perubahan-perubahan degeneratif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup, alkohol, merokok dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama serta predisposisi herediter berperan dalam munculnya katarak senilis. <br />
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, infeksi mata, atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang tepajan virus rubella dapat mengalami katarak. Para pengidap diabetes melitus kronik sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah ke mata dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa.<br />
1.3Patofisiologi dan Dampak Pada penyimpangan KDM<br />
Lensa yang normal adalah struktur yang posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.<br />
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjng dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnta protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.<br />
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes melitus, namun merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan matang ketika seseorang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosis dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. <br />
1.4Manifestasi Klinis<br />
Penurunan ketajaman penglihatan, silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu.<br />
pengembunan seperti mutiara keabuanpada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop.<br />
Pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.<br />
Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih.<br />
1.5Diagnostik Tes Yang Lasim<br />
Selain uji mata yang biasa, keratometri dan pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan di lakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm3, pasien merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.<br />
1.6Penatalaksanaan Medis<br />
Pengobatan berupa eksisi seluruh lensa untuk diganti oleh lensa buatan, atau fragmentasi lensa dengan ultrasound atau laser, diikuti oleh aspirasi fragmen dan penggantian lensa.<br />
Pembedahan diindikasikasikan bagi yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja atau keamanan.<br />
<br />
ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK<br />
PENGKAJIAN<br />
Data-data yang perlu dikaji pada asuha keperawatan dengan katarak adalah :<br />
1. Riwayat perjalanan penyakit<br />
a. Pola aktivitas/istirahat<br />
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan dengan gangguan penglihatan.<br />
b. Pola nutrisi<br />
Gejala : Mual/muntah (glaukoma akut)<br />
c. Pola neurosensori<br />
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap.<br />
d. Pola penyuluhan/pembelajaran<br />
Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler, riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.<br />
DIAGNOSA KEPERWATAN<br />
1.Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.<br />
2.Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.<br />
3.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)<br />
4.Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan TIO,inflamasi intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator.<br />
5.Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.<br />
<br />
INTERVENSI KEPERAWATAN<br />
1.Ketakutan atau ansietas yang berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai perawatan pascaoperatif, pemberian obat.<br />
Kriteria evaluasi: menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi.<br />
Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk mengetahui keprihatinan, perasaan dan tingkat pemahaman.<br />
R/:Informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak diketahui. <br />
Orientasika pasien pada lingkungan yang baru.<br />
R/: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan ansietas.<br />
Jelaskan rutinitas operatif<br />
R/: pasien yang telah mendapat mendapat informasi lebih mudah menerima penanganan dan mematuhi instruksi.<br />
Jelaskan intervensi sedetil-detilnya<br />
R/: pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada masukan indera lai untuk mendapatkan informasi.<br />
Dorong untuk menjalankan kebiasaa hidup seharihari bila mampu.<br />
R/: perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat<br />
Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan pasien.<br />
R/: pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri.<br />
Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila memungkinkan.<br />
R/:isolasi sosial dan waktu luang yang terlau lama dan menimbulkan perasaan negatif.<br />
<br />
2.Resiko terhadap cedera yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan atau kurang pengetahuan.<br />
Kriteria evaluasi: dapat menurunkan resiko terjadinya cedera.<br />
Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi pascaoperasi sampai stabil dan sampai mencapai penglihatan dan ketrampilan koping yang memadai.<br />
R/: menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah sempoyongan atau tidak mempunyai ketrampilan koping untuk kerusakan penglhatan. <br />
Bantu pasien manata lingkungan<br />
R/: memfasilitasi kemendirian dan menurunkan resiko cedera<br />
Orientasikan pasien pada ruangan<br />
R/: meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.<br />
Bahas perlunya penggunaan perisai metal atau kacamata bila diperlukan.<br />
R/: temeng logam atau kaca mata melindungi mata terhadap cedera.<br />
Jangan memberikan tekanan pada mata yang terkena trauma<br />
R/:tekanan pada mata dapat menyebabkan kerusakan serius lebih lanjut.<br />
Gunakan prosedur yanga memadai ketika memberikan obat mata.<br />
R/: cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.<br />
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak)<br />
Kriteria evaluasi : menunjukan peningkatan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen, eritema dan demam.<br />
Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati mata.<br />
R/:menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.<br />
Gunakan teknik yang tepat untuk embersihkan mata dari dalam keluar dengan tisu basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan, dan masukan lensa kontak bila menggunakan.<br />
R/:tehnik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.<br />
Tekankan untuk tidak menyentuh/ menggaruk mata yang dioperasi.<br />
R/: mancegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi<br />
Observasi tanda terjadinya infeksi.<br />
R/:Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi.<br />
Berikan obat sesuai indikasi.<br />
R/:Sediaan topikal digunakan secara profilaksis, dimana terapi lebih diperlukan bila terjadi infeksi.<br />
4.Nyeri yang berhubungan dengan trauma peningkatan TIO,inflamas intervensi bedah, atau pemberian tetes mata dilator.<br />
Kriteria evaluasi: <br />
Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai resep<br />
R/;pemakaian obat sesuai resep akan mengurangi nyeri dan TIO serta meningkatkan rasa nyaman.<br />
Berikan kompres dingin sesuai permintaan untuk trauma tumpul<br />
R/: mengurangi edema akan mengurangi nyeri. Kurangi tingkat pencahayaan, cahaya diredupkan, diberi tirai/kain.<br />
R/: tingkat pencahayaan yang lebih rendah lebih nyaman setelah pembedahan.<br />
Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya kuat.<br />
R/: cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.<br />
5.Potensial terhadap kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.<br />
Kriteria evaluasi; Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri<br />
Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala koplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter<br />
R/:penemuan dan penenganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusaka lebih lanjut.<br />
Beri instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti mengenai tehnik yang benar memberikan obat.<br />
R/:pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.<br />
Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan<br />
R/:sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendamping dan teman dirumah.<br />
Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan.<br />
R/:memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-47676297603439390592011-07-15T09:08:00.003-07:002011-07-15T09:16:19.932-07:00ASKEP ANEMIA<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>ANEMIA<br />
<br />
1. Pengertian<br />
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu diagnosis melainkan pencerminan dari dasar perubahan patofisiologis, yang diuraikan oleh anamnesa dan pemeriksaan fisik yang teliti, serta didukung oleh pemeriksaan laboratorium.<br />
2. Fisiologi<br />
Struktur dan fungsi sel darah merah yang normal<br />
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang kira-kira berdiameter 8 m. Tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalannya melalui mikrosirkulasi konfigurasi berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari anti gen kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna.<br />
Jumlah sel darah merah kira-kira 5 juta per millimeter kubik darah pada rata-rata orang dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap dipertahankan antara kehilangan dan penggantian sel darah setiap hari. Pembentukan sel darah merah diransang oleh hormon glikoprotein, eritropoitin, yang dianggap berasal dari ginjal. Pembentukan eritropoetin dipengaruhi oleh hipoksia jaringan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perubahan 02 atmosfer, berkurangnya kadar 02 darah arteri, dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin. Eritropoetin meransang sel induk untuk memulai proliferasi dan pematangan sel-sel darah merah. Selanjutnya pematangan tergantung pada jumlah zat-zat makanan yang cukup dan penggunaannya yang cocok, seperti vitamin B12 , asam folat, protein-protein, enzim-enzim, dan mineral seperti dan tembaga.<br />
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsung tulang dan melalui semua stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari sumsum tulang. Retikolosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat retikuler. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selam 24 sampai 48 jam pematangan; retikulum kemudian larut dan menjadi sel-sel darah merah yang matang.<br />
Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi lebih kaku dan menjadi lebih rapuh, akhirnya pecah. Hemoglobin di fagositosis terutama di limpa. Hati dan sumsum tulang. Kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali kedalam sumber asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein plasma transperin ke sumsung tulang untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Sisa besi disimpan dalam hati dan jaringan tubuh lain dalam bentuk feritin dan hemosiderin, simpanan ini akan digunakan lagi dokemudian hari. Sisa hem direduksi kembali menjadi karbon monoksida (CO) dan biliverdin. CO ini diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin, dan dikeluarkan melalui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi menjadi bilirubin bebas; yang berlahan-lahan dikeluarkan kedalam plasma. Dimana bilirubin bergabung ke albumin plasma kemudian diangkut kedalam sel-sel hati untuk diekskresi ke dalam kanalikuli empedu. Bila ada penghancuran aktif sel-sel darah merah seperti hemolisis, pembebasan jumlah bilirubin yang cepat kedalam cairan ekstraselular menyebabkan kulit dan konjungtiva kuning, keadaan ini disebut ikterus.<br />
<br />
3. Patofisiologi<br />
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih lebih sedikit darah yang dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada perdarahan, menimbulkan simptomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak napas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui:<br />
Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2 kejaringan-jaringan oleh sel darah merah.<br />
Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.<br />
Mengembangkan volume plasma dengan mernarik cairan dari sela-sela jaringan, dan<br />
Redistribusi cairan ke organ-organ vital.<br />
Selain satu dari tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokonstriksi organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku dan telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta conjuntiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.<br />
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat dapat mengakibatkan payah jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaiakan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.<br />
Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat pula timbul gejala saluran cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defesiensi. Gejala-gejala ini adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis (sariawan lidah dan mulut).<br />
<br />
4. Klasifikasi Anemia<br />
Anemia dapat diklasifikasikan menurut:<br />
1. Morfologi sel darah merah dan indeks-indeksnya<br />
Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran sel darah merah, sedangkan kromik menujukkan warnanya.<br />
Sudah dikenal klasifikasi besar yaitu:<br />
a. Anemia normositik normokrom.<br />
Dimana ukuran dan bertuk sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal. (MCV dan MCHC normal atau normal rendah) tetapi individu menderita anemia. Penyebab anemai jenis ini adalah kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronik termasuk infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, dan penyakit-penyakit infiltrat metastatik pada susum tulang.<br />
b. Anemia makrositik normokrom<br />
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom karena konsentrasi hemoglobinnya normal (MCV meningkat; MCHC normal). Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya sintesis asam nukleat B12 dan/atau asam folat. Ini dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab agen-agen yang digunakan mengganggu metabolisme sel.<br />
c. Mikrositik hipokrom.<br />
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal(MCV kurang; MCHC kurang). Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital)<br />
2. Etiologi.<br />
Anemia dapat pula diklasifikasikan menurut etiologinya, penyebab utama yang diperkirakan adalah:<br />
a. Meningkatnya kehilangan sel darah merah<br />
Meningkatnya kehilangan sel darah merah dapat disebabkan oleh perdarah atau penghancuran sel. Perdarahan dapat diesebabkan oleh trauma atau tukak, atau akibat perdarahan kronik karaena polip pada colon, penyakit-penyakit keganasan , hemoroid, atau menstruasi. Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi, dikenal dengan nama hemolisis, terjadi bila gangguan pada sel darah merah itu sendiri yang memperpendek hidupnya atau karena perubahan lingkungan yang mengakibatkan penghancuran sel darah merah. Keadaan dimana sel darah merah sendiri terganggu adalah:<br />
- Hemoglobinopati, yaitu hemoglobin abnormal yang diturunkan, mislnya anemia sel sabit.<br />
- Gangguan sintesis globin. Misalnya talasemia.<br />
- Gangguan membran sel darah merah, misalnya sferositosis herediter.<br />
- Defesiensi ensim, misalnya difisiensi G6PD (glukosa 6-fosfat dehidrogenase)<br />
Yang disebut diatas adalah gangguan herediter, namun hemolisis dapat juga disebabkan oleh gangguan lingkungan sel darah merah, yang seringkali memerlukan respon imun. Respon isoimun mengenai berbagai indvidu dalam spesies yang sama dan diakibatkan oleh transfusi darah yang tidak cocok. Respon otoimun terdiri dari pembentukan antibodi terhadap sel-sel darah merah itu sendiri, keadaan yang dinamakan anemia hemolitik otoimun dapat timbul tanpa sebab yang diketahui setelah pemberian suatu obat tertentu, seperti alfa-metildopa, kinin, sulfonamida, atau L-dopa, atau pada penyakit-penyakit seperti limfoma, leukemia limfositik kronik, lupus eritematous, artritis reumatoid dan infeksi virus. Anemia hemolitik otoimun selanjutnya diklasikfikasikan menurut suhu dimana antibodi bereaksi dengan sel-sel darah merah; anti bodi tipe panas atau anibodi tepe dingin.<br />
b. Penurunan atau pembentukan sel darah merah yang berkurang atau terganggu (diseritropoesis)<br />
Setiap keadaan yang mempengaruhi fungsi sumsum tulang dimasukkan dalam kategori ini, yang termasuk dalam kelompok ini adalah:<br />
- Keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukemia, dan multipel mioloma, obat dan sat kimia toksik, dan penyinaran denan radiasi<br />
- Penyakit-penyakit menahun yang melibatkan ginjal dah hati. Penyakit-penyakit infeksi dan difisensi endokrin. Kekurangan vitamin penting , seperti vitamin B12, asam folat, vitamin C dan besi, dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia.<br />
Untuk menegakkan diagnosis anemia harus digabungkan pertimbangan morfologi dan etiologi.<br />
ANEMIA APLASTIK<br />
Pengertian<br />
Anemia aplastik adalah suatu gangguan pada sel-sel induk di sumsum tulang yang dapat menimbulkan kematian, pada keadaan ini jumlah sel-sel darah merah yang dihasilkan tidak memadai. Pederita mengalami pansitopenia yaitu kekurangan sel darah merah, dan trombosit. Secara morfologi sel-sel darah merah terlihat normositik dan normokrom, hitung retikulosit rendah atau hilang, dan biopsi sumsung tulang menunjukkan suatu keadaan yang disebut “pungsi kering” dengan hiplasia yang nyata dan terjadi penggantian dengan jaringan lemak. Langkah-langkah pangobatan terdiri dari mengidentifikasi dan menghilangkan agen penyebab. Namun pada beberapa keadaan tidak dapat ditemukan agen penyebabnya dan keadaan ini disebut idiopatik . bebraapa kasusu seperti ini diduga merupakan keadaan imunologis.<br />
<br />
Penyebab-penyebab anemia aplastik : <br />
1. Agen antineoplastik<br />
2. Terapi radiasi<br />
3. Berbagai obat seperti anti konvulsan, pengobatan tiroid, senyawa emas dan fenilbutason.<br />
4. Benzen<br />
5. Infeksi virus (khususnya virus khusunya virus hepatitis)<br />
Pengobatan<br />
Terutama dipusatkan pada perawatan supportif sampai terjadi penyembuhan sumsum tulang. Karena infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh defesiensi besi sel lain merupakan penyebab utama kematian, maka penting untuk mencegah perdarahan dan infeksi. <br />
Tindakan pencegahan dapat mencakup lingkungan yang dilindungi (ruangan denan aliran udaran mendatar atau tempat yang nyaman) dan higiene yang baik, pada perdarahan dan/atau infeksi perlu dilakukan terapi komponen darah yang bijaksana, yaitu sel darah merah, granulosit, dan trombosit dan antibiotik. Agen-agen peransang sumsung tulang, seperti androgen diduga menimbulkan eritropoesis, tetapi defesiensinya tidak menentu, penderita anemia aplastik kronik dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dapat dipertahankan Hb antara 8 dan 9 g dengan transfusi darah periodik.<br />
<br />
ANEMIA DEFESIENSI BESI<br />
Pengertian<br />
Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Difisensi besi merupakan penyebab utama anemia di dunia. Khususnya terdapat pada wanita usia subur, sekunder karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil. <br />
Penyebab lain defesiensi besi adalah:<br />
1. Asupan besi yang tidak cukup, misalnya pada bayi yang hanya diberi makan susu belaka sampai usia 12 – 24 bulan dan pada individu tertentu yang hanya memakan sayuran saja.<br />
2. Gangguan absobsi, seperti setelah gastrektomi<br />
3. Kehilangan darah yang menetap seperti pada perdarahan pada saluran cerna yang lambat karena polip, Neoplasma, gastritis, varises osefagus, makan aspirin, dan hemoroid.<br />
Dalam keadaan normal tubuh orang dewasa mengandung rata-rata 3 sampai 5 g besi, bergantung pada jenis kelamin dan besar tubuhnya, hampir duapertiga besi terdapat dalam hemoglobin yang dilepas pada proses penuaan dan kematian sel dan diangkut melalui transferin plasma kesumsum tulang untuk eritripoesis. Dengan kekecualian dalam jumlah yang kecil sekali dalam mioglobin (otot) dan dalam enzim-enzim hem, seperti sisanya disimpan dalam hati, lipa dan dalam sumsung tulang sebagai feretin dan sebagai homosiderin untuk kebutuhan-kebutuhan lebih lanjut.<br />
<br />
Gejala-gejala<br />
Gejala-gejala yang ditunjukkan; (besi plasma lebih kecil dari 40 mg/100 ml; Hb 6-7 mg/100ml) mempunyai rambut yang rapuh, dan halus serta kuku tipis, rata, mudah patah dan sebenarnya berbentuk seperti sendok (koilonikia). Selain itu, atropi papils lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilap, merah daging, meradang dan sakit. Dapat pula timbul stomatitis angularis, pecah-pecah dengan kemerahan dan rasa sakit disudut-sudut mulut.<br />
Pemeriksaan<br />
Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah normal atau hampir normal dan kadar hemoglobin berkurang. Pada sediaan hapus darah perifer, eritrosit mikrositik dan hipokrom (MCP dan MCHC berkurang, dan MCH berkurang) disertai dengan poikilisitosis dan anisosotosis. Jumlah retikulosit mungkin normal atau berkurang. Kadar besi berkurang walaupun kapasitas mengikat besi serum total meningkat.<br />
<br />
<br />
<br />
Pengobatan<br />
Pengobatan defisiensi besi mengharuskan identifikasi dan menemukan penyebab dasar anemia. Pembedahan mungkin deperlukan untuk menghambat perdarahan aktif yang diakibatkan oleh polip, tukak, keganasan, dan hemoroid; perubahan diet mungkin diperlukan untuk bayi yang hanya diberi susu atau individu dengan idiosinkrasi makanan atau yang menggunakan aspirin dalam dosis besar. Walaupun modifikasi diet dapat menambah basi yang tersedia (misalnya hati), masih dibutuhkan suplemen besi untuk meningkatkan hemoglobin dan mengembalikan persediaan besi. Besi tersedia dalam dalam bentuk parenteral dan oral. Sebagian besar penderita memberi respon yang baik terhadap senyawa senyawa oral seperti ferosulfat. Preparat besi parenteral digunakan secara sangat selektif, sebaba harganya mahal dan mempunyai insidens besar tejadi reaksi yang merugikan.<br />
<br />
ANEMIA MEGALOBLASTIK<br />
Pengertian<br />
Anemia megaloblastik diklasfikasikan menurut morfologinya sebgai anemia makrositik normokrom. <br />
Penyebab<br />
Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defesiensi vitamin B12 dan asam folat yang mengakibatkan sitesis DNA terganggu. Defesiensi ini mungkin sekunder karena malnutrisi, malabsobsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti terlihat pada anemia pernisiosa dan pos gastrektomi), infestasi prasit, penyakit usus, dan keganansa, serta agen kemoterapik. Invidu dengan infeksi cacing pita (dengan, Diphilloborithrium latum) akibat makan ikan segar yang terinfeksi, cacing pita berkompertisi dengan hospes dalam mendapatkan vitamin B¬12 dari makanan. Yang mengakibatkan anemia megaloblastik.<br />
Gejala-gejala<br />
Selain gejala-gejala anemia seperti yang dijelaskan sebelumnya, penderita anemia megaloblastik sekunder karena defesiensi folat dapat seperti malnutrisi dan mengalami glositis berat (radang lidah disertaai rasa sakit), diare dan kehilangan nafsu makan. Kadar folat serum juga menurun (<4ng/ml). Hitung retikulosit biasanyan berkurang disertai penurunan hematokrit dan hemoglobin.<br />
Pengobatan<br />
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pengobatan bergantun pada identifikasi dan menghilangkan penyebab dasarnya. Tindakan ini adalan memperbaiki defisiensi diet dan terpi pengganti dengan asam folat atau vitamin B12. penderita yang kecanduan alkohol yang dirawat dirumah sakit sering memberi respon “spontan’ bila diberikan diet seimbang.<br />
<br />
ASUHAN KEPERAWATAN <br />
<br />
PENGKAJIAN<br />
<br />
AKTIVITAS ISTIRAHAT<br />
gejala - Keletiha, kelamahan, malaise umum<br />
- Kehilangan prodiktivitas , penurunan semangat untk bekerja.<br />
- Toleransi terhadap latihan rendah<br />
- Kebutuhan untik tidur dan istirahat lebih banyak.<br />
Tanda - Takikardia/takikpnea; dispnea pada bekerja atau istirahat.<br />
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot dan penurunan kekuatan.<br />
- Ataksia, tubuh tidak tegak.<br />
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan<br />
<br />
SIRKULASI<br />
Gejala - Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya kehilangan gastrointestinal kronis, menstruasi berat, angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan)<br />
- Riwayat endokarditis infektif kronik<br />
- Palpitasi (takikardia kompensasi)<br />
Tanda - Tekanan darah peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postura.<br />
- Disaritmia; abnormalitas EKG, misalnya, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardi.<br />
- Baunyi jantung murmur sistolik (DB)<br />
- Warn ekstremitas; pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan; pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan) kulit seperti berlilin, pucat (aplastik), atau kuning lemon terang (PA)<br />
- Skelera biru atau putih seperti mutiara (DB)<br />
- Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)<br />
- Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (Koilonokia) (DB)<br />
- Rambut; kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara prematur.<br />
<br />
INTEGRITAS EGO<br />
Gejala - Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya transfusi darah.<br />
Tanda - Defresi <br />
<br />
ELIMINASI<br />
Gejala - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal.<br />
- Flatulen, sindrom malabsorbsi (DB).<br />
- Hematemesis, feses dengan darah segar, melena.<br />
- Diare atau konstipasi.<br />
- Penurunan haluaran urine.<br />
Tanda - Distensi abdomen.<br />
<br />
MAKANAN / CAIRAN<br />
Gejala - Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah / masukan sereal tinggi (DB).<br />
- Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan ( ulkus pada faring ).<br />
- Mual / muntah, dispepsia, anoreksia.<br />
- Adanya penurunan berat badan.<br />
- Tidak pernah puas mengunyah atau pika untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).<br />
Tanda - Lidah tampak merah daging / halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B 12.<br />
- Membran mukosa kering, pucat.<br />
- Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut / hilang elastisitas (DB).<br />
- Stomatitis dan glositis (status defisiensi).<br />
- Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah ( DB ).<br />
<br />
HIGIENE<br />
Tanda - Kurang bertenaga, penampilan tak rapih.<br />
<br />
NEUROSENSASI<br />
Gejala - Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinitus, ketidakmampuan berkonsentrasi.<br />
- Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.<br />
- Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parastesia tangan / kaki (AP) ; klaudiaksi.<br />
- Sensasi menjadi dingin.<br />
Tanda - Peka rangsang, gelisah, defresi, cenderung tidur, apatis.<br />
- Mental : tak mampu berespon lambat dan dangkal.<br />
- Oftalmik : hemoragis retina ( aplastik, AP ).<br />
- Epistaksis, perdarahan dari lubang – lubang ( aplastik ).<br />
- Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan rasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisis ( AP ).<br />
<br />
NYERI / KENYAMANAN<br />
Gejala - Nyeri abdomen samar ; sakit kepala ( DB ).<br />
<br />
PERNAPASAN<br />
Gejala - Riwayat TB, abses paru.<br />
- Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.<br />
Tanda - Takipnea, ortopnea, dan dispnea.<br />
<br />
KEAMANAN<br />
Gejala - Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misalnya ; benzen, insektisida, fenibultazon, naftalen.<br />
- Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan.<br />
- Riwayat kanker, terapi kanker.<br />
- Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas.<br />
- Transfusi darah sebelumnya.<br />
- Gangguan penglihatan.<br />
- Penyembuhan luka buruk, sering infeksi.<br />
Tanda - Demam rendah, menggigil, berkeringat malam.<br />
- Limfadenopati umum.<br />
- Peteki dan ekimosis (aplastik).<br />
<br />
SEKSUALITAS<br />
Gejala - Perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).<br />
- Hilang libido ( pria dan wanita ).<br />
- Impoten.<br />
Tanda - Serviks dan dinding vagina pucat.<br />
<br />
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN<br />
Gejala - Kecenderungan keluarga untuk anemi ( DB / AP ).<br />
- Penggunaan anti konvulsan masa lalu / saat ini, antibiotik, agen kemoterapi ( gagal sumsum tulang ), aspirin, obat anti inflamasi, anti koagulan.<br />
- Penggunaan alkohol kronis.<br />
- Adanya / berulang episode perdarahan aktif ( DB ).<br />
- Riwayat penyakit hati, ginjal ; masalah hematologi ; penyakit seliak atau penyakit malabsorpsi lain ; enteritis regional ; manifestasi cacing pita ; poliendokrinopati ; masalah autoimun (misalnya ; antibodi pada sel parietal, faktor intrinsik, antibodi tiroid dan sel T ).<br />
- Pembedahan sebelumnya, misalnya; splenektomi; eksisi tumor; penggantian katup prostetik; eksisi bedah duodenum atau reseksi gaster, gastrektomi parsial / total ( DB/AP ).<br />
- Riwayat adanya masalah dengan penyembuhan luka atau perdarahan; infeksi kronis, ( RA ), penyakit granulomatus kronis, atau kanker ( sekunder anemia ).<br />
Pertimbangan - DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 4,6 hari<br />
Rencana pemulangan - Dapat memerlukan bantuan dalam pengobatan ( injeksi); aktivitas perawatan diri dan / atau pemeliharaan rumah, perubahan rencan diet.<br />
<br />
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK<br />
Jumlah darah lengkap ( JDL ) : Hemoglobin dan hematokrit menurun.<br />
- Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (volume korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromoik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).<br />
- Jumlah retikulosit : bervariasi, misalnya menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah / hemolisis.<br />
- Pewarnaan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).<br />
- LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misalnya peningkatan kerusakan SDM atau penyakit malignasi.<br />
- Masa hidup SDM : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misalnya pada tipe anemia tertentu, SDM mempunyai waktu hidup lebih pendek.<br />
- Test kerapuhan eritrosit : menurun (DB).<br />
- SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).<br />
Jumlah trombosit : Menurun (aplastik); meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik).<br />
- Hemoblobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.<br />
- Billirubin serum (tak terkonjungasi) : meningkat (AP, HEMOLITIK).<br />
- Folat serum dan vitamin B 12 : membantu mengdiagnosa anemia sehubugngan defisensi masukan/absorbsi<br />
- Besi serum; meningkat (DB)<br />
- Feritin serum; menurun (DB)<br />
- Masa perdarahan; memanjang (aplastik)<br />
- LDH serum; mungkin meningkat (AP)<br />
- Tes schilling; penurunan ekskresi vitamin B12 urine (AP)<br />
- Guaiak; mungkin positif untuk darah pada urine. Feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut/kronis (AP)<br />
- Analisa gaster; penurunan sekresi dengan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP)<br />
- Aspirasi sumsung tulang/pemeriksaan biopsi; sel mungkin tampak berubah dalam jumal, ukuran dan bentuk membentuk membedakan tipe anemia, misalnya, peningkatan megaloblastik (AP) ,lemak sumsung tulang dengan penurunan sel darah (aplastik)<br />
- Pemeriksaan endoskopi dan radiografi; memeriksan sisi perdarahan ; perdarahan GI.<br />
<br />
PRIORITAS KEPERAWATAN<br />
1. Meningkatkan perfusi jaringan<br />
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan<br />
3. Mencegah konplikasi<br />
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan program pengobatan.<br />
<br />
TUJUAN PEMULANGAN<br />
1. Kebuthan aktivitas sehari-sehari terpenuhi mandiri atau dengan bantuan orang lain.<br />
2. Komplikasi tercegah/minimal<br />
3. Proses penyakit/prognosis dan program terpai di pahami<br />
<br />
DIAGNOSA KEPERAWATAN<br />
1. Perubahan perfusi jaringan, berhubungan dengan :<br />
Penurrunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien ke sel<br />
Ditandai dengan;<br />
Palpitasi, angina<br />
Kulit pucat, membran mukosa kering, kuku dan rambut rapuh<br />
Ekstremitas dingin<br />
Penurunan haluaran urine<br />
Mual/muntah<br />
Distensi abdomen<br />
Perubahan tekanan darah, pengisian kapiler lambat.<br />
Ketidak mampuan berkonsentrasi, disorientasi.<br />
Tujuan<br />
Menunjukkan perfusi adekuat, misalnya, tanda vital stabil; membran mukosa warna merah muda, pengisian kapiler baik, haluaran urine adekuat, mental seperti biasa.<br />
TINDAKAKAN/INTERVENSI RASIONAL<br />
Mandiri <br />
1.Awati tanda vital, kaji pegisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku.<br />
R:/Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intevensi<br />
2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan toleransi <br />
R:/Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler, catatan; kontraindikasi bila ada hipotensi.<br />
3. Awasi upaya pernapasan; auskultasi bunyai napas perhatikan adventisius Dispnea, R:/gemericik menunjukkan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.<br />
4.Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi. <br />
R:/Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/potensial resiko infark.<br />
5.Kaji untuk respons verbal melambat, mudah teransang, agitasi, gangguan memori, bingung. <br />
R:/Dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau defesiensi vitamin B12<br />
6.Orientasi/orientasikan ulang pasien susuia kebutuhan, catat jadwal aktivitas pasien untuk dirujuk, berikan cukup waktu pasien untuk berpikir, komunikasikan dan aktiviatas <br />
R:/Membantu memperbaiki proses pikir dan kemampuan melakukan/mempertahankan kebutuhan AKS.<br />
7.Catat keluhan rasa dingin. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi. <br />
R:/Vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi verifer, kenyamanan pasien kebutuhan rasa hangat harus seimbangn dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ)<br />
Hindari penggunaan bantalan penghangat atau botol air panas, ukur suhu air mandi dengan temometer. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.<br />
Kolaborasi <br />
8. Awasi pemeriksaan laboratorium, misalnya Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA. R:/Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi<br />
9. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk komplikasi transfusi.<br />
R:/Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen; memperbaiki defesiensi untuk menurunkan risiko perdarahan.<br />
10. Berikan oksigen tambagan sesuai indikasi <br />
R:/Memaksimalkan transpor oksigen ke jaringan<br />
11. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi <br />
R:/Transplanstasi sumsung tulang dilakukan pada kegagalan sumsung tulang . (anemia aplastik)<br />
<br />
2. Intolansi aktiviatas, berhubunga dengan ;<br />
Ketidak seimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan <br />
ditandai dengan<br />
Kelemahan dan kelelahan<br />
Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan<br />
Lebih bayak memerlukan istirahat/tidur.<br />
Palpitasi, takikardia, peningkatan tekanan darah/respons pernapasan dengan kerja ringan<br />
Tujuan;<br />
Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)<br />
Menunjukkan penurunan tanda tanda fisiologis intoleransi, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal pasien.<br />
TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL<br />
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan tugas/AKS normal, catat laporan kelelahan, keletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas. <br />
R:Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan<br />
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot <br />
R: Menujukkan perubahan neurologi karenan defisiensi vitamin B12 memepengaruhi kemanan pasien/risiko cidera<br />
3.Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas, catat respons terhadap tingkat aktivias misalnya penigkatan denyut jantung/tekanan darah, disaritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya. <br />
R:/Manifestasi kardiopulmonasi dari upaya jantung dan paru-paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan<br />
4. Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila diindikasikan, pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan berulang tindakan yang tak direncanakan. <br />
R:Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung paru.<br />
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. <br />
R:Hipotensi postural atau hipoksi serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut, dan peningkatan risiko cedera.<br />
6.Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningktkan istirahat, pilih priode istirahat dengan priode aktivitas. <br />
R: Mempertahankan tingkat energi dan meningkatkan regangan pada sistem jantung dan pernapasan.<br />
7. Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu memungkinkan pasien untuk melakukannya sebanyak mungkin. <br />
R: Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.<br />
8.Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, termasuk aktivitas yang pasien pandang perlu. <br />
9. Tingkatkan tingkat aktivitas sesuai toleransi. <br />
R: Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan mempebaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meningkatkan harga diri dan rasa terkontrol.<br />
10. Gunakan teknik penghematan energi, misalnya, mandi dengan duduk, duduk untuk melakukan tugas-tugas. <br />
R: Mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan energi dan mencegah kelemahan.<br />
11.Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi, nyeri dada, napas pendek, kelemahan, atau pusing terjadi. <br />
R: Regangan/stress kardiovulmonal berlebihan/stress dapat menimbulkan dekompansasi/kegagalan.<br />
<br />
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan degan:<br />
Kegagalan untuk mencerna makanan/absorbsi nutrien yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.<br />
Ditandai dengan:<br />
Penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk, usia, tinggi, dan bangun badan.<br />
Penurunan lipata kulit trisep.<br />
Peruban gusi membran mukosa mulut<br />
Penurunan toleranasi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tonus otot.<br />
Tujuan; <br />
Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal<br />
Tidak mengalami tanda mal nutrisi<br />
Menunjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.<br />
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan;<br />
Perubahan sirkulasi dan neurologi (anemia)<br />
Gangguan mobilitas<br />
Defisit nutrisi.<br />
Ditandai dengan:<br />
Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual<br />
Tujuan;<br />
Mempertahankan integriatas kulit<br />
Mengidentifikasi faktor risiko/perilaku untuk mencegah cedera dermal.<br />
5. Konstipas atau diare, berhubugan dengan;<br />
Penurunan masukan diet, perubahan proses-proses pencernaan<br />
Efek samping terapi obat<br />
Ditandai dengan;<br />
Perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses.<br />
Mual/muntah, penurunan napsu makan.<br />
Laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram<br />
Gangguan bunyi usus.<br />
Tujuan;<br />
Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus<br />
Menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup yang diperlukan sebagai penyebab, faktor pemberat.<br />
6. Risiko tinggi terhadap infeksi, berhubungan dengan:<br />
Pertahan sekunder tidak adekuat misalnya penurunan hemoglobin leukopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)<br />
Pertahan utama tidak adekuat, misalnya kerusakan kulit, stasis cairan tubuh, prosedur invsif, penyakit kronis, malnutrisi.<br />
Diatandai dengan;<br />
Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual<br />
Tujuan;<br />
Mengidentifikasi perliku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.<br />
Meninkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen, atau eritema, dan demam.<br />
7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan;<br />
Kurang terpajan/mengingat.<br />
Salah interpretasi informasi<br />
Tidak mengenal sumber informasi<br />
Ditandai dengan;<br />
Pertanyaan, meminta informasi<br />
Pernyataan salah konsepsi.<br />
Tidak akurat mengikuti instruksi<br />
Terjadi komplikasi yagng dapat dicegah.<br />
Tujuan;<br />
Menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan.<br />
Mengidentifikasi faktor penyebab<br />
Melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.<br />
<br />
<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
<br />
Marilynn E. Donges Dkk.; Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.; Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta 1999.<br />
<br />
Price & Wilson,; Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit; Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta 1999.<br />
<br />
Soeparman dkk.; Ilmu Penyakit Dalam; Balai Penerbit FKUI; Jakarta 1990.<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-82179396003116046332011-07-15T08:52:00.000-07:002011-07-15T09:17:50.446-07:00WSD<h3 class="post-title entry-title"><br />
</h3><div class="post-header"></div>BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
<br />
Latar belakang<br />
Mekanisme pernapasan normal bekerja atas prinsip tekanan negative yaitu tekanan dalam rongga dada lebih rendah daripada atmosfir, sehingga menyebabkan udara untuk bergerak kedalam inspirasi. Penumpukan cairan, udara atau substansi dada dapat menggagu fungsi kardiopulmonal dan bahkan menyebabkan paru kolaps. Substansi patologis yang terkumpul dalam spasium pleura termasuk fibrin, atau bekuan darah ; cairan ( cairan serosa, darah, pus, kilus ; dan gas-gas ( udara dari paru , pohon trakeobronkial atau esophagus ) udara dan cairan terkumpul dalam spasium intrapleural, sehingga membatasi ekspansi paru dan mengurangi pertukaran gas. Penting artinya untuk menjaga agar spasium pleural di evakuasi pada pascaoperatif dan untuk mempertahankan tekanan negatip di dalam ruang potensial ini karenanya, selama atau segera setelah bedah toraks, kateter dada di letakkan secara strategis dalam rongga pleura, di jahitkan kekulit, dan dihubungkan ke aparatus drainase, untuk membuang udara residual dan mengalirkan cairan dari pleura atau spasium mediastinal. Tindakan ini mengakibatkan reekspansi jaringan paru yang tersisa.<br />
Intervensi penting untuk memperbaiki pertukaran gas dan pernapasan pada periode pascaoperatif adalah peñatalaksanaan yang sesuai dari drainase dada. Setalah bedah toraks, selang dada dan system drainase tertutup digunkan untuk mengembangkan kembali paru yang sakit dan untuk membuang kelebihan udara, cairan, dan darah.<br />
<br />
I.2. Perumusan masalah<br />
I.2. 1. Mengetahui gambaran peralatan<br />
II.2. 2. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari system drainase dada<br />
III.2 3. Mengetahui indikasi pemasangan dan prosedur WSD<br />
IV.2. 4. Hal apa saja yang dipantau dalam water – seal & drainase <br />
<br />
BAB II<br />
PEMBAHASAN<br />
II.1. Gambaran peralatan<br />
WSD adlah suatu selang drainase intrapleural yang digunakan setelah prosedur intralocal.<br />
1.Selang dada <br />
Kebanyakan selang dada adalah multifmestrasi, selang transparan dengan petunjuk tanda radio pague dan jarak. Selang dada dikategorikan sebai pleural atau mediastinal tergantung pada lokasi ujung selang . Pasien dapat dipasang lebih dari satu selang pada lokasi yang berbeda tergatung tujuan selang. Semua selang dada ditangani sebagai selang intrapleural untuk keamanan pasien . Selang yang lebih besar ( 20 -36 French) digunakan untuk mengalirkan darah atau drainase pleural yang kental. Sedangkan selang yang lebih kecil ( 16 – 20 French ) digunakan untuk membuang udara. <br />
2.Sistem drainase<br />
Sistem drainase bekerja sebagai drain untuk udara dan cairan. Untuk membuat tekanan negative intrapleural, sebuah segel diperlukan pada selang dada untuk mencegah udara luar masuk ke system. Cara paling sederhana untuk melakukan ini yaitu dengan menggunakan system drainase dalam air.<br />
3.Sistem satu - botol<br />
Sistem drainase dada paling sederhana adalah system satu - botol. System ini terdiri dari satu - botol dari penutup botol. Penutup mempunyai dua lubang. Satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk sampai dasar botol. Ujung selang drainase dari dada pasien dicelupkan dalam air, yang memungkinkan drainase dan cairan dari ruang pleural tetapi tidak memungkinkan udara untuk mengalir kembali kedalam dada. Secara fungsional drainase tergantung pada gravitasi dan pada mekanisme pernapasan . Dengan naiknya ketinggian cairan dalam botol maka menjadi lebih sulit bagi udara dan cairan untuk keluar dari dada. Karenanya dapat ditambahkan pengisap.<br />
4.Sistem dua - botol<br />
Pada system dua - botol, Botol pertama adalah sebagai wadah penampung, dan yang kedua bekerja sebagai water - seal. Pada system dua - botol penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya dengan ventilasi udara. <br />
Sistem dua - botol terdiri atas bilik water – seal yang sama ditambah dengan botol pengumpul cairan. Drainase mirip dengan unit tunggal, kecuali bahwa ketika cairan pleural terkumpul, system seal dibawah air tidak terpengaruh oleh volume drainase. Drainase yang efektif tergantung pada gaya grafitasi atau pada jumlah isapan yang ditambahkan pada isapan. Ketika vakum (isapan) ditambahkan dalam system dari sumber vakum, seperti pengisapan dinding hubungan dibuat pada batang pean dari botol underwater – seal. Jumlah isapan yang diterapkan pada system diatur oleh diameter dinding. <br />
5.Sistem tiga - botol<br />
Sistem tiga - botol serupa dengan dalam semua aspek dengan system dua – botol, kecuali untuk botol - ketiga untuk mengontrol jumlah isapan yang diberikan. Jumlah isapan yang diberikan. Jumlah isapan ditentukan oleh kedalaman sampai mana ujung tabung kaca dicelupkan. ( sebagai contoh, pencelupan sampai sepuluh dibawah permukaan air akan sama dengan 10 cm isapan air yang diterapkan pada pasien). <br />
Pada system tiga – botol, drainase tergantung pada gaya gravitasi atau jumlah isapan yang diberikan. Jumlah isapan pada system Ini dikendalikan oleh botol manometer. Motor pengisap mekanis atau pengisap pada dinding menciptakan dan mempertahankan tekanan negatip diseluruh system drainase tertutup. Botol ketiga mengatur jumlah vakum dalam system . Hal ini tergantung pada sejauh mana selang dicelupkan – kedalaman yang lazim adalah 20 cm. Bila vakum dalam system menjadi lebih besar dari kedalaman dimana selang dicelupkan, udara luar akan terisap kedalam system. Hal ini mengakibatkan penggembungan konstan dalam botol manometer ( pengatur tekanan), yang menunjukkan bahwa system berfungsi dengan baik.<br />
6.unit drainase sekali pakai<br />
II. 2 . Keuntungan dan kerugian system drainase selang dada.<br />
satu – botol<br />
Keuntungan : Penyusunan sederhana mudah untuk pasien yang dapat jalan <br />
Kerugian ;<br />
- Saat drainase dada mengisi botol , lebih banyak kekuatan diperlukan untuk memungkinkan udara dan cairan pleural untuk keluar dari dada masuk ke botol.<br />
- Campuran darah drainase dan udara menimbulkan campuran bua dalam botol yang membatasi garis pengukuran drainase.<br />
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol.<br />
dua – botol<br />
Keuntungan : - Mempertahankan water - seal pada tingkat konstan.<br />
- Memungkinkan observasi dan pengukuran drainase yang lebih baik.<br />
Kerugian ; - Menambah area mati pada system drainase yang mempunyai potensial untuk masuk kedalam area pleural.<br />
- Untuk terjadinya aliran, tekanan pleural harus lebih tinggi dari tekanan botol.<br />
- Mempunyai batas kelebihan aliran udara pada adanya kebocoran pleural.<br />
tiga – botol<br />
Keuntungan : Sistem ini paling aman untuk mengatur penghisapan<br />
Kerugian : Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.<br />
unit water seal sekali pakai<br />
Keuntungan ; Plastik dan tidak mudah pecah seperti botol<br />
Kerugian ; - Mahal<br />
- Kehilangan water seal dan unit drainase bila unit terbalik.<br />
II. 3. Indikasi pemasangan dan prosedur WSD.<br />
Indikasi pemasangan<br />
1.hemotoraks yang disebabkan oleh ( trauma dada, neoplasma, robekan pleural, kelebihan anti koagulan dan pascabedah toraks )<br />
2.pneumotoraks spontan : >20 % pada pasien simtomatik dan adanya penyakit paru, yang disebabkan oleh rubtur bleb.<br />
3.Desakan yang disebabkan oleh (ventilasi mekanis, luka tusuk tembus,klem selang dada terlalu lama, dan kerusakan segel pada system drainase selang dada).<br />
4.Pistula bronkopleural yang disebakan oleh ( kerusakan jaringan, tumor, dan aspirasi bahan kimia toksik).<br />
5.Epusi pleural yang disebabkan oleh neoplasma.<br />
6.chilotoraks yang disebabkan oleh ( trauma, malignansi, dan abnormalitas congenital).<br />
Adapun tujuan pemasangan WSD :<br />
1.Diagnostik, untuk menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak sebelum penderita jatuh dalam renjatan.<br />
2.Terapi,untuk membuang darah, udara dan cairan yang terkumpul dalam rongga pleura. Untuk mengembalikan tekanan negative pada area pleural, untuk memungkinkan ekspansi paru dan memulihkan fungsi kardiopulmonal setelah pembedahan, trauma, atau kondisi medis. <br />
3.preventif : untuk mengeluarkan udara atau darah yang masuk kerongga pleura sehinga mekanisme pernapasan tetap baik, dan untuk mencegah repluks drainase kembali kedalam dada.<br />
Alat dan Prosedur WSD<br />
Alat<br />
1.system water seal<br />
•Air steril atau normal salin untuk menutup 2,5 cm bagian bawah selang –u water seal.<br />
•Air steril atau normal saling dituangkan kedalam bilik control penghisap bila digunakan penghisap.<br />
2.system water less.<br />
•Vial NaCl atau air 30 ml yang dapat diinjeksikan.<br />
•Spuit 20 ml.<br />
•Jarum 21-G.<br />
•Swab antiseptic<br />
3.selang dada atau tray tokar<br />
•1pemegang pisau<br />
•Klem selang dada<br />
•Tray liner (area steril)<br />
•Spon 4x4, 10 buah<br />
•Gunting jahithanduk tangan 3 buah • Forsep spon kecil<br />
•Pemegang jarum<br />
•Mata pisau<br />
•Benang silk 3-0<br />
•Tray liner (area streril)<br />
4.balutan<br />
5.penutup kepala<br />
6.masker wajah<br />
7.sarung tangan steril<br />
8.dua hemostat shodded untuk masing-masing selang dada<br />
9.plaster perekat 1 inci untuk memplester penghubung.<br />
Prosedur<br />
1.kaji status kardiopulmunal klien, nyeri, ansietas, dan tanda-tanda vital.<br />
Rasional ; Memberikan data kontinyu status klie sebelum, selama, dan setelah prosedur selang dada<br />
2.Jelaskan prosedur kepada klien <br />
Rasional ; Mengurangi ansietas dan meningkatkan kerja sama klien.<br />
3.Mencuci tangan <br />
Rasional : Mengurangi transmisi mikroorganisme<br />
4.Mengisi bilik water – seal denagn air steril sampai ketinggian yang sama dengan <br />
2 cm H20 <br />
Rasional ; Drainase water – seal memungkinkan untuk keluarnya udara dan cairan kedalam botol drainase. Air berfungsi sebagai segel dan menjaga udara agar tidak tertarik kembali kedalam ruang pleural.<br />
5.Jika digunakan pengisap, isi bilik control pengisap dengan air steril sampai ketinggian 20 cm atau sesuai yang diharuskan. <br />
Rasional : Ketinggian air akan menentukan derajat pengisap yang digunakan. <br />
6.Sambungkan keteter drainase dari ruang pleural (pasien) ke selang yang datang dari bilik pengumpul dari system water –seal, plester dengan baik.<br />
Rasional : Pada unit sekali pakai, system tersebut adalah system tertutup, dengan satu-satunya hubungan ke kateter pasien.<br />
7.Jika digunakan pengisap, hubungkan selang bilik control pengisap ke unit pengisap. Nyalakan unit pengisap dan naikkan tekanan sampai timbul gelembung secara lambat namun tetap dalam bilik control pengisap.<br />
Rasional : Tingkat pengisapan ditentukan oleh jumlah air dalam bilik control pengisap dan bukan tergantung pada frekuensi gelembung atau pada pengesetan diameter tekanan pada unit pengisap.<br />
8.Tandai ketinggian cairan awal pada bagian luar unit drainase. Tandai peningkatan setiap jam per hari (tanggal dan waktu) pada ketinggian drainase. Rasional :Penandaan ini akan memperlihatkan jumlah kehilangan cairan dan berapa cepat cairan dikumpulkan dalam botol drainase. Cairan yang terkumpul ini berfungsi sebagai dasar untuk penggantian darah, jika cairan tersebut adalah darah. Keseluruhan darah yang mengalir akan tampak dalam botol pada periode pascaoperatip segera, drainase ini secara bertahap akan menjadi serosa dan jika terlalu banyak dapat membutuhkan operasi ulang atau autotransfusi.<br />
9.Pastikan bahwa selang tidak menggulung atau menganggu gerakan pasien.<br />
Rasional : Kekusutan, gulungan, atau tekanan pada selang drainase dapat menghasilkan tekanan balik, dan dengan demikian kemungkinan dapt mendorong drainase kembali ke dalam ruang pleural atau mengganggu drainase dari ruang pleural.<br />
10.Berikan dorongan pasien untuk mencari posisi yang nyaman. Berikan dorongan untuk mengambil posisi kelurusan tubuh yang baik. Jika pasien berbaring dalam posisi lateral, pastikan bahwa selang tidak tertekan oleh berat badan pasien. Berikan dorongan pada pasien untuk mengubah posisi dengan sering.<br />
Rasional : Posisi pasien harus diubah dengan sering untuk meningkatkan drainase, dan tubuh harus dijaga dalam kelurusan yang baik untuk mencegah deformitas dan kontraktur. Posisi yang baik membantu pernafasan dan meningkatkan pertukaran gas yang lebih baik.<br />
11.Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dan bahu dari sisi yang sakit beberapa kali sehari. Obat nyeri tertentu mungkin diberikan.<br />
Rasional : Latihan membantu mencegah ankilosis bahu dan membantu dalam mengurangi nyeri dan rasa tidak nyaman paskaoperatip.<br />
12.Dengan perlahan “perah” selang dengan arah bilik drainase sesuai kebutuhan.<br />
Rasional : “Memerah” selang mencegahnya menjadi tersumbat dengan bekuan atau fibrin. Perhatian yang konstan untuk mempertahankan kepatenan selang memudahkan ekspansi cepat paru dan meminimalkan komplikasi.<br />
13.Pastikan adanya fluktuasi (tidaling) dari ketinggian cairan dalam bilik water-seal.<br />
Rasional : Fluktuasi ketinggian air dalam selang memperlihatkan bahwa komunilasi yang efektif antara rongga pleural dan botol drainase, memberikan indikasi yang bernilai tentang kepatenan system drainase, dan merupakan diameter tekanan intrapleural.<br />
14.fluktuasi cairan dalam selang akan berhenti bila ;<br />
Paru telah terekspansi<br />
Selang tersumbat oleh bekuan darah atau fibrin, atau selang kusut.<br />
Terjadi loop dependen.<br />
Motor pengisap atau dinding pengisap tidak bekerja dengan baik.<br />
15.Amati terhadap kebocoran udara dalam system drainase sesuai yang di indikasikan oleh gelembung konstan dalam bilik water-seal.<br />
Rasional : Kebocoran dan terperangkapnya udara dalam ruang pleural dapat mengakibatkan pneumotoraks tension.<br />
16.Observasi dan laporkan dengan segera pernafasan dangkal, cepat., sianosis, tekanan dalam dada, empisema subkutan, gejala-gejala hemoragi, dan perubahan yang signifikan dalam tanda-tanda vital.<br />
Rasional : Banyak manefistasi klinis yang dapat menyebabkan tanda dan gejala ini, termasuk pneumotoraks tension, pergeseran mediastinal, hemoragi, nyeri insisi yang hebat, embolus pulmonal, dan tamponade jantung. Intervensi bedah mungkin diperlukan.<br />
17.Berikan dorongan kepada pasien untuk nafas dalam dan batuk pada interval yang teratur. Berikan obat nyeri yang adekuat. Mintakan pesanan untuk pompa PCA jika diperlukan. Instruksikan dalam penggunaan spirometri insentif.<br />
Rasional : Nafas dalam dan batuk mambantu untuk meningkatkan tekanan intra pleural yang memungkinkan pengosongan segala penumpukan dalam ruang pleural dan membuang sekresi dari pohon trakeobronkial, sehingga paru dapat berkembang dan atelektasis di cegah.<br />
18. Jika pasien harus dipindahkan ke area lain, letakkan system drainase di bawah ketinggian dada, jika pasien berbaring pada brankar. Jika selang terlepas, gunting ujung yang terkontaminasi dari selang dada dan selang, pasang konektur steril dalam selang dada dan selang, dan sambungkan kembali ke system drainase. Jangan mengklem selang dada selama memindahkan pasien.<br />
Rasional : Aparatus drainase harus dijaga pada ketinggian dibawah dada pasien untuk mencegah aliran balik cairan kedalam ruang pleural.<br />
19.Ketika membantu dokter bedah dalam melepaskan selang :<br />
Intruksikan pasien untuk melakukan manuver valsalva dengan lambat dan bernafas dengan tenang.<br />
Selang dada di klem dan dengan cepat dilepaskan.<br />
Secara bersamaan, balutan kecil dipasangkan dan buat kedap udara dengan menutupkan kasa petrolatum dengan bantalan kasa 10 x 10 cm dan tutupi dan rapatkan secara menyeluruh dengan plester adesif.<br />
Rasional : <br />
Selang dada dilepaskan sesuai yang disarankan ketika paru telah mengembang kembali (biasanya 24 jam sampai beberapa hari) tergantung dari penyebab pneumotoraks. Selama penglepasan selang perioritas utama adalah pencegahan masuknya udara kedalam rongga pleural ketika selang ditarik dan pencegahan infeksi. <br />
II. 4. Memantau water – seal dan drainase<br />
Memantau water - seal dari system drainase selang dada sama pentinganya dengan observasi drainase. Pemeriksaan secara visual untuk meyakinkan ruang water –seal terisi air 2 cc. Bila penghisap diberikan, yakinkan garis air pada garis penghisap sesuai dengan jumlah yang diindikasikan. Bila pompa penghisap pleural darurat digunakan, periksa ukuran penghisap, jangan menutup ventilasi udara. <br />
Observasi segel dibawah air terhadap fluktuasi pernapasan. Tidak adanya fluktuasi akan menunjukkan bahwa paru re-ekspansi atau ada obstruklsi pada system. Gelombang yang terus menerus pada water – seal tanpa penghisap dapat menunjukkan bahwa selang telah berubah tempat atau terlepas. Periksa seluruh system terhadap lepasnya alat dan lihat selang dada untuk melihat penempatan diluar dada.<br />
Gelembung yang terjadi 24 jam setelah pemasangan selang dada sehubungan dengan perbaikan pneumotoraks menunjukkan adanya fistula bronkopleural. Ini biasa terjadi pada pengesetan ventilasi mekanis pada volume tidal dan tekanan tinggi.<br />
Perhatikan warna, konsistensi dan jumlah drainase. Gunakan pulpen untuk menandai tingakat system drainase pada akhir jaga dan jadwalkan interval waktu. Waspadai terhadap perubahan tiba – tiba pada jumlah drainase. Peningkatan tiba – tiba menunjukkan perdarahan atau adanya pembukaan kembali obstruksi selang. Penurunan tiba – tiba menunjukkan obtruksi selang atau kegagalan selang dada atau system drainase.<br />
Untuk mengembalikan patensi selang dada, tindakan keperawatan dianjurkan :<br />
Upayakan untuk mengurangi obstruksi dengan perubahan posisi pasien.<br />
Bila bekuan dapat terlihat, regangkan selang antara dada dan unit drainase dan tinggikan selang untuk meningkatkan efek gravitasi.<br />
Pijat dan lepaskan selang secara bergantian untuk melepaskan secara perlahan bekuan kearah wadah drainase.<br />
Bila selang dada terus menerus tetap tersumbat, pembongkaran selang dada dianjurkan. Pembongkaran selang dada rutin tanpa mengevaluasi situasi pasien adalah kontrolversial dan berisiko.<br />
Penyulit pemasangan WSD adalah perdarahan dan infeksi dan super infeksi dan komplikasi yang paling serius dari selang dada adalah tegangan pneumatoraks. Bila tidak diatasi mengancam kehidupan. Tegangan pneumotoraks terjadi bila udara masuk keruang pleura selama inspirasi tetapi tidak dapat keluar selama ekspirasi. Proses ini terjadi bila obstruksi pada selang system drainase dada. Semakin banyak udara terjebak pada ruang pleura, tekanan meningkat sampai paru kolaps dan jaringan lunak dalam darah tertekan.<br />
<br />
BAB III<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
III. 1. Kesimpulan<br />
WSD adalah suatu selang drainase yang digunakan setelah prosedur intra torakal.<br />
Alat<br />
•Sistem water – seal * penutup kepala <br />
•Masker wajah * Selang dada oatau trai tokar<br />
•Balutan * Sarung tangan steril<br />
•Seitem water less <br />
Tujuan :<br />
Adapun tujuan pemasangan WSD :<br />
10.Diagnostik, untuk menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak sebelum penderita jatuh dalam renjatan.<br />
11.Terapi,untuk membuang darah, udara dan cairan yang terkumpul dalam rongga pleura. Untuk mengembalikan tekanan negative pada area pleural, untuk memungkinkan ekspansi paru dan memulihkan fungsi kardiopulmonal setelah pembedahan, trauma, atau kondisi medis. <br />
12.preventif : untuk mengeluarkan udara atau darah yang masuk kerongga pleura sehinga mekanisme pernapasan tetap baik, dan untuk mencegah repluks drainase kembali kedalam dada.<br />
<br />
III.2. Saran<br />
Dari makalah ini, adapun saran yang dapat penulis sampaikan bahwa <br />
Dengan adanya makalah ini dapat membantu kita dalam melakukan tindakan pemasangan WSD dan bila ada kritik maupun saran dari pembaca dalam membantu <br />
Menambah wawasan, penulis sebelumnya ucapan terima kasih.<br />
<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1)Carolyn M.Hudak dan Barbara M. Gallo. keperawatan kritis. Penerbit buku<br />
Kedokteran , Edisi Vi ,Volume 1. Jakarta 1997 .<br />
2)Manjoer , Arif M, dkk. Kapita Selekta Kedoteran . penerbit media aeculapius FKUI Edisi III. Jakarta 2000<br />
3)Brunner & suddarth. Keperawatan Medical Bedah. Penerbit buku Kedokteran <br />
Volume 1 ,EGC. Jakarta 2001<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0Serang, Indonesia-6.1362397999999994 106.14012600000001-6.170244799999999 106.110172 -6.1022348 106.17008000000001tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-86326730327113549232011-07-15T08:51:00.000-07:002011-07-15T08:51:01.756-07:00Macam-macam Kompetensi Keperawatan<h1 class="title"><br />
</h1><strong>1. MEMASANG NASO GASTRIC TUBE (NGT)</strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>Definisi :</strong><br />
Pemasangan slang plastik lunak melalui nasofaring klien ke dalam lambung. Slang mempunyai lumen berongga yang memungkinkan baik pembuangan sekret gastrik dan pemasukan cairan ke dalam lambung.<br />
Indikasi dan Kontraindikasi Pemasangan NGT<br />
INDIKASI:<br />
• Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan<br />
• Keracunan makanan minuman<br />
• Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT<br />
• Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung<br />
KONTRAINDIKASI:<br />
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:<br />
• Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.<br />
• Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga beresiko untuk esophageal penetration.<br />
• Klien dengan Koma juga potensial vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT<br />
• Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan<br />
konstruksi bypass adalah dari kantong lambung yang kecil ke duodenum dan bagian bagain usus kecil yang menyebabkan malabsorpsi(mengurangi kemampuan untuk menyerap kalori dan nutrisi<br />
<strong>Persiapan Alat :</strong><br />
<ol><li>Slang nasogastrik sesuai ukuran (ukuran 14-18 fr)</li>
<li>Pelumas/ jelly</li>
<li>Spuit berujung kateter 50 ml</li>
<li>Stetoskop</li>
<li>Lampu senter/ pen light</li>
<li>Klem</li>
<li>Handuk kecil</li>
<li>Tissue</li>
<li>Spatel lidah</li>
<li>Sarung tangan dispossible</li>
<li>Plester</li>
<li>Nierbekken</li>
<li>Bak instrumen</li>
</ol><strong><span style="text-decoration: underline;">PELAKSANAAN</span></strong><br />
<ol><li>Cuci tangan dan atur peralatan</li>
<li>Jelaskan prosedur pada pasien</li>
<li>Bantu pasien untuk posisi Fowler</li>
<li>Berdirilah disisi kanan tempat tidur pasien bila anda bertangan dominan kanan(atau sisi kiri bila anda bertangan dominan kiri)</li>
<li>Periksa dan perbaiki kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernafas melalui satu lubang hidung saat lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, Bersihkan mukus dan sekresi dari hidung dengan tissue lembab atau lidi kapas. Periksa adakah infeksi dll</li>
<li>Tempatkan handuk mandi diatas dada pasien.</li>
<li>Persiapkan tissue dalam jangkauan.</li>
<li>Gunakan sarung tangan</li>
<li>Tentukan panjang slang yang akan dimasukkan dan ditandai dengan plester.<br />
Ukur jarak dari lubang hidung ke daun telinga, dengan menempatkan ujung melingkar slang pada daun telinga; Lanjutkan pengukuran dari daun telinga ke tonjolan sternum; tandai lokasi di tonjolan sternum dengan plester kecil.</li>
<li>Minta pasien menengadahkan kepala, masukkan selang ke dalam lubang hidung yang paling bersih</li>
<li>Pada saat anda memasukkan slang lebih dalam ke hidung, minta pasien menahan kepala dan leher lurus dan membuka mulut.</li>
<li>Ketika slang terlihat dan pasien bisa merasakan slang dalam faring, instruksikan pasien untuk menekuk kepala ke depan dan menelan.</li>
<li>Masukkan slang lebih dalam ke esofagus dengan memberikan tekanan lembut tanpa memaksa saat pasien menelan (jika pasien batuk atau slang menggulung di tenggorokan, tarik slang ke faring dan ulangi langkah-langkahnya), diantara upaya tersebut dorong pasien untuk bernafas dalam</li>
<li>Ketika tanda plester pada selang mencapai jalan masuk ke lubang hidung, hentikan insersi selang dan periksa penempatannya:minta pasien membuka mulut untuk melihat slang, Aspirasi dengan spuit dan pantau drainase lambung, tarik udara ke dalam spuit sebanyak 10-20 ml masukkan ke selang dan dorong udara sambil mendengarkan lambung dengan stetoskop jika terdengar gemuruh, fiksasi slang.</li>
<li>Untuk mengamankan slang: gunting bagian tengah plester sepanjang 2 inchi, sisakan 1 inci tetap utuh, tempelkan 1 inchi plester pada lubang hidung, lilitkan salah satu ujung, kemudian yang lain, satu sisi plester lilitan mengitari slang.</li>
<li>Plesterkan slang secara melengkung ke satu sisi wajah pasien. Pita karet dapat Digunakan untuk memfiksasi slang.</li>
</ol>Catatan :<br />
Posisi Fowler : Pasien duduk setengah tegak (45 – 60 derajat ) , lutut boleh ditekuk atau lurus. Ada 3 jenis posisi fowler :<br />
High Fowler : Kepala pasien diangkat 80 – 90 derajat<br />
Semi Fowler : Kepala pasien diangkat 30 – 45 derajat<br />
Low Fowler : Kepala pasien diangkat < 30 derajat<br />
<strong>2. MEMASANG KATETER MENETAP</strong><br />
Kateter adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dimasukkan dalam kandung kemih dengan maksud untuk mengeluarkan air kemih yang melalui uretra (ilmu keperawatan 1, M. Bouwhuizen)<br />
Macam kateter menurut bahannya :<br />
gelas, polyetheline, logam, nylon, karet, silicon<br />
Macam kateter menurut bentuknya<br />
Cliquet : kateter yang ujungnya melingkar<br />
Malecot : kateter yang ujungnya bulat seperti bunga<br />
Pezzer : kateter seperti malecot hanya lobang pada ujung kecil – kecil<br />
Nelathone ; kateter biasa<br />
Foley : kateter yang mempunyai balon pada ujungnya<br />
Theiman : spt kateter nelathone hanya ujungnya lebih kecil dan keras<br />
Ukuran Kateter<br />
Menurut Fundamental Of Nursing 2, Patricia, Potter :<br />
- anak – anak : No 8 – 10<br />
- Laki2 dewasa : No 14 – 16<br />
- Laki2 dewasa muda : No 12<br />
- Perempuan ; No 16 – 18<br />
Kateterisasi adalah memasukan kateter melalui uretra ke dalam kandung kencing untuk membuang urine.<br />
INDIKASI<br />
1. Diagnostik (secepatnya dilepas)<br />
a. Mengambil sample urin untuk kultur urin<br />
b. Mengukur residu urine<br />
c. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiology<br />
d. Urodinamik<br />
e. Monitor produksi urine atau balance cairan.<br />
2. Terapi (dilepas setelah tujuan dicapai)<br />
a. Retensi urine<br />
b. Self interniten kateterisasi (C IC )<br />
c. Memasukan obat-obatan<br />
d. Viversi urine<br />
e. Sebagai splin<br />
KONTRA INDIKASI<br />
Hendaknya hanya dilakukan pada pasien bila mutlak perlu, krn dpt menimbulkan bahaya infeksi. Sebuah benda yg dimasukkan melalui ruangan sempit atau kekeliruan dari sudut yang salah dpt menimbulkan kerusakan yang berat pada uretra. Uretra wanita lebih pendek dari pria, danlebih mudah cidera oleh kateter yg dipaksakan ke dalamnya. Bakteri dpt didorong memasuki kandung kencing selagi kateter masuk.<br />
PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
<ol><li>Memberitahu dan menjelaskan pad ibu tindakan yang akan dilakukan</li>
<li>Menyiapkan alat dan bahan secara ergonomis</li>
<li>Memasang sampiran/ penutup tirai</li>
<li>Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk</li>
<li>Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (dorsal recumbent)</li>
<li>Memasang perlak di bawah bokong</li>
<li>Membuka kemasan kateter dan menempatkan kateter di bak instrumen steril</li>
<li>Memakai sarung tangan</li>
<li>Melakukan vulva higiene dengan kapas sublimat</li>
</ol>10. Mengolesi ujung kateter dengan jely atau vaselin (pada wanita kira2 4 cm)<br />
11. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan (pd perempuan)<br />
12. Angkat penis pada posisi tegak terhadap (melurusakn kanalis uretral utk memudahkan insersi kateter)<br />
13. Memasukkan ujung kateter ke uretra, secara prelahan – lahan menuju kandung kencing,<br />
14. Sampai ke luar air kencing (dengan tangan dominan) alirkan ke bengkok.<br />
* pd perempuan : dorong kateter ± 5-7,5 cm pada orang dewasa, 2,5 cm pd anak2<br />
* Pd laki2 : 17,5-23 cm, 5-7,5 cm pd anak2<br />
15. Memasukkan cairan aquadest ke karet pengunci kateter sebanyak kira2 10 cc untuk mengunci kateter agar tidak lepas (bila dipasang permanen)<br />
16. Menghubungkan pangkal kateter dengan pipa penyambung pada kantong urine (urine bag)<br />
17. Merekatkan kateter pada paha pasien dengan plester<br />
18. Mengikat urine bag pada tepi tempat tidur pasien<br />
19. Merapikan alat<br />
20. Mencuci sarung tangan dalam larutan clorin 0,5%, lepas sarung tangan secara terbalik dan merendam dalam larutan clorin selama 10 menit<br />
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk<br />
22. Melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan.<br />
<strong>3. MELEPAS KATETER MENETAP</strong><br />
INDIKASI<br />
Melatih pasien untuk berkemih secara normal tanpa menggunakan kateter<br />
KONTRA INDIKASI<br />
Pemasangan kateter yang terlalu lama bias menyebabkan adanya ISK (infeksi saluran kemih)<br />
PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
Peralatan :<br />
<ol><li>Baki dan pengalas</li>
<li>Perlak dan pengalas</li>
<li>Spuit 10 cc</li>
</ol><ol><li>Bengkok</li>
<li>Hanscoen</li>
</ol>Pelaksanaan:<br />
<ol><li>Mendekatkan alat ke samping pasien</li>
<li>Memberitahu klien tentang prosedur dan tujuannya</li>
<li>Mencuci tangan</li>
<li>Posisikan klien sama dengan posisi pemasangan kateter</li>
<li>Letakkan perlak di bawah bokong pasien</li>
<li>Gunakan sarung tangan</li>
<li>Siapkan spuit 10 cc</li>
<li>Menghisap cairan dari balon kateter sampai habis</li>
<li>Menjepit kateter dan menarik keluar</li>
</ol>10. Mengalirkan urine sisa ke kantong<br />
11. Menggulung kateter dan memasukkan ke tempat sampah<br />
12. Mengukur urine dari kantong<br />
13. Rapikan alat – alat<br />
14. Mencuci tangan<br />
15. Mendokumentasikan hasil<br />
<strong>4. PERAWATAN KATETER</strong><br />
<strong> </strong><br />
INDIKASI<br />
Klien yang terpasang kateter memelukan perawatan khusus, yang ditujukan terutama untuk mencegah infeksi dan mempertahankan agar aliran urine tetap lancer (mencegah obstruksi)<br />
KONTRA INDIKASI<br />
Sekresi yang banyak dan timbulnya kerak disekitar kateter merupakan sumber timbulnya iritasi dan infeksi. Mempertahankan system drainase urine tertutup sangat penting untuk mengontrol infeksi. Kerusakan system pemasangan kateter dapat meningkatkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.<br />
PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
<ol><li>Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan kateter</li>
<li>Jangan biarkan spigot/ klep pada system drainage tersentuh area yang terkontaminasi</li>
<li>Jangan biarkan hubungan system drainage terbuka/ terputus</li>
<li>Jika selang pada system drainage terputus, jangan sentuh bagian ujung kateter atau selang. Usapkan antimicrobial solution sebelum selang atau ujung kateter dihubungkan kembali</li>
<li>Cegah terjadinya refluks urine ke bladder (letakkan kantong urine dibawah bladder, jika melakukan transfer klien klem selang kateter terlebih dahulu, sebelum melakukan latihan atau ambulasi lakukan pengosongan urine yang ada di selang).</li>
<li>Kosongkan kantong urine setiap 8 jam, atau jika sudah penuh.</li>
<li>Ganti kateter sesuai rencana keperawatan / 3-4 hari sekali</li>
<li>Lakukan perineal hygine secara rutin sesuai kebijakan RS dan setelah defekasi</li>
</ol><strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>5. MELATIH PASIEN NAPAS DALAM</strong><br />
INDIKASI<br />
Dilakukan pada pasien seperti :<br />
COPD/PPOK, Emphysema, Fibrosis, Asma, chest infection, pasien bedrest atau post<br />
operasi<br />
KONTRA INDIKASI<br />
PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
<ol><li>Alat dan Sarana</li>
</ol><ul><li>Tempat tidur yang bias untuk posisi fowler atau tempat duduk untuk klien mampu melakukan pernafasan abdomen</li>
<li>Bantal untuk penyanngga.</li>
</ul><ol><li>Persiapan</li>
<li>Perawat mencuci tangan</li>
<li>Atur privasi klien dan pasang sampiran bila perlu</li>
<li>Jelaskan secara rasional tentang prosedur yang akan dilakukan</li>
<li>Perioritas latihan awal, intruksikanklien untuk melakukan hygiene bronchial dengan cara batuk efektif</li>
<li>Atur posisi klien duduk di tempat tidur atau di kursi</li>
</ol><ol><li>Pelaksanaan</li>
<li>Demontasikan pernapasan dalam langkah demi langkah</li>
<li>Letakkan1 atau 2 tangan pada sisi bawah tulang iga terutama pada klien pasca pembedahan abdominal.</li>
</ol>Rasional : Untuk membantu pernafsan dalam dan evaluasi kedalaman pernapasan<br />
<ol><li>Anjurkan klien untuk bernapas pelan dan dalam hidung sampai memenuhi rongga dada dan otot abdominal terangkat.</li>
<li>Perhatikan kontraksi otot-otot interkosta dan diafragma.Anjurkan klien secara pelan mengeluarkan napas melalui hidung.</li>
<li>Evaluasi respon klien untuk menentukan apakah latihan sudah sesuai, terutama pada klien:</li>
</ol>- Pascapembedahan thoraks dan abdominal, naps dalam dilakukan setiap 4 jam sekali dengan 5-10 x napas dalam setiap latihan<br />
- Klien dengan masalah keperawatan seperti PPOM, Cystic Fibrosis, latihan dilakukan setiap jam dengan 1-5 x napas dalam setiap latihan.<br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>6. MELATIH PASIEN BATUK EFEKTIF</strong><br />
INDIKASI<br />
Pasien yang Sputumnya meningkat<br />
KONTRA INDIKASI<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" style="width: 555px;"><tbody>
<tr> <td width="120">PENGERTIAN</td> <td>Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan</td> </tr>
<tr> <td width="120">TUJUAN</td> <td> <ol><li>Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret</li>
<li>Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat</li>
<li>Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret</li>
</ol></td> </tr>
<tr> <td width="120">KEBIJAKAN</td> <td> <ol><li>Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret</li>
<li>Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium</li>
</ol></td> </tr>
<tr> <td width="120">PETUGAS</td> <td>Perawat</td> </tr>
<tr> <td width="120">PERALATAN</td> <td valign="top"> <ol><li>Kertas tissue</li>
<li>Bengkok</li>
<li>Perlak/alas</li>
<li>Sputum pot berisi desinfektan</li>
<li>Air minum hangat</li>
</ol></td> </tr>
<tr> <td width="120">PROSEDUR PELAKSANAAN</td> <td valign="top"> <ol><li><strong>Tahap PraInteraksi</strong> <ol><li>Mengecek program terapi</li>
<li>Mencuci tangan</li>
<li>Menyiapkan alat</li>
</ol></li>
<li><strong>Tahap Orientasi</strong> <ol><li>Memberikan salam dan sapa nama pasien</li>
<li>Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan</li>
<li>Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien</li>
</ol></li>
<li><strong>Tahap Kerja</strong> <ol><li>Menjaga privacy pasien</li>
<li>Mempersiapkan pasien</li>
<li>Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen<strong> </strong></li>
<li>Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)</li>
<li>Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada punggung)<strong> </strong></li>
<li>Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan</li>
<li>Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)</li>
<li>Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot</li>
<li>Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)</li>
<li>Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3: inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat</li>
<li>Menampung lender dalam sputum pot</li>
<li>Merapikan pasien</li>
</ol></li>
<li><strong>Tahap Terminasi</strong> <ol><li>Melakukan evaluasi tindakan</li>
<li>Berpamitan dengan klien</li>
<li>Mencuci tangan</li>
<li>Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan</li>
</ol></li>
</ol></td> </tr>
</tbody> </table><strong>7. MELAKUKAN CLAPPING DADA/ PERKUSI</strong><br />
Suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat guna untuk mengeluarkan sekresi dengan cara menepuk nempuk dinding dada. Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuan melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus. Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua tangan deperti mangkok.<br />
INDIKASI<br />
lndikasi untuk perkusi :<br />
Perkusi / Clapping dada secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi/ Clapping dada.<br />
a. Mencegah penumpukan secret yaitu pada:<br />
<ul><li>Pasien yang memakai ventilasi</li>
<li>Pasien yang melakukan tirah baring yang lama</li>
<li>Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik, bronkiektasis</li>
</ul>b. Mobilisasi secret yang tertahan :<br />
<ul><li>Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret</li>
<li>Pasien dengan abses paru</li>
<li>Pasien dengan pneumonia</li>
<li>Pasien pre dan post operatif</li>
<li>Pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk</li>
</ul>KONTRA INDIKASI<br />
Perkusi / Clapping dada harus dilakukan hati-hati pada keadaan :<br />
1. Patah tulang rusuk<br />
2. Emfisema subkutan daerah leher dan dada<br />
3. Skin graf yang baru<br />
4. Luka bakar, infeksi kulit<br />
5. Emboli paru<br />
6. Pneumotoraks tension yang tidak diobati<br />
Hati-hati dilakukan pada lansia karena peningkatan insiden osteophorosis dan resiko<br />
fracture igga.<br />
PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
<strong>Alat dan bahan :<br />
</strong>1) Handuk kecil<br />
<strong>Prosedur kerja :</strong><br />
<ol><li>Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi ketidaknyamanan</li>
<li>Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing</li>
<li>Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk mangkok pada telapak tangan dan dengan ringgan di tepukan pada dinding dada dalam gerakan yang berirama di atas segmen paru yang akan di alirkan.</li>
<li>Pergelangan tangan secara bergantian flexi dan extensi sehingga dada di pukul atau di tepuk dengan cara yang teidak menimbulkan nyeri .</li>
</ol><strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>8. MELAKUKAN POSTURAL DRAINAGE</strong><br />
<strong>Indikasi Klien Yang Mendapat Drainase Postural</strong><br />
a. Mencegah penumpukan secret yaitu pada:<br />
<ul><li>Pasien yang memakai ventilasi</li>
<li>Pasien yang melakukan tirah baring yang lama</li>
<li>Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik, bronkiektasis</li>
</ul><ol><li>Mobilisasi secret yang tertahan :</li>
</ol><ul><li>Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret</li>
<li>Pasien dengan abses paru</li>
<li>Pasien dengan pneumonia</li>
<li>Pasien pre dan post operatif</li>
<li>Pasien neurology dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk</li>
</ul><strong>Kontra Indikasi Drainase Postural</strong><br />
<ol><li>tension pneumothoraks</li>
<li>hemoptisis</li>
<li>gangguan system kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infarkniokard, aritmia</li>
<li>edema paru</li>
<li>efusi pleura</li>
<li>tekanan tinggi intrakranial</li>
</ol><strong>Persiapan Pasien Untuk Drainase Dostural </strong><br />
<ol><li>Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pnggang</li>
<li>Terangkan cara pelaksanaan kepada klien secara ringkas tetapi lengkap</li>
<li>Periksa nadi dan tekanan darah</li>
<li>Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan secret.</li>
</ol><strong>Cara Melakukan Drainase Postural</strong><br />
Untuk melakukan PD, tidak ada persiapan khusus dari penderita. Yang penting adalah perlu diketahui lokasi kelainan pada paru serta keadaan umum penderita. Untuk mengetahui dengan cepat perubahan klinik penderita yang mungkin terjadi selama dilakukan PD maka sebaiknya kita yang mengerjakan PD berada di muka penderita. PD dilakukan dengan mengatur penderita pada posisi tertentu yaitu pada posisi supaya terjadi pengeluaran (drainage) sputum yang cepat karena pengaruh gaya beratnya disertai pengaruh perkusi dan vibrasi dada .<br />
Posisi penderita yang diharapkan terjadi drainage sesuai dengan lokasi kelainan paru adalah sebagai berikut :<br />
<ol><li>Tidur dengan beberapa bantal, kepala letak tinggi untuk drainage kedua lobus atas dari segmen apikal.</li>
<li>Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kanan segmen anterior, dan beberapa bantal tanpa bantal bawah lutut untuk drainage lobus atas kiri segmen anterior.</li>
<li>Tidur menelungkup pada bantal untuk drainage lobus atas segmen posterior.</li>
<li>Tidur pada sisi kiri dengan 3/bagian badan tidur, untuk drainage lobus tengah kanan dan lobus bawah kanan segmen anterior. Kepala lebih bawah dari bagian tubuh lainnya.</li>
<li>Tidur pada sisi kanan dengan ¾ bagian badan tidur, untuk drainage lingula dan lobus bawah kiri segmen anterior. Letak kepala sama seperti No. 4.</li>
<li>Tidur dengan satu bantal bawah kepala dan satu bantal bawah lutut dengan letak kepala seperti no. 4, untuk drainage kedua lobus bawah segmen anterior.</li>
<li>Tidur pada sisi kiri, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen lateral.</li>
<li>Tidur pada sisi kanan dengan letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kiri segmen lateral dan lobus bawah kanan segmen kardiak.</li>
<li>Tidur menelungkup dengan satu bantal dibawah perut dengan letak kepala atau beberapa bantal di bawah perut untuk drainage kedua lobus bawah.</li>
</ol>10. Tidur pada sisi kiri dengan ¾ bagian badan miring, letak kepala sama seperti no. 4, untuk drainage lobus bawah kanan segmen posterior.<br />
Untuk penderita dengan kelainan paru pada beberapa tempat PD dapat dilakukan pada beberapa posisi. Setiap posisi sebaiknya dilakukan selama 5 — 10 menit. Keadaan ini bisa diperpanjang bila penderita tahan lama, sekret/cairan patologik jumlahnya banyak atau kental sehingga drainage memerlukan waktu yang lebih lama. Bila PD dilakukan pada beberapa posisi, maka seluruh waktu untuk melakukan PD sebaiknya tidak lebih dari 40 menit supaya tidak melelahkan penderita. Setiap hari dapat dilakukan dua kali. Pada umumnya bila PD dilakukan untuk tujuan mengeluarkan sekret yang tertampung, maka perkusi dan vibrasi dada serta latihan nafas termasuk didalamnya (3, 10). Perkusi atau lebih cocok dengan istilah penepukan dan vibrasi dilakukan pada dinding dada diatas daerah paru yang diharapkan terjadi drainage yang cepat. Penepukan dikerjakan dengan kedua telapak tangan yang dicekungkan (seperti sedang menampung air), dilakukan bergantian kiri dan kanan, dengan kekuatan yang sama. Kekuatan diatur supaya tidak melelahkan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita. Vibrasi dilakukan dengan menggetarkan telapak tangan yang diletakkan pada dinding dada, dilanjutkan dengan penekanan sewaktu penderita mengeluarkan nafas (11).<br />
<ol><li>Berikut macam-macam posisi postural drainage :</li>
<li> <br />
Kedua lobus atas – segmen apikal <br />
Lobus atas kanan – segmen anterior<br />
<br />
Lobus atas kiri – segmen anterior<br />
<br />
Lobus atas kanan – segmen posterior ( dipandang dari depan )<br />
<br />
Lobus atas kanan – segmen posterior – dipandang dari belakang<br />
<br />
Lobus atas kiri – segmen posterior<br />
<br />
lobus atas kiri – segmen posterior ( posisi lain )<br />
<br />
Lobus tengah kanan<br />
Perhatikan : pasien ¾ bagian badannya terlentang.<br />
<br />
Lingula ( dipandang dari belakang )<br />
<br />
Kedua lobus bawah – segmen anterior<br />
<br />
Lobus bawah kanan – segmen lateral<br />
<br />
Lobus bawah kiri – segmen lateral dan Lobus bawah kanan – segmen kardiak ( medial )<br />
<br />
Kedua lobus bawah – segmen posterior<br />
Perhatikan : bantal di bawah perut dan lutut, kepala tanpa bantal<br />
<br />
Lobus bawah kanan – segmen posterior ( Posisi dimodifikasi untuk penekanan khusus )<br />
<br />
Kedua lobus bawah – segmen posterior</li>
</ol>( Dengan beberapa bantal di bawah perut )<br />
<strong>Evaluasi Setelah Dilakukan Drainase Postural</strong><br />
<ol><li>Auskultasi : suara pernapasan meningkat dan sama kiri dan kanan</li>
<li>Inspeksi : dada kanan dan kiri bergerak bersama-sama</li>
<li>Batuk produktif (secret kental/encer)</li>
<li>Perasaan klien mengenai darinase postural (sakit, lelah, lebih nyaman)</li>
<li>Efek drainase postural terhadap tanda vital (Tekanan darah, nadi, respirasi, temperature)</li>
<li>Rontgen thorax</li>
</ol><strong>Drainase postural dapat dihentikan bila:</strong><br />
<ol><li>Suara pernapasan normal atau tidak terdengar ronchi</li>
<li>Klien mampu bernapas secara efektif</li>
<li>Hasil roentgen tidak terdapat penumpukan sekret</li>
</ol><strong>9. MELAKUKAN PERAWATAN WSD (Weter Seal drainase)</strong><br />
<strong> </strong><br />
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.<br />
INDIKASI<br />
Dilakukan pada pasien:<br />
a. Pneumothoraks :<br />
- Spontan > Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak<br />
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura<br />
- Mengembangkan kembali paru yang kolaps<br />
- Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada<br />
- Luka tusuk tembus<br />
- Klem dada yang terlalu lama<br />
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase<br />
b. Hemothoraks :<br />
- Robekan pleura<br />
- Kelebihan antikoagulan<br />
- Pasca bedah thoraks<br />
c. Thorakotomy :<br />
- Lobektomy<br />
- Pneumoktomy<br />
d. Efusi pleura : Post operasi jantung<br />
e. Emfiema :<br />
- Penyakit paru serius<br />
- Kondisi inflamsi<br />
KONTRA INDIKASI<br />
<strong>Tempat Pemasangan WSD </strong><br />
a. Bagian apex paru (apical)<br />
- anterolateral interkosta ke 1-2<br />
- fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura<br />
b. Bagian basal<br />
- postero lateral interkosta ke 8-9<br />
- fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura<br />
<strong> Jenis-jenis WSD </strong><br />
a. WSD dengan sistem satu botol<br />
- Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple<br />
pneumothoraks<br />
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1<br />
untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol<br />
- Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk<br />
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru<br />
- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar<br />
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi<br />
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :<br />
-Inspirasi akan meningkat<br />
-Ekpirasi menurun<br />
b. WSD dengan sistem 2 botol<br />
- Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol<br />
water seal<br />
- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal<br />
- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2<br />
- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga<br />
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD<br />
- Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi<br />
peural<br />
c. WSD dengan sistem 3 botol<br />
- Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan<br />
yang digunakan<br />
- Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan<br />
- Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD – Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan<br />
- Botol ke-3 mempunyai 3 selang :<br />
<ul><li>Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua</li>
<li>Tube pendek lain dihubungkan dengan suction</li>
<li>Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer</li>
</ul><strong>Tujuan tindakan </strong><strong> </strong><br />
- Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau berbaring<br />
- Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi<br />
- Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena<br />
<strong>Komplikasi Pemasangan WSD </strong><br />
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia<br />
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema<br />
<strong>Persiapan </strong><br />
Pasien :<br />
1. Jelaskan posedur pada pasien dan partisipasi pasien.<br />
2. Berikan posisi yang nyaman.<br />
Alat :<br />
1. Pinset<br />
2. Microfore<br />
3. Kapas lidi<br />
4. Betadine 10%<br />
5. Nierbekken<br />
6. Was bensin<br />
7. Kom steril.<br />
8. handscoon steril dan possible.<br />
9. NaCl<br />
10. Set WSD<br />
11. Betadine oles<br />
12. Duk bolong<br />
13. Kassa<br />
14. Konektor<br />
15. Selang penghubung steril<br />
16. Obat anestesi (lidokain, xylokain) dan masker<br />
<strong>Pelaksanaan </strong><br />
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat member dukungan moril pada pasien<br />
<strong> </strong><br />
<strong>Tindakan setelah prosedur </strong><br />
<ol><li>Perhatikan undulasi pada sleng WSD</li>
</ol>Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :<br />
- Motor suction tidak berjalan<br />
- Slang tersumbat<br />
- Slang terlipat<br />
- Paru-paru telah mengembang<br />
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.<br />
<ol><li> Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar</li>
<li>Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air</li>
<li> Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar</li>
<li> Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama</li>
<li>Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan</li>
<li>Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat</li>
<li>Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi</li>
<li>Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu</li>
</ol>10. Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang<br />
11. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran<br />
12. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysem<br />
13. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif<br />
14. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh<br />
15. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD<br />
16. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD<br />
<strong>Perawatan pada klien yang menggunakan WSD </strong><strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<ul><li>Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena & TTV stabil</li>
<li>Observasi adanya distress pernafasan</li>
</ul><ol><li>Pembalut selang dada</li>
<li> Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan darah</li>
<li>Sistem drainage dada</li>
<li>Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien</li>
<li> Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang</li>
<li> Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit</li>
<li> Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan</li>
</ol><ul><li>Posisikan klien :<br />
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)<br />
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)</li>
<li>Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu</li>
<li>Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester</li>
<li>Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis sistem komersial yang sekali pakai</li>
<li>Urut selang jika ada obstruksi</li>
<li>Cuci tangan</li>
<li>Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien</li>
</ul><strong>Cara mengganti botol WSD </strong><br />
a. Siapkan set yang baru : Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan<br />
b. Selang WSD di klem dulu<br />
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem<br />
d. Amati undulasi dalam slang WSD<br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong> </strong><br />
<strong>10. MELAKUKAN PEMASANGAN EKG (Electrocardiograf)</strong><br />
Kata elektrokardiografi/elektrokardiogram adalah elektro=listrik, kardio = jantung, grafi/gram = grafik. Jadi pengertian EKG secara lengkap adalah rekaman aktivitas listrik jantung atau bioelektrikal pada jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan kata lain grafik EKG menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung.<br />
INDIKASI<br />
<em>EKG sangat bermanfaat sekali dalam mengidentifikasi</em><em> pasien yang mengalami :</em><br />
1. Gangguan Aritmia or dysritmia (aritmia = dysritmia)<br />
2. Jantung ischemia<br />
3. Myocardiac Infarction<br />
4. Hypertrophy Otot jantung ( untuk otot ventrikel), Dilatasi otot jantung (untuk otot atrium)<br />
5. Gangguan keseimbangan elektrolit<br />
6. Efek obat-obatan<br />
7. Fungsi pacu jantung<br />
KONTRA INDIKASI<br />
Tanda warna kabel elektroda EKG:<br />
<ul><li>Merah (RA) => tangan kanan</li>
<li>Kuning (LA) => tangan kiri</li>
<li>Hijau (RL) => kaki kiri</li>
<li>Hitam (LL)=> kaki kanan</li>
</ul>Letak pompa Elektroda EKG:<br />
<ul><li>V1 => interkosta ke-4 dilinea sternalis kanan</li>
<li>V2 => interkosta ke-4 dilinea sternalis kiri</li>
<li>V3 => interkosta ke-4 dan ke-5 (antara V2-V4)</li>
<li>V4 => interkosta ke-5 di linea midklavikula (sekalipun detak apeks jantung berpindah)</li>
<li>V5 => interkosta ke-5 dilinea aksilaris anterior</li>
<li>V6 => sejajar dengan V4 dan V5 di linea mid aksilaris</li>
</ul>PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
<ol><li>Persiapan Alat</li>
</ol>- Mesin EKG yang bekerha baik dan telah telah dikalibrasi<br />
- Jeli<br />
- Kapas alcohol/ kasa<br />
- Tissue<br />
- Manset 4 buah<br />
- Kabel sumber listrik<br />
- Kabel elektroda ekstremitas dan dada<br />
- Kabel untuk bumi (Ground)<br />
- Plat elektroda ekstremitas<br />
- Balon penghisap elektroda dada<br />
- Kertas EKG<br />
- Spidol dan alat tulis<br />
<ol><li>Pelaksanaan <ol><li>Komunikasikan kepada pasien / pasien diberi penjelasan tujuannya</li>
<li>Perawat cuci tangan</li>
<li>Baringkan pasien dengan tenag ditempat tidur, tangan dan kaki tidak bersentuhan.</li>
<li>Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alcohol /kasa.</li>
<li>Keempat elektroda ekstremitas diberi jelly</li>
<li>Pasang keempat elektroda ekstremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki sesuai warna</li>
<li>Dada diberi jelly sesuai lokasi untuk elektroda V1-V6</li>
<li>Pasang elektroda dada dengan menekan karet penghisapnya</li>
<li>Buat kalibrasi sebanyak 3-4 beat</li>
</ol></li>
</ol>10. Setelah selesai perekaman semua lead, buat kalibrasi ulang<br />
11. Semua elektroda dilepas<br />
12. Jelly dibersihkan dengan kapas alcohol/kasa dari tubuh pasien<br />
13. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai<br />
14. Matikan mesin EKG<br />
15. Catat : Nama pasien, Umur, jam, tanggal, nama masing-masing lead dan nama pembuat<br />
16. Bersihkan dan rapikan alat<br />
17. Perawat mencuci tangan<br />
<ol><li><strong>MENGHITUNG OUTPUT DAN INPUT CAIRAN</strong></li>
</ol><strong> </strong><br />
<ol><li>PENGERTIAN</li>
</ol>- Asupan atau intake suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh.<br />
- Haluaran atau output adalah suatu tindakan pengukuran jumlah cairan yang keluar dari tubuh.<br />
<ol><li>TUJUAN</li>
</ol>- Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien<br />
- Menentukan tingkat dehidrasi klien.<br />
- Memudahkan control terhadap keseimbangan cairan<br />
- Memberikan data untuk menunjukkan efek deuretik atau terapi dehidrasi.<br />
<ol><li>INDIKASI</li>
</ol>- Oedema<br />
- Turgor Kulit<br />
Tabel Kebutuhan Intake Cairan Berdasarkan Umur dan Berat Badan<br />
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody>
<tr> <td valign="top" width="34">No</td> <td valign="top" width="161">Umur</td> <td valign="top" width="189">BB (Kg)</td> <td valign="top" width="189">Kebutuhan Cairan (ml/ 24 jam)</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">1</td> <td valign="top" width="161">3 hari</td> <td valign="top" width="189">3</td> <td valign="top" width="189">250-300</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">2</td> <td valign="top" width="161">1 tahun</td> <td valign="top" width="189">9,5</td> <td valign="top" width="189">1150-1300</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">3</td> <td valign="top" width="161">2 tahun</td> <td valign="top" width="189">11,8</td> <td valign="top" width="189">1350-1500</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">4</td> <td valign="top" width="161">6 tahun</td> <td valign="top" width="189">20</td> <td valign="top" width="189">1800-2000</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">5</td> <td valign="top" width="161">10 tahun</td> <td valign="top" width="189">28,7</td> <td valign="top" width="189">2000-2500</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">6</td> <td valign="top" width="161">14 tahun</td> <td valign="top" width="189">45</td> <td valign="top" width="189">2200-2700</td> </tr>
<tr> <td valign="top" width="34">7</td> <td valign="top" width="161">18 tahun</td> <td valign="top" width="189">54</td> <td valign="top" width="189">2200-2700</td> </tr>
</tbody> </table>Pengaturan utama intake cairan adalah melaui makanisme haus, pusat haus dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi rehidrasi intra seluler, sekresi angiotensian II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.<br />
<ol><li>PROSEDUR PENGUKURAN INTAKE DAN OUTPUT CAIRAN <ol><li>Menentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh klien terdiri dari air minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi atau metabolism, cairan infuse.</li>
<li>Menentukan jumlah cairan yang keluar kedalam tubuh klien terdiri dari urine, keringat, proses/muntah dan pernapasan.</li>
<li>Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : intake dan output</li>
<li>Mendokumentasikan.</li>
</ol></li>
</ol>Output Cairan<br />
Kehilangan cairan tubuh melalui 4 rute atau proses yaitu :<br />
<ol><li>Urine</li>
</ol>Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui traktus urinalis merupakan proses output cairan yang utama.<br />
<ol><li>IWL</li>
</ol>IWL terjadi melaui paru-paru dan kulit melalui kulitdengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini berkisar antara 300-400 ml perhari.<br />
<ol><li>Keringat</li>
</ol>Keringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas respon ini berasal dari interior hipotalamus.<br />
<ol><li>Peses</li>
</ol>Pengeluaran air melalui peses sekitar antara 100-200 ml/hari yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar.<br />
<ul><li>Hal yang perlu diperhatikan :</li>
</ul>- Air minum : 1500-2500 mL<br />
- Air dari makanan : 750 mL<br />
- Air dari hasil oksidasi atau metabolism : 200 mL<br />
<ul><li>Rata-rata haluaran cairan perhari :</li>
</ul>- Urine : 1400-1500 mL<br />
- IWL : – Paru-paru : 350-400 mL<br />
-Kulit : 350-400 mL<br />
- Keringat : 100 mL<br />
- Peses : 100-200 mL<br />
IWL :<br />
- Dewasa 15 cc BB hari<br />
- Anak (30- usia (tahun) cc kg BB hari<br />
- Jika ada kenaikan suhu IWL : 200 (suhu badan sekarang – 36,80 ‘ c<br />
E. PERALATAN<br />
1. Wadah ukur 1000 mL<br />
2. Botol air ukur<br />
3. Cangkir ukur<br />
4. Timbangan<br />
5. Sarung tangan tidak steril<br />
6. pena atau pita penanda<br />
F. PROSEDUR PELAKSANAAN<br />
<ol><li>Cuci tangan dan atur peralatan</li>
<li>Tempatkan pada lemari es intruksi tentang pemakaian catatan asupan dan haluaran untuk klien dan keluarga disertai demonstrasi ulang (jika hitungan kalori berlanjut sebutkan tipe makanan dan cairan yang dikonsumsi).</li>
<li>Asupan</li>
</ol>Tempatkan gelas ukur diruangan dan minta semua cairan diukur dalam gelas tersebut sebelum di minum.<br />
<ol><li>Asupan subtansi semi padat harus dicatat dalam presentasi atau jumlah proksi</li>
<li>Ukur setiap asupan oral</li>
<li>Ukur pemberian makan berselang lambung atau naso gastric</li>
<li>Ukur semua asupan intravena</li>
<li>Jika irigasi naso gartrik di lakukan dan cairan pengirigasi dibiarkan mengalir keluar sama isi lambung, masukan cairan mengirigasi dalam catat asupan dilembar alur</li>
<li>Haluaran</li>
</ol>Tempatkan gelas ukur besar sebanyak satu atau lebih, tempatkan gelas ukur dalam label bertanda jelas untuk pengukuran drainase.<br />
10. Pada setiap akhir periode 24 jam gunakan sarung tangan dan kosongkan drainase dalam gelas ukur<br />
11. Catat jumlah dan sumber drainase terutama jika drainase berasal dari sisinya berbeda<br />
12. Ukur haluaran dari:<br />
- Selang NGT<br />
- Drainase ostotomi<br />
- Drainase luka<br />
- Drainase selang dada<br />
- Drainase urinarius<br />
- Feses cair<br />
13. Jika irigasi intermiten atau terus menerus dilakukan hitung haluaran sejati (urinarius dan NGT dengan mengukur haluaran total dan menguranginya dengan cairan pengirigasian total yang diinfuskan.<br />
14. Pada akhir periode 24 jam biasanya pada malam hari tambahkan asupan dan haluaran total laporkan penyimapanan dan asupan ekstrim pada dokter<br />
15. Bersihkan gelas dan simpan dalam ruangan perawat mencuci tanganadezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-58855451650558455872011-06-07T21:52:00.000-07:002011-07-15T09:18:12.844-07:00curahan tentang cinta<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">aku menyayangimu karena ketulusanmu..<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpTpb9r-LyNpUi09f1ffA68RxoUF_9TZVU-ombmTxo-M3fG89JYatPmzY45WLZrD8LKHP7JUB8W6spQMs6cFN8hU5aBLAakgejfMva1W4ORm4HBiuCkCC-lkTr80y3npbtdPWlRaEyU7le/s1600/love%25282%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpTpb9r-LyNpUi09f1ffA68RxoUF_9TZVU-ombmTxo-M3fG89JYatPmzY45WLZrD8LKHP7JUB8W6spQMs6cFN8hU5aBLAakgejfMva1W4ORm4HBiuCkCC-lkTr80y3npbtdPWlRaEyU7le/s1600/love%25282%2529.jpg" /></a></div>dan kini aku berada di sampingmu karena kesungguhanmu..<br />
jujur....<br />
awalnya berat bagiku menjalani semua ini dengan sikapmu yang begitu dingin.seolah olah kau tak pernah menganggap aku ada.kau menganggap cinta hanyalah permainan belaka.mungkin kau memang tak pernah memberikan cintamu untuku walau hanya separuh hati.tapi tak apa ,aku akan sesabar dan selalu berusaha memberikan seluruh cintadan sayngku untukmu meski aku tau semua itu akan sia sia.<br />
waktu demi waktu,hari demi hari setelah sekian lama bersabar,akhirnya harapan itu bisa aku rasakan aku merasakan hangatnya cintamu untuku...<br />
semoga semua ini akan selalu seperti ini sampai kematian memisahkan kita.<br />
ya allah jika kau mengizinkan dan jika aku boleh minta memohon,aku mohon pesatukan aku dengannya,dan jika boleh aku memohon lagi,aku mohon jaga dan lindungilah dia selalu.<br />
hanya senyuman yang ingin selalu aku lihat dari wajahnya....<br />
<br />
aku sayang kamu.....<br />
kau jaga selalu cinta ini sampai akhir nanti<br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/ </div>adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-63499105139661106002011-06-07T18:53:00.000-07:002011-07-15T09:18:59.549-07:00Hipertensi dan obat herbal untuk mencegahnya<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"></span><br />
<div align="center" class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 16pt; line-height: 115%;"><a href="http://kamus-kesehatan.blogspot.com/2009/07/hipertensi.html"><span style="color: #222222; text-decoration: none;">Hipertensi</span></a><o:p></o:p></span></b></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"> </span><br />
<div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Pengertian</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify; text-indent: 22.5pt;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHG dan tekanan <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman Sorensen,1996).<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg ataulebih. (Barbara Hearrison <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">1997)</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Etiologi</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkantekanan darah meningkat.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Stress Lingkungan.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua sertapelabaran pembuluh darah.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Hipertensi Esensial (Primer)<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> Patofisiologi <span style="color: #990000;"><o:p></o:p></span></span></b></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang diterukan ke sel jugularis. Dari <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">sel jugalaris ini bias meningkatkan tekanan darah. Danapabila diteruskan pada ginjal, maka <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkanretensi natrium. Hal tersebut akan <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">berakibat pada peningkatan tekanandarah. Dengan Peningkatan tekanan darah maka akan <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">menimbulkan kerusakan pada organ organ seperti jantung.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> Manifestasi Klinis<span style="color: #990000;"><o:p></o:p></span></span></b></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
<br />
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Sakit kepala</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Epistaksis</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Pusing / migrain</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Rasa berat ditengkuk</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Sukar tidur</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Mata berkunang kunang</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Lemah dan lelah</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Muka pucat</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Suhu tubuh rendah</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> </span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Pemeriksaan Penunjang</span></b><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #990000; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Pemeriksaan Laborat</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan dapat <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan ginjal.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran jantung.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"> Penatalaksanaan<o:p></o:p></span></b></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Penatalaksanaan Non Farmakologis<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">DietPembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">plasma dan kadar adosteron dalam plasma.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Aktivitas<br />
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Penatalaksanaan Farmakologis<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:<o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Mempunyai efektivitas yang tinggi.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Memungkinkan penggunaan obat secara oral.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Tidak menimbulakn intoleransi.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">Memungkinkan penggunaan jangka panjang.</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><br />
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi sepertigolongan <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi <o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;">rennin angitensin.<o:p></o:p></span></span></div><h3 align="center" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 16pt; padding: 0in;">OBAT HERBAL HIPERTENSI</span><o:p></o:p></span></h3><h3 align="center" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; mso-line-height-alt: 13.5pt; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 16pt;"><o:p> </o:p></span></span></h3><div style="border-color: initial; border-style: initial; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in; text-align: justify; text-indent: .5in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">Hipertensi</span></b><span class="apple-converted-space"><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;"> </span></span><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">( Tekanan Darah Tinggi ) adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Secara umum hypertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke. Penyakit hypertensi adalah penyakit yang sangat dipengaruhi oleh pola makan dan pola hidup, sehingga bisa dikelompokkan ke penyakit kambuhan.</span><span style="color: #5666ff; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div style="border-color: initial; border-style: initial; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">Pengobatan hypertensi dengan obat herbal sebagai berikut :</span><span style="color: #5666ff; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> </span><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">I.</span></b><span class="apple-converted-space"><b><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;"> </span></b></span><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">TERAPI UTAMA</span></b><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><br style="border-color: initial; border-style: initial; mso-special-character: line-break;" /> <br style="mso-special-character: line-break;" /> <b><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; padding: 0in;"><o:p></o:p></span></b></span></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><b><u><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">Diskripsi Produk :</span></u></b><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> </span><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; padding: 0in;">1.Tensio,</span></b><span class="apple-converted-space"><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; padding: 0in;"> </span></span><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; padding: 0in;">komposisi : Melia Azedarach, Morus Alba, Apium Gravetica, Centella Asiatica, Blumea Balsamifera, dll.<br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> <b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif";">2. Biotic,</span></b><span class="apple-converted-space"><b> </b></span></span>komposisi : Andrographis paniculata, Curcuma zedoaria, Hedyotis corymbusa, Elephantopus scabere, Meremmia mammosa.<span style="color: #5666ff;"><br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> </span><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; padding: 0in;">3. Lumera,</span></b><span class="apple-converted-space"><b><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; padding: 0in;"> </span></b></span><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; padding: 0in;">komposisi : Gynura divaricata, Curcuma aeroginosa, Foeniculum vulgare, Curcuma domestica, dll.</span><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: #5666ff; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><br />
</span><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">II.</span></b><span class="apple-converted-space"><b><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;"> </span></b></span><b style="border-color: initial; border-style: initial;"><span style="border: 1pt none windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">TERAPI PENUNJANG<o:p></o:p></span></b></span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: #5666ff; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><br />
</span><span style="border: 1pt none windowtext; color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; padding: 0in;">1. Juice Terapi : Minum Juice 2 x 1 gelas / hari, tunggal/campuran ( Pepaya, Alpukat, Pisang )<br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> 2. Bekam sangat dianjurkan<br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> 3. Olah raga ringan<br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> 4. Konsumsi Benwasis 2 x 1 gelas / hari<br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> 5. Stop merokok<br style="border-color: initial; border-style: initial;" /> 6. Akupuktur / Accupresur</span><span style="color: #5666ff; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;"><o:p></o:p></span></span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><h1 align="center" style="line-height: 19.5pt; margin-bottom: 7.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: windowtext; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 16pt; text-transform: uppercase;">Obat herbal darah tinggi<o:p></o:p></span></span></h1><div class="MsoNormal"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div style="line-height: 13.5pt; margin-bottom: 7.5pt; margin-left: 0in; margin-right: 0in; margin-top: 0in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="color: black; font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Cara mencegah darah tinggi :<o:p></o:p></span></span></div><ul style="list-style-image: initial; list-style-position: initial; margin-top: 0in;" type="square"><li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Kurangi konsumsi garam dalam makanan Anda. Jika Anda sudah menderita tekanan darah tinggi sebaiknya Anda menghindari makanan yang mengandung garam.<o:p></o:p></span></span></li>
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;">
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara berlebihan. Untuk pria yang menderita hipertensi, jumlah alkohol yang diijinkan maksimal 30 ml alkohol per hari sedangkan wanita 15 ml per hari.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Makan sayur dan buah yang berserat tinggi seperti sayuran hijau, pisang, tomat, wortel, melon, dan jeruk.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Jalankan terapi anti stres agar mengurangi stres dan Anda mampu mengendalikan emosi Anda.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Berhenti merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan darah tinggi atau hipertensi.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Kendalikan kadar kolesterol Anda.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Kendalikan diabetes Anda.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="color: black; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 2.25pt; margin-top: 2.25pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt;">Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke dokter jika Anda menerima pengobatan untuk penyakit tertentu, untuk meminta obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.<o:p></o:p></span></li>
</span></ul><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><br />
</span></div><div class="MsoNoSpacing" style="line-height: 115%; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p> sumber : www.google.com</o:p></span></span><br />
<br />
di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana,sans-serif; font-size: xx-small;"><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 9pt; line-height: 115%;"><o:p> </o:p></span></span></div>adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3796938124512380971.post-13278886647856115102011-06-07T18:16:00.000-07:002011-07-15T09:20:18.985-07:00<div class="uiHeader uiHeaderBottomBorder mbm" style="border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; margin-bottom: 10px; padding-bottom: 0.5em;"><div class="clearfix uiHeaderTop" style="color: #333333; display: block; zoom: 1;"><div><h2 class="uiHeaderTitle" style="color: #1c2a47; font-size: 16px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Arti Sebuah Cinta</h2></div></div><div class="clearfix" style="display: block; zoom: 1;"><span class="Apple-style-span" style="color: grey;"><br />
</span></div></div><div class="mbl notesBlogText clearfix" style="color: #333333; display: block; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 20px; word-wrap: break-word; zoom: 1;"><div><br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Definisi Cinta</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Hakikat Cinta</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha-Nya maka akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cinta kepada Allah</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3/22) berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (Ali ‘Imran: 31)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Mereka (sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah , faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang.”</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik :</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Al-Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pertama, membaca Al Qur’an, menggali, dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketiga, terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Keempat, mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kelima, hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Keenam, menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketujuh, tunduknya hati di hadapan Allah .</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kedelapan, berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun (ke langit dunia).</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kesepuluh, menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah . (Madarijus Salikin, 3/18, dengan ringkas)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Cinta adalah Ibadah</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah-ibadah yang lain. Allah berfirman:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu.” (Al-Hujurat: 7)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Adapun dalil dari hadits Rasulullah adalah hadits Anas yang telah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya.”</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Macam-macam cinta</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114) menyatakan bahwa cinta ada empat macam:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pertama, cinta ibadah.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kedua, cinta syirik.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah berfirman:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketiga, cinta maksiat.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Allah berfirman:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat.” (Al-Fajr: 20)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Keempat, cinta tabiat.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah berfirman:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Ketika mereka (saudara-saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita.” (Yusuf: 8)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Buah cinta</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat.” (Majmu’ Fatawa, 1/95)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan:</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">“Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna.” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi jawabannya perlu dirinci.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Pertama, bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Kedua, bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Ketiga, bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;"><br />
</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: small;">Wallahu a’lam.</span></div><div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><br />
</div><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: small;">di poskan oleh http://adezildanhealtzandlove.blogspot.com/ </span></div></div>adezildanhttp://www.blogger.com/profile/02141273187528375471noreply@blogger.com0